NovelToon NovelToon
Cinta Di Dalam Cerita

Cinta Di Dalam Cerita

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Beda Dunia / Mengubah Takdir / Romansa / Idola sekolah / Ruang Ajaib
Popularitas:335
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Alseana, penulis muda berbakat yang masih duduk di bangku SMA, tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah hanya karena sebuah novel yang ia tulis. Cerita yang awalnya hanya fiksi tentang antagonis penuh obsesi, tiba-tiba menjelma nyata ketika Alseana terjebak ke dalam dunia ciptaannya dan menjadi salah satu tokoh yang berhubungan dengan tokoh antagonis. Saat Alseana masuk kedalam dunia ciptaannya sendiri dia menjadi Auryn Athaya Queensha. Lebih mengejutkan lagi, salah satu tokoh antagonis yang ia tulis menyadari rahasia besar: bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi dengan akhir tragis. Demi melawan takdir kematian yang sudah ditentukan, tokoh itu mulai mengejar Alseana, bukan hanya sebagai karakter, tapi sebagai penulis yang mampu mengubah nasibnya. Kini, cinta, kebencian, dan obsesi bercampur menjadi satu, membuat Alseana tak tahu apakah ia sedang menulis cerita atau justru sedang hidup di dalamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Paman?

Auryn kini sedang berada di kamarnya, dia merenungi dan memahami apa yang dikatakan Fredo tadi siang.

Gadis itu menghela nafasnya, seakan dia serba salah sekarang.

Dia tahu jika merubah alur maka semua juga akan mendapatkan dampaknya. Tapi dengan dampak yang kemungkinan berdampak besar baginya membuatnya juga takut. Karena plot sudah tak bisa dia tebak dan kemungkinan para tokoh memiliki sifat yang bakal berubah sangat jauh dari cerita aslinya. Kepalanya rasanya mau pecah, tapi ini sudah menjadi konsekuensinya untuk menghadapi semua ini.

Dia juga tak menyalahkan Fredo tentang ini, tentang dia yang marah kepadanya ataupun membencinya karena sejak awal biang masalahnya ada pada dirinya.

Hal itulah yang membuatnya sebisa mungkin memperbaiki kehidupan tragis cowo itu.

Tok! Tok!

Suara ketukan tersebut membuat Auryn langsung mengalihkan perhatiannya ke pintu lalu berdiri untuk membuka pintu kamarnya.

"Ada apa bi?" Tanya Auryn karena yang mengetuk pintu adalah Bu Dira.

"Non apakah ini barang temen non siang tadi?" Bi Dira bertanya sambil menyodorkan dompet hitam tersebut.

Auryn langsung melihatnya dan memeriksa kartu nama yang berada di dompet tersebut.

"Iya bi, makasih ya."

"Sama-sama non." Bi Dira pergi dari kamar Auryn dan dia langsung menutup pintunya.

"Huh dia sangat ceroboh, gimana nanti jika dia butuh uang atau SIM nya saat ada tilangan." Gerutu Auryn dan melihat jam di dinding kamarnya.

Masih cukup sore karena waktu menunjukkan pukul set 5 sore. Auryn memutuskan untuk mengantarkan saja dompet Fredo karena menurutnya pasti pria itu membutuhkannya. Dia langsung mengambil cardigan coklatnya dan turun ke bawah. Saat sudah di bawah dia mencari keberadaan pak Adit untuk meminta mengantarnya.

"Non cari siapa?" Bi Dira tiba-tiba berada di belakang Ayana yang membuatnya sedikit terkejut.

"Pak Adit mana bi?"

"Oh pak Adit sedang mengantar nyonya pergi, apakah non Rhea mau di pesankan taxi?"

Auryn langsung mengangguk dan menunggu pesanan taxi oleh Bi Dira tiba.

Setelah datang Auryn bergegas untuk masuk dan menyerahkan alamat ke supir taxi tersebut karena jujur dia tak menuliskan alamat Fredo di ceritanya sehingga dia tak tahu. Setelah cukup lama taxi berjalan, akhirnya dia sampai di alamat rumah Fredo. Dia cukup kagum saat rumahnya sangat besar dan halaman luas tersebut. Auryn berjalan mendekat hingga bertemu dengan pak satpam disana.

"Apakah ada perlu nona?"

"Apakah Fredo ada pak?" Tanya Auryn.

"Oh den Fredo a-"

Pyar!!!

Auryn dan pak satpam tersebut langsung kaget mendengar suara pecahan beling tersebut dengan keras, padahal jarak mereka cukup jauh dari bangunan mansion tersebut.

"APA KAU GA PUNYA ОТАК!"

"DIMANA OTAKMU ITU!!! KENAPA KAU TAK SEPERTI NAREN!! NAREN SELALU BERPRESTASI DI SEKOLAH, SELALU MENDAPATKAN PUJIAN DAN KAU?! APA YANG KAU LAKUKAN HINGGA PIHAK SEKOLAH BARU MENGABARIKU JIKA KAU TERLIBAT DALAM BALAP LIAR HA?!!!"

"SANGAT SIAL ISTRI SAYA MELAHIRKAN ANJING SEPERTI MU!!"

Suara yang menggelegar hingga bahkan mungkin seluruh penghuni mansion mendengar cacian tersebut. Fredo hanya diam, dia mengepalkan tangannya sangat kuat. Lagi lagi dia harus dibandingkan dengan sepupunya itu, apakah tak ada hal yang lebih bagus?

Naren hanyalah pria muka dua yang menutupi kebrengsekannya dengan wajah tampan itu.

"Apa kau tak mendengar saya! Pergi dari sini dan jangan menginjakkan kakimu lagi ke mansion milik saya!" Fredo terkekeh " Bahkan jika tak mengambil barang yang peninggalan ibu yang tertinggal maka tak tubuhku tak Sudi menginjak rumah haram ini." Ucap Fredo dengan mata tajam dan tegas.

PLAK!

"Kau sudah mulai berani yaa?! Saya adalah ayahmu! Kau ingin durhaka kepada ayahmu sendiri!"

"Sejak ibu meninggal aku sudah tak memiliki seorang ayah, aku sudah yatim piatu sekarang." Ucap Fredo dengan tanpa beban lalu masuk ke dalam kamar yang dulu pernah dia tinggali.

Dia hanya ingin mengambil pigura foto ibunya dengan dirinya lalu buku diary ibunya saja. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan disini, dia beranjak pergi hingga

PYAR!!

Suara hantaman vas bunga dengan kepalanya terdengar sangat keras. Fredo langsung menatap tajam pria yang seharusnya menjadi sosok ayahnya tersebut dengan tatapan penuh kebencian.

"Jangan muncul lagi dihadapan saya! Setelah ini kita tak memiliki hubungan darah sedikit pun!"

Fredo langsung pergi dari sana, dia sudah terbiasa dengan cacian dan makian tersebut hingga dirinya sudah mati rasa. Namun dia membeku di depan pintu saat dia melihat Auryn berada di mansion keluarganya.

"Auryn? Lo ngapain disini?!" Tanya Fredo dengan dingin lalu menarik gadis tersebut untuk pergi dari sini.

"Gue cuma nganterin dompet lo yang ketinggalan. Apakah Lo baik-baik aja Fre?" Tanya Auryn khawatir karena kepala cowo itu kini sedang berdarah bahkan darahnya menetes di seragam putih miliknya.

"Bukan urusan lo, sekarang Lo pergi dari sini jangan pernah datang lagi kesini. Mana supir Lo?!" Tanya Fredo dengan dingin.

"Aku tadi naik taxi, aku akan pesan taxi sebentar." Ucap Auryn dengan gugup lalu mengeluarkan ponsel miliknya.

Setelah memesan dia menatap Fredo lagi. Dia sebenarnya ingin menangis sekarang karena melihat kehidupan keluarga Fredo seperti itu. Dia disalahkan padahal bukan kesalahan yang dia perbuat.

"Fredo, jangan putus asa ya. Gue selalu ada kok buat Lo." Ucap Auryn dengan tatapan dalam.

Cowo itu langsung melihat ke arah Auryn, lalu tersenyum miring.

"Jangan mengasihani gue, gue cukup terbiasa dengan ini." Ucap Fredo dengan tenang.

Namun hal itu yang membuat Auryn ingin menangis, jika tahu lelaki cowo di depannya ini hidup mana mungkin dia tega membuat akhir tragis sedangkan kehidupan sehari-hari dia sudah cukup menyayat hatinya.

"Lo tinggal dimana? Apakah perlu tinggal sementara di tempat gue?" Tanya Auryn.

"Gue ada apartemen, Lo kira selama ini gue hidup gelandangan??!"

Auryn melupakan hal itu, Fredo sudah hidup sendiri sejak SMP jadi bagaimana dia tak memiliki tempat tinggal. Dia kadang memang melupakan hal-hal kecil seperti itu.

"Ayo kita ke klinik, sepertinya luka di kepala Lo sepertinya butuh jahitan " ajak Auryn dan kebetulan taxi sudah tiba di depan mereka.

"Gue udah biasa dapetin luka kecil kaya gini, sana balik gue mau pergi." Usir Fredo dengan ketus lalu berbalik ingin mengambil motornya yang berada di dalam.

Auryn melihat itu, dia langsung menghapus air matanya yang jatuh juga akhirnya. Dia membayangkan bagaimana nasibnya jika di posisi Fredo, mungkin dia sudah lama mengakhiri hidupnya sendiri.

Dia akhirnya masuk ke dalam taxi dan kembali pulang ke mansion keluarganya. Fredo yang melihat mobil taxi Auryn pergi juga ikut pergi ke apartemennya. Hanya butuh lima belas menit dia sampai di apartemennya dan melepaskan helmnya. Kepalanya sudah mulai nyut-nyutan akibat benturan vas itu.

Dia segera menghidupkan lampu kamarnya dan menaruh tasnya di ranjang sedangkan dia pergi ke kamar mandi. Setelah selesai membersihkan diri dan membalut sendiri luka di kepalanya di kembali ke ranjangnya. Dia membuka tasnya yang terdapat foto dirinya dan seorang wanita cantik disana. Masa itu dia masih memiliki senyum yang lebar dan terlihat sangat bahagia tidak seperti sekarang.

"Apakah Fredo harus menyusulmu, bu? Dunia terlalu jahat." Gumam Fredo sambil mengelus pelan potret ibunya tersebut.

......................

"Apakah perlu seperti ini? Paman jangan macam-macam ya, aku bukan cewe seperti itu." Ucap Erzabell dengan cemberut.

"Apa kau bodoh?! Saya hanya menyuruhmu untuk memegang tangan saya bukan mencabuli dirimu yang tak menarik sama sekali di mata saya!" Maven sangat menguras kesabarannya untuk menghadapi Erzabell.

Gadis itu selalu mempersulit nya, dia sedikit menyesal menolong gadis itu namun sudah setengah jalan Hadi dia tak bisa mundur.

"Lagian paman terlalu tampan jadikan aku terlalu PD, hehe." Ucap Erzabell lalu memegang tangan Maven dengan kuat.

"Pejamkan matamu, rileks kan tubuhmu dan jika ada yang menarikmu maka tahanlah sekuat tenaga karena itu adalah pengikatnya."

Erzabell sedikit bingung dan tak paham, tapi dia mengikuti arahan yang diberikan oleh pria tampan di depannya ini.

Hingga tanpa sadar Erzabell mulai meremas tangan Maven dengan kuat bahkan keringatnya mulai bercucuran.

Giginya bergemeletuk keras karena seperti menahan dorongan yang sangat kuat tersebut.

Maven membalas pegangan Erzabell dengan kuat, dia tak bisa membantu apapun hanya keinginannya sendiri yang bisa lepas dari cinta semuanya.

Tarikan itu adalah tarikan masa lalu yang mengikat mereka berdua dan Maven hanya membantu untuk membenarkan benang yang kusut itu hingga mudah untuk dilepas.

"Euhhhh. Hah hah hah." Erzabell membuka matanya setelah perjuangan yang menyakitkan itu.

Dia tampak pucat hingga Maven memberikannya minum untuk mengisi tenaga gadis itu yang hampir habis.

"Bagus, apakah sekarang pikiran dan hatimu masih mengingat namanya?"

Erzabell menggeleng, bahkan sekarang rasanya lebih lega dari sebelumnya.

"Apakah aku sudah bisa lepas dari ikatan itu paman?" Tanya Erzabell dengan senang.

"Ya, walaupun tubuhmu lambat untuk dilepaskan dari dia tapi kau cukup baik bisa bertahan." Ucap Maven.

Walaupun sebenarnya dia kesal dipanggil paman oleh gadis yang seusia adiknya tersebut, namun dia sudah jengkel untuk menjelaskannya hingga dia membebaskan gadis itu menyebutnya apa.

Setelah selesai Maven berdiri dan ingin pergi dari kamar tersebut.

"Paman mau kemana?"

"Pergi."

"Ikut yaa!!" Itu bukan pertanyaan tapi sebuah pernyataan jika dia ingin ikut.

"Tidak, saya bekerja bukan sedang bermain seperti anak kecil."

"Aku gak bandel kok, cuma mau liat aja. Boleh ya boleh ya boleh yaaaa!!!"

Maven merasa pening mendengarkan suara cempreng milik gadis itu hingga dia meninggalkan kamar gadis itu dan membiarkan saja gadis itu mengikutinya.

Erzabell langsung masuk ke mobil Jeep milik Maven dengan senang, sudah lama dia tidak keluar karena proses pelepasan ikatannya.

Dia sesekali bersenandung ria di jalanan yang dilewati, dan Maven tak terlalu memperdulikan apapun yang dilakukan oleh Erzabell tersebut.

Hingga sampailah mereka di markas tentara elite yang diketuai oleh Maven sendiri.

Erzabell terkejut saat dia berada disini dan tak mengetahui jika pria yang disebut paman itu seorang tentara.

"Paman seorang tentara?" Tanya Erzabell namun Maven tak menjawab dan terus berjalan kedepan.

Erzabell selalu berusaha mengikuti langkah kaki Maven agar tidak ketinggalan karena dia takut dengan orang-orang berbadan kekar disini.

Setiap orang yang dilewati Maven selalu menyapanya dengan sikap tentara.

Dan dia hanya tersenyum canggung namun ternyata tentara-tentara tersebut cukup ramah dengannya.

Hingga sampailah mereka di sebuah ruangan yang Erzabell yakini jika ruangan Maven.

"Wah kenapa banyak sekali foto Auryn? Paman sangat bucin yaa pada Auryn?" Tanya Erzabell dengan nada mengejek.

"Ya." Namun jawaban dari Maven entah kenapa membuat Erzabell sedikit kecewa.

Dia belum mengetahui jika Auryn adalah adik Maven karena Auryn baru sekali menjenguknya dan setelah itu belum lagi. Dan Auryn pun tak menjelaskan jika dia memiliki keluarga lain selain keluarga Queensha.

"Auryn sangat cantik dan baik si, paman sangat cocok tapi sayangnya paman udah tua."

"Umur hanyalah angka." Jawab Maven dengan cuek.

Erzabell yang mendengar itu cemberut namun dia tak memperlihatkan raut wajah kesalnya tersebut dihadapan Maven karena takut pria itu berpikir tidak-tidak.

Dia melihat sekeliling lagi, dia menelusuri setiap ruangan dan selalu menemukan foto Auryn disana.

Dia sedikit iri dengan Auryn yang dicintai oleh pria seperti Maven.

Tapi dia membuang pikirannya jauh-jauh, dia tak boleh seperti ini. Dia akhirnya kembali duduk dan bermain dengan ponselnya yang sudah lama tidak dia buka.

Ternyata banyak notifikasi dari ayahnya dan Zamora dan juga Auryn yang bertanya tentang perkembangannya.

Dia pun membalas satu persatu pesan tersebut tanpa memperhatikan sekitar.

Maven hanya membiarkan gadis itu melakukan sesuka hatinya karena hari ini dia harus rapat dengan petinggi negara untuk membahas hal yang sangat penting.

Dia memakai seragam tentaranya yang memiliki banyak bintang disana dan juga lencana yang hanya dimiliki oleh orang-orang terpilih.

Tanpa sadar jika Erzabell kini sedang mengambil foto dirinya sendiri namun memperlihatkan wajah dia yang sedang menggunakan seragam tentara lengkapnya.

"Saya pergi dulu, jangan kemana pun karena tempat ini bukanlah tempat hiburan anak-anak." Ucap Maven dengan tegas.

Erzabell bak anak kecil yang penurut langsung mengangguk dan melambaikan tangannya.

Setelah melihat Maven pergi Erzabell langsung buru-buru membuka ponselnya lagi.

"Uuhhhh ini sangat menggemaskan, aku akan mempostingnya dan memamerkan jika ada pria tampan di dekatku." Gumamnya dengan senang.

"Tapi apakah nanti Auryn cemburu? Tapi tak apalah nanti aku akan menjelaskan jika hanya iseng aja. Toh selama dia tinggal di rumah paman Maven dia seperti tak masalah." Gumam Erzabell.

Erzabell merasa senang banyak yang merespon baik, bahkan Auryn mendukungnya. Tapi sayang pria itu malah menyukai sahabatnya sendiri hingga memasang foto dia sebanyak ini di ruang kerjanya.

Hingga sebuah notif pesan dari kontak yang selama ini selalu mengabaikan pesannya muncul.

Haizar

:Lo dimana kita perlu ketemu!

:Jangan kira setelah lo batalin pertunangan ini maka urusan kita akan selesai begitu saja!

:Hei

: Balas anjing!!!!

Erzabell menghela nafasnya, dia sudah muak dengan cowo itu jadi dia mengabaikan pesannya begitu saja bahkan memblokir nomor itu lalu menghapusnya.

"Uhhh leganya, tapi sayang setelah pindah hati malah tertarik dengan om-om yang suka sahabat sendiri." Gumam Erzabell.

Namun dirinya sudah berjanji pada dirinya sendiri jika dia tak akan mencintai seseorang sebodoh itu. Dia akan belajar menjadi wanita yang dikejar bukan mengejar lagi. Dia akan meningkatkan value-nya dan membuat Haizar, cowo yang selalu merendahkannya tak akan mampu lagi melihatnya karena jarak mereka yang terlalu tinggi.

Erzabell tersenyum dengan senang dan mulai mengatur jalan hidupnya kedepan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!