"Teganya kau membunuh keluargaku mas, salah apa keluargaku sama kamu mas," tangis ibu pun pecah.
keluarga yang hangat harus hancur di tangan keluarga itu sendiri, hubungan yang terjalin dengan baik harus hancur karena iri hati seorang saudara kepada adiknya sendiri.
"Santetmu akan kembali padamu,"
"Karma akan menghampirimu,"
"Tidak habis pikir kamu bisa membuh keluargaku dengan ilmu hitammu itu,"
"Kau akan mati di tanganku durjana,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon janda#hot, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Pak Gito pun kaget melihat kehadiran putrinya, amarah memenuhi dirinya. Sedangkan Santi terus meratapi nasib dari wanita yang melahirkan diri nya.
"Ibu,ibu, hikss apa yang bapak lakukan pada ibu?" tanya Santi dengan tangis yang semakin tidak bisa ia bendung.
"Dasar anak sialan! Apa yang kau lakukan disini ha, apa kau ingin mati bersama ibu mu!" ucap pak Gito penuh amarah.
Santi berlari mendorong tubuh bapak nya hingga jatuh tersungkur, tubuh ibunya pun terlepas dari genggaman bapaknya. Saat Santi membuka kain penutup tubuh ibu nya ia terlonjak kaget dan ketakutan, lalu mundur beberapa langkah menatap benci ke arah pak Gito.
"Bapak! Apa yang sudah bapak lakukan kepada ibu? Bapak jahat, pembunuh! Tega bapak lakukan hal keji ini kepada ibu. Ibu bangun Bu, jangan tinggalin Santi!" teriakan keras Santi meratapi kepergian ibunya dimana terdapat luka menganga pada bagian leher ibunya yang masih mengeluarkan darah.
Santi memeluk tubuh ibu nya sambil terus menggoncang nya berharap ibu nya dapat sadar kembali.
Intan yang menyaksikan itu menangis pilu melihat nasib dari sahabat nya.
Santi bangun dan berjalan menuju bapak nya lalu memukul tubuh pak Gito.
"Bapak jahat, aku benci sama bapak, kenapa bapak harus melakukan hal ini kepada ibu?" tanya Santi sambil terus memukul pak Gito.
"Dasar kamu anak yang tidak tau di untung! Kamu lebih membela perempuan laknat in, dia memang pantas mendapatkan nya. perempuan ini telah berkhianat selama aku pergi merantau demi kelangsungan hidup kalian!" ucap pak Gito penuh amarah.
"Tidak pak, ibu tidak mungkin melakukan hal itu, ibu sangat mencintai bapak," ucap Santi membela ibunya.
"Halah tau apa kamu anak kecil! Aku menyaksikan nya secara langsung ibu mu berselingkuh dengan laki-laki durjana itu!" ucap pak Gito.
"Tidak mungkin pak, Santi selama ini selalu bersama dengan ibu. Sekalipun apa yang di lakukan ibu itu salah tidak seharusnya bapak melakukan ini dengan membunuhnya!" ucap Santi.
"Itu memang pantas ibu mu dapatkan! Anggap saja sebagai penebusan dosa dan permintaan maaf kepada bapak, dengan kematian ibu mu ini bapak bisa menjadi kaya dan membalaskan semua dendam bapak!" ucap pak Gito dengan seringai penuh kebencian.
"Tapi pak," belum sempat Santi menyelesaikan ucapannya, pak Gito sudah memotong pembicaraan Santi.
"Tidak ada tapi tapian, sudah diam lah berhenti menangisi wanita laknat itu!" ucap pak Gito sambil mendorong tubuh Santi agar menjauh dari tubuh ibunya yang sudah tidak bernyawa itu.
Pak Gito pun kembali menutupi tubuh istrinya lalu menggendong nya, berjalan menuju ke arah belakang batu tersebut, ternyata disana terdapat sebuah lubang yang tidak nampak ujung dasarnya.
Melihat itu Santi pun mencoba menghentikan tindakan dari bapak nya itu, ia berlari hendak menahan pak Gito untuk tidak membuang jasad kaku ibunya. Bagitu pun dengan Intan dalam tangis ia mencoba memanggil pak Gito agar menghentikan tindakannya, saat hendak melangkah Intan tersadar dari mimpinya itu, ia membuka mata nya terlihat ibu dan bapak nya dalam keadaan panik memanggil namanya.
"Intan bangun nak, kamu kenapa?" tanya Bu Wati yang mengkhawatirkan putrinya.
"Ibu, Intan takut Bu!" tangis Intan kembali pecah di pelukan ibunya.
"Kamu mimpi buruk yah?" tanya Bu Wati.
"Ibu hikss, Intan takut Bu, mimpi Intan sangat menyeramkan. pak Gito Bu dia sangat jahat!" ucap Intan.
"Kamu mimpi apa sayang, kenapa kamu sampai bermimpi tentang pak Gito?" tanya pak Bimo mencoba menenangkan putrinya.
Dengan terisak Intan pun mulai menceritakan tentang mimpinya itu dari awal hingga akhir tanpa ia lewatkan satu pun. Sontak sepasang suami istri itu kaget dan bertanya-tanya, bagaiman bisa anaknya bermimpi tentang pak Gito dan apa ini hanya mimpi atau suatu petunjuk yang nyata.
Mereka kembali mengingat tantang kematian Bu mawar yang sampai saat ini jasad nya tidak di temukan, para berpikir mungkin Bu mawar telah di santap hewan liar saat sedang mencari kayu. Namun saat mendengar cerita dari putrinya mereka mulai ragu dengan kematian Bu Mawar.
Pak Bimo pun menepis semua kemungkinan yang ada dan menganggap itu hanya bunga tidur biasa dari putrinya.
"Sudah lah Intan, mimpi itu hanya bunga tidur saja," ucap pak Bimo.
"Ia nak, sekarang kamu tidur lah lagi mungkin saja kamu sedang kecapaian makanya kamu bermimpi hal yang buruk," ucap Bu Wati.
"Tapi Bu, Intan takut!" ucap Intan.
"Ndak apa-apa nak, ibu dan bapak aka menemani kamu sampai kamu tertidur lelap," ucap Bu Wati.
Intan kembali mencoba untuk menutup matanya, walaupun ia terus membayangkan mimpinya tadi namun ia tetap mencoba untuk tertidur. Hingga akhirnya intan pun terlelap, ibu dan bapak nya memilih untuk meninggalkan kamar intan dan kembali ke kamar mereka sendiri.
"Pak, perasaan ibu kok ndak enak gini yah!" ucap Bu Wati.
"Ndak enak kenapa to Bu, pasti ibu mikirin soal tadi yah, soal mimpi Intan itu," ucap pak Bimo.
"Iya pak, ibu tu mikirin soal mimpinya Intan apa benar yah apa yang di mimpikan Intan? Kalau benar kok ibu jadi kasihan sama Bu Mawar dan putrinya," ucap Bu Wati sedih.
"Sudah Bu, ndak usah di pikirin kan itu hanya mimpi saja. Mungkin itu efek dari Intan yang kelelahan apa lagi tadi kita baru saja dari rumah pak Gito," ucap pak Bimo.
Lah iya pak, tadi kan kasih pingsan di rumahnya pak Gito, apa jangan-jangan ini ada hubungannya dengan yang tadi?" tanya Bu Wati mencoba menerka.
Sudah lah Bu, ayo kita istirahat. Ndak usah di pikiri lagi ini udah tengah malam loh, bapak udah ngantuk banget ini, besok coba kita tanya kan ke pak ustad Abidin saja," ucap pak Bimo.
"Oh iya pak, besok pak ustad janji akan datang mengunjungi kita karena ada hal yang ingin ia bicarakan, sekalian saja besok tak tanyain ke pak ustad soal mimpinya Intan," ucap Bu Wati.
"Iya Bu, sudah sekarang kita tidur," ucap pak Bimo.
Keesokan pagi nya, seperti biasa Bu Wati bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan bagi suami dan anak-anaknya. Setelah menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim, ia menuju dapur untuk mulai menyiapkan bahan makanan yang hendak ia masak. Setelah selesai memasak ia beranjak membangunkan anak-anaknya.
"Dinda, bangun nak udah pagi ini nanti kamu telat lagi ke kampusnya," teriak Bu Wati.
"Iya Bu sebentar ini Dinda udah bangun kok," teriak Dinda dari dalam kamarnya sambil berjalan membuka pintu kamarnya.
"Oh kamu udah selesai mandi to ya udah kamu lanjutkan bersiap nya kalau sudah selesai jangan lupa kita sarapan bareng-bareng, ibu mau bangunin Risky dan adek kamu Intan takut nya ia belum bangun karena semalam ia sempat tersadar karena mimpi buruk," ucap Bu Wati.
"Mimpi apa Bu? Kok aku nda tau yah?" tanya Dinda yang memang semalam ia tidak mendengar suara gaduh dari adiknya itu.
Bu Wati pun mulai menceritakan tentang mimpinya dari putri bungsunya tanpa ada yang ia lewatkan.
"Ah masa sih Bu? beneran Intan mimpi kaya gitu?" tanya Dinda yang tidak percaya dengan mimpi adiknya itu.
"Namanya juga mimpi nak, bisa kita percaya dan tidak kita ambil yang positif aja, mimpi itu kan hanya bunga tidur belaka tapi terkadang mimpi itu seperti suatu isyarat untuk kita," ucap Bu Wati.
"Ya udah kamu siap-siap gih nanti kamu telat kalau kita ke asyik kan ceritanya," ucap Bu Wati.
"Ye ibu kan lagi seru-seru nya ini!" ucap Dinda yang sedikit kecewa karena masih ingin mengetahui kelanjutannya.
"Sudah sana kamu lanjutkan, ibu mau membangunkan Rizky dan Intan," ucap Bu Wati berlalu pergi.
"Iya Bu," ucap Dinda.
Setalah itu ia beranjak membangunkan putranya Rizki dan Intan sedangan kan Setia ia tidak pulang malam tadi.