NovelToon NovelToon
Obsesiku Tawananku

Obsesiku Tawananku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Playboy / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Fantasi Wanita
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Meira, gadis muda dari keluarga berantakan, hanya punya satu pelarian dalam hidupnya yaitu Kevin, vokalis tampan berdarah Italia yang digilai jutaan penggemar. Hidup Meira berantakan, kamarnya penuh foto Kevin, pikirannya hanya dipenuhi fantasi.

Ketika Kevin memutuskan me:ninggalkan panggung demi masa depan di Inggris, obsesi Meira berubah menjadi kegilaan. Rasa cinta yang fana menjelma menjadi rencana kelam. Kevin harus tetap miliknya, dengan cara apa pun.

Tapi obsesi selalu menuntut harga yang mahal.
Dan harga itu bisa jadi adalah... nyawa.



Ig: deemar38

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OT 30

Belum sempat mereka beranjak dari studio, suara notifikasi ponsel bertubi-tubi memenuhi ruangan.

Riku yang paling dulu membuka ponselnya langsung menatap layar dengan wajah pucat.

“Guys... media udah tahu,” katanya pelan.

Anton meraih ponselnya sendiri headline besar di layar langsung menusuk mata:

“Personel SilverDawn Ditangkap Terkait Narkoba! Siapa Saja yang Terlibat?”

Kolom komentar di bawahnya penuh dengan spekulasi:

“Jangan-jangan Kevin juga?”

“SilverDawn tamat nih 😭”

“Kenji nggak mungkin sendirian, pasti ada yang lain.”

Kevin membaca cepat beberapa komentar itu, rahangnya menegang.

Ia mengusap wajahnya kasar, berusaha menahan emosi.

“Of course... they drag my name too,” gumamnya dengan nada getir. (Tentu aja... mereka nyeret namaku juga)

Anton menepuk bahunya pelan. “Ignore it, Kev. Kita benerin semua nanti di Polres.”

Tapi Kevin hanya mendengus, menatap layar ponselnya sekali lagi di sana, fotonya terpampang jelas bersama tulisan besar:

“Leader sekaligus vokalis SilverDawn, Kevin De Luca, diduga terlibat kasus ini.”

Hatinya mendadak berat.

Bukan cuma karena tuduhan itu, tapi karena di balik semua kekacauan ini... nama baiknya mulai runtuh di depan jutaan mata.

Tak disangka, cepat sekali kabar itu menyebar.

Begitu Kevin dan yang lain hendak keluar dari studio, suara riuh langsung menyambut dari luar pagar wartawan sudah berbondong-bondong datang, sebagian bahkan melompati garis pembatas.

“Kevin! Benar kalian semua diperiksa polisi?”

“SilverDawn terlibat kasus narkoba, ya?”

“Kevin! Kenji ditangkap bareng pengedar, apa kamu tahu soal itu?”

Lampu flash kamera menyala bertubi-tubi, nyaris membutakan mata.

Anton langsung sigap melangkah di depan, mencoba membuka jalan sambil menutupi wajah Kevin dengan tangannya.

“Excuse us, please! Kami nggak bisa kasih komentar sekarang!” bentaknya.

Tapi kerumunan semakin menekan. Mikrofon dan ponsel diarahkan tepat ke wajah Kevin.

Salah satu wartawan wanita bersuara paling keras, “Kevin! Katanya kamu juga bakal dites urine! Bener atau nggak?”

Kevin menghentikan langkahnya sejenak, menatap wartawan itu dengan pandangan tajam lalu menjawab dengan suaranya yang parau.

“We’ll cooperate. But stop making assumptions.” (Kami akan kooperatif. Tapi jangan asal tuduh)

Anton menarik lengannya segera, mendorongnya masuk ke mobil sebelum kerumunan makin gila.

Pintu tertutup rapat tapi dari balik kaca gelap, Kevin masih bisa melihat blitz yang terus menyala-nyala,

dan wajah-wajah haus berita yang seolah ingin menguliti hidupnya.

Belum juga rombongan itu tiba di Polres, telepon dan pesan di ponsel Anton, sang manajer setia Kevin, terus saja menyala tanpa henti, seperti badai notifikasi yang tak mau reda.

 Setiap dering dan getar membuat jantungnya berdegup kencang, seolah-olah dunia hiburan sedang menekan bahunya dengan beban yang tak tertahankan.

Anton melirik layar ponselnya sekilas puluhan panggilan tak terjawab dari promotor, sponsor, dan bahkan wartawan yang haus berita. "Apa lagi ini?" gumamnya dalam hati, sementara tangannya gemetar memegang setir mobil yang melaju pelan di jalanan kota yang ramai.

Tekanan itu semakin membesar ketika ia teringat acara besar yang akan berlangsung hanya dua hari lagi.

Konser spesial Kevin SilverDawn, idola remaja yang kini terjerat skandal tak terduga, sudah kehabisan tiket sejak minggu lalu. Ribuan penggemar telah memesan tempat mereka, membayar mahal untuk melihat penampilan live acoustic, lengkap dengan lagu-lagu hitsnya yang memukau.

Penjualan tiket yang meledak itu seharusnya menjadi kabar gembira, tapi kini justru menambah kekacauan.

 Bagaimana jika berita buruk ini bocor? Bagaimana jika penggemar kecewa dan acara batal? Anton membayangkan kerumunan yang marah di depan venue, atau lebih buruk lagi, tuntutan hukum dari pihak penyelenggara.

Di sisi lain, poster-poster Kevin sudah terbentang megah di mana-mana, menjadi pengingat visual yang tak bisa diabaikan. Di lobi hotel mewah, spanduk raksasa bergambar wajah Kevin yang karismatik menghiasi dinding, dikelilingi slogan "Kevin Live: Melody and light in one night!"

 Halaman depan hotel pun tak kalah sibuk banner-banner berwarna cerah berkibar ditiup angin, menarik perhatian pejalan kaki dan pengunjung yang berfoto selfie di depannya. Bahkan di media sosial, tagar #KevinConcert trending, dengan ribuan komentar antusias dari fans yang tak sabar menunggu momen itu.

Ironisnya, keindahan promosi itu kini terasa seperti pedang bermata dua, memperbesar risiko jika situasi di Polres berlarut-larut.

Anton menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri di tengah hiruk-pikuk notifikasi yang tak kunjung reda.

Ia tahu, sebagai manajer, tugasnya bukan hanya mengatur jadwal, tapi juga melindungi karier Kevin dari badai seperti ini. "Harus ada jalan keluar," bisiknya pada diri sendiri, sambil mempercepat laju mobil menuju pintu Polres yang sudah terlihat di kejauhan.

Namun, di balik ketenangannya yang dipaksakan, kekhawatiran mulai merayap, apakah dua hari ini cukup untuk membalikkan keadaan, atau justru akan menjadi akhir dari segalanya?

Wartawan sudah menunggu dengan sabar namun penuh antisipasi, kamera-kamera mereka siap menyambar setiap momen, dan mikrofon-mikrofon terjulur seperti tombak yang haus berita.

"Kevin! Apa yang terjadi?" teriak salah seorang reporter, suaranya memecah keramaian, sementara yang lain berdesak-desakan untuk mendekat. Anton, sang manajer, langsung merasa napasnya tersengal ia sudah membayangkan skenario terburuk ini sejak perjalanan tadi, tapi kenyataannya jauh lebih menekan daripada imajinasinya.

Untungnya, petugas polisi yang bertugas di sana sigap bertindak. Dengan formasi yang terlatih, mereka membentuk barikade manusiawi, mendorong wartawan mundur selangkah demi selangkah sambil berteriak, "Silakan mundur! Ini prosedur standar!" Beberapa polisi memegang tangan kru untuk membuka jalan, sementara yang lain mengacungkan tanda peringatan. Anton mengangguk cepat kepada seorang perwira senior, berterima kasih dalam hati atas respons cepat itu. "Terima kasih, Pak," gumamnya pelan, sambil memimpin rombongan melewati kerumunan yang masih bergumam penasaran. Meski begitu, beberapa wartawan tetap berhasil mengambil foto dari kejauhan, dan Anton tahu berita ini pasti akan menyebar seperti api di rumput kering.

Begitu memasuki ruang tunggu Polres, semua kru SilverDawn Kevin, Riku, Eren, Chris, dan tentu saja Anton langsung diarahkan untuk menjalani tes urine. Prosedur itu dilakukan di ruangan terpisah yang steril, di bawah pengawasan petugas medis berpakaian seragam putih. Satu per satu, mereka diminta mengisi wadah sampel, dengan instruksi ketat untuk menjaga privasi tapi tetap diawasi agar tak ada kecurangan.

Kevin, yang biasanya penuh percaya diri di atas panggung, kini tampak tegang, tangannya sedikit gemetar saat menyerahkan sampelnya. "Ini pasti negatif, kan?" bisiknya pada Anton, suaranya nyaris tak terdengar di tengah suara keran air yang mengalir. Riku dan Eren saling pandang, mencoba tenang, sementara Chris duduk diam di sudut. Anton, sebagai yang terakhir, merasa beban terberat ia bukan hanya kru, tapi penjaga karier mereka semua.

Proses tes itu berlangsung sekitar satu jam, penuh ketegangan yang menyelimuti ruangan seperti kabut tebal. Setiap detik terasa seperti eternity, dengan pikiran mereka melayang ke acara dua hari lagi yang kini tergantung di ujung tanduk.

Anton memeriksa ponselnya lagi masih ada pesan baru dari tim promosi: "Update status Kevin? Tiket full, tapi rumor mulai beredar." Ia menarik napas dalam, berharap hasil tes ini akan menjadi kunci untuk membuka pintu keluar dari mimpi buruk ini.

Di luar, suara wartawan masih samar-samar terdengar, pengingat bahwa dunia luar tak akan menunggu lama.

1
D. A. Rara
tenang aja Kev, kalo kamu nggak salah semua akan baik2 aja. btw Kevin cute bngt si😍
D. A. Rara
Meira cantik ya, Kevin jg donk ka
Dee: Iya Kakak nanti aku liatin visualnya ya, moga aja suka hehe..😁
total 1 replies
Aksara_Dee
mawar utk kaka 🌹
Dee: Makasih authorku sayang🤗
total 1 replies
Aksara_Dee
cantik banget Meira, harusnya sih Kevin gak tega nolaknya ya
Dee: Memang udah mulai tumbuh benih2 rasa entah simpati, rasa suka, atau apa pun namanya karena Kevin melihat nasib Meira hampir sama dengan dirinya. Nanti akan ada satu bab di mana Kevin menceritakan kisah masa lalunya
total 1 replies
Aquarius97 🕊️
Meira kah vin.? jika iya, hmm...diam2 kamu memperhatikan yaa
Dee: Meira itu cantik alami, makanya Kevin sedikit ada hati
total 1 replies
Aquarius97 🕊️
yaiyalah mei... lu siapa emangnya wkwk
Aksara_Dee
periksa sama aku aja, rahasia aman 😅
Dee: Hhaa.., dokter dadakan? Kevin sih udah panik pas periksa urine, kalau sama kakak pasti langsung tenang. Garansi aman infonya berlaku seumur hidup nggak? 😄
total 1 replies
Aksara_Dee
emang kalau udah penyakit hati susah ya
Aksara_Dee
semoga bukan kevin ya
Aksara_Dee
tapii... crush nya Kenji naksirnya kamu, Kev
Aksara_Dee: ❤️❤️❤️❤️
total 8 replies
D. A. Rara
kalo Kevin aku rasa dia mau ngk tau Kenji
Aquarius97 🕊️
wah parah juga lu Mei...
Aquarius97 🕊️
tahan Meira, jangan ngamuk yaa 🤣
Aksara_Dee
like plus mawar untuk kaka
Dee: yeeeaa... makasih Kakak🥰
total 1 replies
Aksara_Dee
yups mantap kata²nya cukup menampol bibir kenji
Aksara_Dee
owalaahh aku gemess sama Kenji
Aksara_Dee
kenji pengen bgt tampil nih kayaknya
Aksara_Dee
duuhh dia capek banget itu, pengen peluk kevin 🥺
Dee: Merasa tertekan
total 1 replies
Aksara_Dee
diam-diam dia ingin tampil sebagai tokoh di head line
Dee: Mulai ketauan aslinya
total 1 replies
Aksara_Dee
jeli bangen si wartawan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!