NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM RATU MAFIA

BALAS DENDAM RATU MAFIA

Status: tamat
Genre:Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / CEO / Bullying dan Balas Dendam / Mafia / Balas dendam pengganti / Tamat
Popularitas:16.9k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.

Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.

Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.

Victoria masuk dalam obsesi Julius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9. TERTANGKAP BASAH

Malam itu menyelimuti kota dengan lembutnya cahaya lampu jalan yang temaram. Jalanan sepi, hanya sesekali terdengar suara mobil yang melintas, menciptakan ritme sunyi yang seolah mengikuti langkah Victoria. Tubuhnya terasa berat, pegal-pegal akibat seharian berada di lapangan, mengawasi kualitas barang. Setiap kotak, setiap label, setiap catatan laporan yang harus diaudit satu per satu, membuat kepala Victoria seperti diperas. Victoria jadi heran kenapa dirinya justru terlalu giat bekerja di perusahaan ini.

Dan di atas semuanya, drama siang tadi masih menempel di pikirannya. Kelly Grason, dengan segala kepura-puraannya, telah membuat Victoria harus menahan diri agar tidak meledak di depan seluruh karyawan. Sandiwara siang itu, tingkah laku berlebihan Kelly, bahkan kepura-puraan gadis itu seolah menantang Victoria secara diam-diam, membuat Victoria menekuk bahu dan menghela napas panjang.

"Tuhan ... seharian di lapangan, sekarang masih harus ke Leon lagi. Tidak bisakah dunia memberi satu malam tenang untukku?" gerutu Victoria, menekan keningnya dengan telapak tangan.

Victoria menekan tombol lift dengan gerakan malas. Mata lelahnya menatap layar kecil yang menunjukkan lantai demi lantai bergerak naik. Ia mencoba menenangkan diri, berpikir bahwa malam ini mungkin hanya sekadar meminta tanda tangan Leon untuk beberapa dokumen, bukan urusan besar seperti sebelumnya.

Tapi sebuah rasa cemas tak bisa dihapus begitu saja. Ia sudah tahu sifat Leon; bahkan saat Violetta masih sadar, Leon bisa tiba-tiba menjadi agresif, apalagi terhadap wanita. Mengingat insiden terakhir ... Victoria mengerang pelan, membayangkan ciuman kasar yang hampir memaksanya kehilangan kontrol.

"Semoga kali ini tidak terjadi hal yang sama," gumamnya pelan, setengah berharap, setengah takut.

Begitu lift berhenti di lantai yang tepat, Victoria menatap koridor panjang menuju kantor Leon. Lorong itu sepi, lampu-lampu gantung berkilau lembut di dinding putih. Setiap langkahnya terdengar jelas, seolah mengumumkan kehadirannya.

Tiba-tiba, telinganya menangkap suara ... desahan.

Victoria berhenti, jantungnya berdetak kencang. Ia menahan napas, mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar. Suara itu berasal dari kantor Leon. Nada itu jelas, tidak ada keraguan, bukan tawa, bukan percakapan biasa.

Victoria menatap pintu dengan mata melebar. Ia tahu itu ruangan Leon, kekasih Violetta, adik kembarnya. Victoria menempelkan telinganya ke pintu sedikit, mencoba mendengar lebih jelas, sementara pikiran berputar liar.

"Tidak ... ini tidak mungkin," gumam Victoria, tangan secara otomatis menempel di kenop pintu. Detik berikutnya, rasa penasaran dan kemarahan mengalahkan ketakutan. Perlahan, ia membuka pintu sedikit, hanya cukup untuk mengintip.

Yang ia lihat membuat darahnya mendidih.

Leon duduk di kursi besar, bersandar pada punggung kursi, dan seorang perempuan duduk di pangkuan Leon seraya menggoyangkan pinggulnya dalam kenikmatan. Suara desahan mereka memenuhi ruangan, suara yang menghancurkan harapan Victoria akan sebuah ketenangan malam itu. Dan juga amarah karena pria brengsek itu berani memermainkan adik kembar Victoria.

Dan yang lebih yang membuatnya murka ... perempuan itu adalah Kelly.

Kelly Grason. Sahabat Violetta, tentu saja sekarang tidak lagi. Sekarang berada di pangkuan Leon, melakukan hal-hal yang seharusnya tidak ia lakukan.

Victoria ingin menjerit. Ia ingin mendorong pintu lebih keras, menampar mereka berdua, merobohkan semua yang ada di antara mereka. Tapi sebelum ia bisa melangkah, tangan kuat menutup mulutnya dan menahan tubuhnya dari belakang. Dan menariknya menjauh dari depan ruangan itu

"Ugh! Lepaskan aku!" seru Victoria, menendang dan mencoba melepaskan diri.

"Tahan dirimu, Baby ... tenang," suara itu terdengar familiar. Suara lembut namun tegas itu menahan setiap gerakan Victoria.

Victoria membeku. Tangan itu menahan lebih kuat, dan suara itu ... Julius.

"Julius?!" teriak Victoria, berusaha melepaskan diri. "Kenapa kau ... apa-apaan ini?!"

"Dengar aku dulu," Julius berucap lembut, tatapannya tajam namun tenang, matanya menembus rasa panik Victoria. "Aku tidak akan membiarkanmu masuk ke sana dan menghancurkan semua usahamu."

Victoria menatapnya dengan marah, tubuhnya masih bergetar karena amarah dan malu yang bercampur karena seperti remaja tanpa kendali.

Julius kemudian menarik Victoria menjauh lagi, melewati koridor yang sepi dan sunyi, hingga mereka sampai di ruangannya di lantai teratas gedung.

Begitu pintu tertutup rapat, Victoria melepaskan napas sekuat tenaga, wajahnya memerah, dan seluruh tubuhnya masih bergetar.

"Kenapa kau ikut campur, Julius? Itu urusanku, bukan urusanmu!" teriak Victoria, tangannya mengepal, menahan amarah yang hampir meledak.

Julius berdiri di depannya, menatap Victoria dengan tatapan yang menenangkan sekaligus dominan. Tanpa aba-aba, ia mengangkat dagu Victoria dengan satu tangan, sehingga mata mereka sejajar. Victoria merasakan ketegangan dan kekuatan yang memaksa dirinya untuk tetap diam, meskipun hatinya berontak.

"Dengarkan aku baik-baik, Victoria," katanya dengan suara rendah, penuh kendali. "Kalau kau masuk ke ruangan itu sekarang ... apakah kau siap ketahuan bukan Violetta di depan Kelly dan Leon? Bukankah kau punya tujuan ke sini? Kau ingin menghancurkan begitu saja?"

Sekejap, jantung Victoria seperti berhenti.

"Bagaimana ... kau tahu?" ucapnya pelan, matanya melebar, panik dan terkejut.

Julius tidak menjawab langsung. Senyum tipisnya hanya menambah ketegangan, membuat Victoria sadar bahwa ada hal-hal yang tidak ia ketahui, terutama tentang pria ini. Bagaimana bisa Julius tahu bahwa Victoria bukan Violetta dan juga Victoria yang memiliki tujuan ke sini?

"Tenang, Baby," bisik Julius, melepas pegangan di dagu Victoria lalu menggusel pipi gadis itu dengan hidungnya dan mencium lembut pipi gadis itu, namun tatapannya tetap menancap seperti belenggu. "Aku tahu kau marah, tapi sekarang bukan saatnya untuk emosi. Kau harus dengar aku."

Victoria menghela napas panjang. Ia mencoba menenangkan diri, menelan amarah, rasa malu, dan kekhawatiran yang bercampur aduk. Tatapan Julius, dominan tapi menenangkan, membuatnya seolah terseret ke dalam pusaran ketenangan yang sulit dijelaskan. Bahkan setiap sentuhan pria itu terasa seperti penenang untuk amarah Victoria.

"Apa maksudmu ketahuan?" tanya Victoria dengan suara pelan, mencoba mencerna kata-kata Julius.

Julius mendekat, menurunkan suaranya. "Aku tidak bisa membiarkanmu membuat kesalahan yang akan menghancurkan seluruh rencana. Gadis itu dan Leon ... mereka tidak sadar bahwa kau bukan Violetta. Satu langkah salah, satu gerakan terlalu emosional, dan semua bisa terbongkar."

Victoria menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan diri. "Bagaimana aku tidak marah ... aku yakin mereka yang membuat adikku ...."

"Ya, aku tahu," Julius memotong lembut, tapi tegas. "Aku juga benci melihatnya. Tapi sekarang kau harus berpikir jernih. Kau harus keluar dari perasaanmu sejenak, atau kau akan kehilangan kendali."

Victoria membuka matanya perlahan, menatap Julius. Ada kelegaan kecil di hatinya karena setidaknya seseorang mengerti situasinya, tapi sekaligus kekhawatiran yang lebih besar muncul: bagaimana Julius bisa tahu identitas aslinya?

"Julius ... bagaimana kau tahu aku bukan Violetta?" tanya Victoria, suaranya nyaris berbisik.

Julius menunduk, matanya menatap Victoria dengan intens. "Aku tahu karena aku mengenalmu, Baby. Ada hal-hal yang hanya aku bisa rasakan ... bahkan dari cara kau bergerak, dari nada suaramu. Dan kau tidak sadar, kau terlalu sering menahan diri untuk terlihat seperti Violetta. Aku bisa melihat perbedaannya. Tentu saja karena aku sudah lama memperhatikanmu."

Kata-kata itu membuat Victoria menelan ludah. Jantungnya berdebar lebih cepat, tetapi ada sedikit rasa aman, karena setidaknya Julius tidak akan mengeksposnya. Walau Victoria masih ingin bertanya lebih banyak tentang bagaimana Julius mengenali Victoria sampai seolah pria itu sudah ditahap begitu mudah menyentuh Victoria seakan telah mengenal lama.

Victoria menatapnya, mencoba memahami situasi. "Jadi ... aku harus bagaimana sekarang? Masih harus masuk ke ruangan itu?"

Julius menggoyangkan kepalanya perlahan. "Tidak. Biarkan saja mereka. Melabrak bukan cara yang menyenangkan, Baby."

Victoria menelan napas panjang. Malam itu, ia berdiri di ruang tertutup, hatinya penuh emosi campur aduk, marah, malu, takut, dan bingung. Ia sadar satu hal: Julius tahu lebih banyak daripada yang Victoria bayangkan, dan malam ini akan menjadi malam yang sulit untuk dilupakan.

Suara desahan yang terdengar dari ruangan Leon sebelumnya masih terngiang di telinganya, menciptakan ketegangan yang menempel di seluruh tubuh gadis itu. Victoria menunduk, mencoba menenangkan diri, tapi pikirannya terus berputar: bagaimana Julius tahu, dan apa yang harus ia lakukan selanjutnya?

Dan tanpa Victoria tahu bahwa Julius lebih dari berbahaya.

1
mimief
selalu bisa memuaskan dahaga ku dalam membaca serial mu Thor.
menunggu karya mu yg lain
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
mimief
lah....kok Dikti amet Thor
aku cuman sehari semalem Lo bacanya..

but.. anyway

nice ending
beautiful story'
menurut ku ceritamu selalu mempunyai pesonanya masing masing
yg ini juga, walaupun bagaimanapun kembar adalah kembar bukan?
mereka punya jiwa satu diraga yg berbeda..
tapi tetep tidak menghilangkan ke Khasan serial detektif nya di setiap novel mu
terimakasih atas cerita epic nya Thor 😉
Archiemorarty: Terima kaish juga kak udah baca. memang dikit dibuatnya karena banyak yg gx suka cerita terlalu berat begini 🤭
total 1 replies
mimief
black Mantis yg kasus Lucas sama rose itu kan ya Thor?
Archiemorarty: betull 🤭
total 1 replies
mimief
ternyata...ga cuman jadi jalang Kelly tu
tapi jadi penghianat juga
lengkap amet bobrok nya
mimief
tapi enak bgt ga si..kalau langsung mati..
dia ga ngerti penderitaan para korban nya
eehh...ga boleh nya mikir nya begini 😔
Archiemorarty: Kalau dia hidup justru kemungkinan ada korban lagi walau di penjara 😌
total 1 replies
mimief
sold out semua ya gaes
para anak perempuan nya Thompson....
mimief
wanita manapun kl dikondisi seperti itu pasti akan setengah gila
apalagi vio yg murni
Archiemorarty: Benar itu 😌
total 1 replies
mimief
lega...tapi kyk masih ada yg menggantung
mimief
kalian tau real psyco itu selalu membalut karakter nya sebagai orang yg sempurna.tapi...karena telalu sempurna jadi seperi cangkang kosong.
seperti yg Vivi liat di perusahaan ketika pertama kali datang.
dan...biasanya IQ mereka diatas rata rata
tapi karena terlalu jenius sampai menganggap mereka Tuhan yg boleh mempermainkan emosi orang seenaknya
Archiemorarty: Benar itu, sikopet terbaik itu bukan yang macam bun bun atau yg darah darah, tapi yang diluar keliatan kayak orang paling baik sedunia tapi dalamnya pinter manipulasi sekitarnya. dan pastinya IQ mereka tinggi tapi EQ nya rendah dan hampir gx ada 😌
total 1 replies
mimief
waduh... waduuh
mimief
kyk nonton film action yaaa
mimief
permainan psikologis sangat melelahkan bukan?
kereeeen bgt si kamyuuu
mimief
aku.. speachless
gimana donk nolongin nya
mimief
huaaaaaaa....aku yg merinding
mimief
wahhhh...masa lalu yg akan menyeret masa depan nya
mimief
mungkin Ade nya disiapkan jadi kambing hitam atas konspirasi tertentu...
sebabnya Kelly dan Leon memanipulasi sedemikian rupa
mimief
pantes...ga pernah mau ngelindungi
wong dia termasuk yg merencanakan pembullyan nya juga
mimief
iya ....ya??
kenapa ampe mendalami peran amet🤣🤣
mimief
bagaimana rasanya jika permainan dibalik
apakah masih menyenangkan?
pasti donk
itu sebabnya ibuku berkata,polos sama bodoh itu beda tipis
untuk bertahan hidup di dunia ini, terkadang kita harus cerdik,licik boleh
anggep aja ini mekanisme pertahanan hidup 🤣
Archiemorarty: Bener itu 🤣
total 1 replies
mimief
pantesan adenya lama lama stress
adapa sama orang orang ini
kaya pada punya kelainan jiwa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!