NovelToon NovelToon
Lucid Dream

Lucid Dream

Status: sedang berlangsung
Genre:Enemy to Lovers / Beda Usia / Fantasi Wanita / Nikah Kontrak / Berondong
Popularitas:775
Nilai: 5
Nama Author: Sunny Rush

Sebuah kumpulan cerpen yang lahir dari batas antara mimpi dan kenyataan. Dari kisah romantis, misteri yang menggantung, hingga fantasi yang melayang, setiap cerita adalah langkah di dunia di mana imajinasi menjadi nyata dan kata-kata menari di antara tidur dan sadar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Rush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia yang bersamaku

Musik pesta masih bergema, lampu-lampu warna-warni menari di langit-langit ruangan. Para tamu tertawa, menikmati suasana hangat dan romantis itu. Di satu sudut, Zulaikha atau si Zuzu duduk santai bersama Aira dan Jono, sambil memegangi perutnya yang kini jadi sorotan utama.

Aira melipat tangan di dada, menatap Zuzu dengan pandangan penuh rasa ingin tahu. “Heh, kapan kamu ngelakuin itunya? Kenapa bisa hamil?” tanyanya blak-blakan tanpa basa-basi.

Zuzu yang sedang menyesap minuman langsung tersedak. “Gak sengaja, dia pulang saat mabuk,” jawabnya akhirnya dengan nada malu-malu, pipinya mulai memerah.

Jono yang duduk di sebelah Aira langsung menyeringai lebar, matanya berbinar iseng. “Jadi langsung di-unboxing?” tanyanya sambil menahan tawa.

Zuzu menatapnya tajam. “Ya, awalnya aku menolak, tapi tenaga dia kuat dan... ya jadilah bocah di dalam perut ini,” ucapnya sambil mengelus perutnya pelan.

Aira ternganga, Jono menahan tawa sampai bahunya naik-turun. “Enak gak?” tanya Jono tanpa dosa.

Plakkk!

Zuzu langsung memukul kepala Jono dengan lipatan brosur undangan yang dipegangnya. “Itu rahasia!” katanya sambil manyun, tapi matanya masih berbinar geli.

Aira tertawa sampai matanya berair. “Ya ampun, Jono! Otak lo emang cuma satu arah!”

Jono meringis, mengelus kepalanya yang baru saja dipukul. “Ya, cuma nanya doang kok. Tapi sekarang aman kan keluarga lo?” tanyanya lagi, kali ini agak serius.

Zuzu menatap mereka berdua, senyumnya lembut. “Lebih dari aman,” jawabnya pelan, matanya melirik ke arah Yusuf yang sedang berbicara dengan tamu lain di kejauhan.

Aira menatapnya dengan senyum kecil. “Gak nyangka sih, bahwa dia selalu berada di sampingmu walau gak kelihatan. Kaya setan,” ujarnya sambil tertawa pelan.

Zuzu ikut tertawa. “Ya, dia menggunakan jurus menghilang dadakan mungkin. Kadang muncul, kadang enggak. Tapi ujung-ujungnya tetep nyantol di aku.”

Tiba-tiba, suara berat namun lembut terdengar dari belakang. “Sayang.”

Yusuf menghampiri mereka, wajahnya tenang tapi matanya menatap Zuzu dengan penuh kasih. Ia menepuk lembut bahu istrinya. “Sudah gosipnya?” tanyanya sambil melirik ke arah Aira dan Jono yang pura-pura tidak bersalah.

“Belumlah. Ada apa?” tanya Zuzu sambil menatapnya heran.

“Ayo pulang, acaranya sudah selesai juga kan?” kata Yusuf dengan nada lembut tapi tegas, khas suami yang protektif.

“Manja sekali,” celetuk Jono sambil mencibir.

Tanpa pikir panjang, Aira langsung menjitak kepala Jono. “Sshhh, diam lo! Kalau gak ngerti romantis jangan banyak bacot.”

Yusuf dan Zuzu hanya saling berpandangan dan tertawa kecil. Suasana terasa ringan, penuh kehangatan dan sedikit kekonyolan.

“Ya sudah, teman-teman, aku pulang dulu ya. Mau lanjut part dua,” kata Zuzu dengan nada menggoda sambil menggandeng lengan Yusuf.

“Najis,” seru Jono dan Aira bersamaan, membuat semua orang di meja itu tertawa pecah lagi.

Zuzu hanya tersenyum penuh arti. Yusuf menatapnya lembut, jarinya menggenggam tangan istrinya erat. Mereka berjalan keluar dari ruangan pesta, meninggalkan tawa, lampu, dan teman-teman yang masih bersenda gurau.

Di luar, angin malam menyapa lembut. Zuzu menoleh ke Yusuf, senyumnya tipis tapi hangat.

“Part dua beneran?” bisik Yusuf pelan saat mereka sampai di dalam mobil

Yusuf hanya tersenyum miring. “Tunggu aja, My Zuzu.” lanjut Yusuf

Dan malam itu pun menjadi saksi cinta lama yang kembali, kini lengkap dengan tawa, keluarga, dan janji baru untuk saling menjaga.

....

Udara malam terasa hangat, dengan hembusan angin yang pelan menyentuh kulit. Zulaikha berjalan berdampingan dengan Yusuf, tangannya masih menggenggam jemari pria itu seolah takut kehilangan arah. Lampu-lampu jalan memantulkan cahaya lembut di wajah mereka, membuat suasana tampak seperti adegan dari kisah yang sudah lama tertunda.

“Akhirnya selesai juga pestanya,” ucap Zulaikha pelan sambil menghela napas lega.

Yusuf tersenyum, menatapnya dengan pandangan yang sulit dijelaskan. “Tapi kisah kita baru saja dimulai, My Zuzu.”

Zulaikha menoleh, matanya menangkap sorot lembut di mata Yusuf , sorot yang dulu sempat ia lupakan, tapi ternyata masih sama: hangat, tulus, dan menenangkan. Zulaikha tadi naik mobil bersama Yusuf tapi mobilnya mogok jadi mereka jalan kaki.

“Kamu selalu punya cara bikin aku gak bisa marah lama,” gumam Zulaikha.

Yusuf mendekat sedikit, jarak mereka kini hampir hilang. Ia mengusap pipi Zulaikha perlahan, jempolnya menyapu sisa make-up di sudut matanya.

“Aku cuma takut kehilangan kamu lagi,” ucapnya lirih.

Zulaikha tersenyum kecil, matanya berair tapi bukan karena sedih. “Aku juga... cuma butuh waktu buat percaya lagi.”

Yusuf menunduk, lalu menempelkan keningnya ke kening Zulaikha.

“Kita mulai dari sini, ya. Dari malam ini.”

Zulaikha menutup matanya, merasakan degup jantung mereka yang berpadu di tengah keheningan. Dalam jarak yang begitu dekat, tanpa kata, Yusuf mengecup keningnya dengan lembut bukan sekadar ciuman, tapi janji yang diam-diam diucapkan lewat sentuhan.

“Selamat datang kembali di hidupku,” bisik Yusuf.

Zulaikha hanya menjawab dengan senyum, lalu bersandar di bahunya. Mereka berjalan pulang bersama dalam diam, tapi hati mereka berbicara lebih banyak dari apa pun.

....

Matahari menembus jendela kamar, menari di wajah Zulaikha yang masih terlelap. Yusuf duduk di sisi tempat tidur, memandangi istrinya itu dengan tatapan teduh tatapan seseorang yang akhirnya menemukan rumahnya sendiri.

“Bangun, My Zuzu... nanti sarapannya keburu dingin,” ucapnya pelan.

Zulaikha menggeliat, lalu membuka mata separuh. “Lima menit lagi...” gumamnya malas.

“Lima menit kamu biasanya setengah jam,” goda Yusuf sambil tertawa kecil.

Zulaikha menoleh, lalu menarik bantal dan melemparkannya pelan ke arah Yusuf. “Salah siapa nyuruh aku begadang semalam,” ucapnya dengan nada manja.

Yusuf menahan tawa. “Aku nyuruh tidur, malah kamu yang ngajak ngobrol sampai subuh.”

Zulaikha duduk sambil mengacak rambutnya yang berantakan. “Obrolan penting itu. Kita kan harus bahas masa depan... sama nama anak.”

“Nama anak?” Yusuf menaikkan alisnya pura-pura terkejut.

“Ya, masa iya kita panggilnya ‘bocah’ terus,” jawab Zulaikha sambil tersenyum geli.

Yusuf mendekat, membelai rambutnya dengan lembut. “Aku suka denger kamu ngomong ‘anak kita’.”

Zulaikha menatapnya, pipinya memerah. “Dasar romantis kesiangan.”

Yusuf menatapnya penuh sayang, lalu mencium puncak kepalanya dengan lembut.

“Romantisnya cuma buat kamu, My Zuzu.”

Zulaikha tersenyum, lalu bersandar di dada Yusuf.

Dalam keheningan pagi itu, tanpa perlu banyak kata, mereka berdua tahu cinta yang dulu berliku kini sudah menemukan tempatnya.

1
Idatul_munar
Tunggu kelanjutan thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!