NovelToon NovelToon
BUKAN IBLIS

BUKAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan
Popularitas:671
Nilai: 5
Nama Author: yotwoattack.

Berfokus pada Kaunnie si remaja penyendiri yang hanya tinggal bersama adik dan sang mama, kehidupannya yang terkesan membosankan dan begitu-begitu saja membuat perasaan muak remaja itu tercipta, membuatnya lagi dan lagi harus melakukan rutinitas nyeleneh hanya untuk terbebas dari perasaan bosan tersebut.

tepat jam 00.00, remaja dengan raut datar andalannya itu keluar dan bersiap untuk melakukan kegiatan yang telah rutin ia lakukan, beriringan dengan suara hembusan angin dan kelompok belalang yang saling sahut-sahutanlah ia mulai mengambil langkah, Kaunnie sama sekali tidak menyadari akan hal buruk apa yang selanjutnya terjadi dan yang menunggunya setelah malam itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BI BAB 31 - Libur.

"Hoam~" aku menguap lebar. Tubuhku menggeliat, rambutku bak singa gembel, dan wajahku yang tidak lebih baik dari biasanya. Sungguh penampilan khas orang kere saat bangun tidur.

Dihari libur ini aku tidak ada kegiatan. By the way, anak-anak di sekolahku sedang melaksanakan kegiatan kemah dilokasi yang cukup jauh. Jikalau diperkirakan sih mereka akan menempuh waktu dua hari didalam bus sebelum benar-benar sampai kelokasi.

Entahlah, aku tidak terlalu tahu sih, secara aku tidak pernah mengikuti kemah sama sekali dari aku SD, SMP, sampai SMA seperti sekarang.

Aku mengambil ikat rambut yang tergeletak begitu saja di meja samping kasur, ku kuncir rambutku asal-asalan lalu tanganku bergerak untuk mengambil houdie oversize yang kumiliki sebelum aku mengayun langkah lagi.

Pagi yang indah walaupun masih diselimuti oleh hawa horror namun tidak mengapa lah. Aku harus membiasakan ini.

"Kau, makanan lo di kulkas, tinggal panasin." Ujar mama ketika aku berpapasan dengannya.

"Adek udah berangkat?" aku bertanya sembari menarik kursi untuk ku duduki. Oh iya, adikku yang doyan ngutang nan tempramental itu hari ini juga mengikuti kegiatan kemah, tapi dia kemahnya didepan sekolahnya sendiri.

Anak smp memang tidak boleh jauh-jauh kemahnya. Nanti diculik.

Mama berjalan menghampiri lalu duduk dikursi yang juga tidak jauh dari tempatku berada.

"Iya. Adek sebenarnya tadi mau lo ikut nganter juga tapi lo nya masih ngorok, jadi gue ama dia aja deh yang berangkat." Ujar mama sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Mama ku habis mandi, janda satu itu memang hobi sekali mandi, mau sesibuk apapun dirinya ia tidak akan meng-skip yang namanya mandi.

Aku mengangguk-angguk dengan mulut membentuk huruf 'O'.

Adik dan mama memang kepribadiannya seperti singa lapar namun kedua singa lapar itu memiliki sisi tersendiri nya apabila bersamaku. Contohnya seperti hal kecil yang adikku inginkan tadi pagi, kemarin karena aku sibuk mampus mengenai bisnisku dengan Edo, aku jadi tidak sempat mengobrol dengannya. Bocah baru menstruasi itu mengirim chat kepadaku, berkata bahwa aku dan mama harus sama-sama mengantarnya ke lokasinya berkemah padahal jarak antara sekolah dan lokasi kemah adikku itu terbilang tidak jauh sama sekali.

Hadeh.

Mama bangkit dari kursi lalu tangannya dengan nakal membuka tudung houdie ku. "Akhir-akhir ini gue liat lo sering banget pake houdie?" ujarnya santai lalu berjalan pergi begitu saja.

Degh..

Aku yang tidak ingin menampilkan gerak-gerik mencurigakan dengan santai menutup kembali tudung houdie ku. "Haish~ aku kan emang suka pake pakaian yang tertutup ma, gak kayak mama. Wle!" santaiku kepada mama yang tubuhnya sudah berada dibalik tirai dapur. Dari suara klotak-klatek sih mama sepertinya sedang memanaskan makanan untukku.

"Ahahahahaa!" tawa renyah mama mengudara. Tawanya hampir mirip dengan tawa adikku. Kalau tawaku bagaimana ya? Entahlah, aku jarang tertawa. "Anjing bat punya anak! Tapi bener sih," ujar mama masih terkekeh.

Aku ikut terkekeh. Jangan heran karena cara berinteraksi kami memang begini, kami bukan hanya menganggap sesama sebagai keluarga yang berharga melainkan seorang teman juga.

Mama itu ratunya berteman. Ia punya banyak sekali teman. Pernah sekali aku ikut dibonceng olehnya kepasar dan sepajang pasar ada banyak sekali orang yang menyapa. Banyak kelewatan banyak malah. Aku sih tidak ambil pusing dengan semua itu karena aku tahu koneksi mama ku ini memang seluas samudera. Bahkan sewaktu kami liburan keluar kota dulu juga tidak sedikit orang-orang yang mengenali bahkan terlihat sangat akrab bak sahabat lama dengan mama.

Sudah kubilang kan? Mama ratunya berteman.

Kalau mama mu hebat berteman bagaimana dengan anak-anaknya? Tentu saja anaknya juga hebat berteman! Tapi aku terkecuali sih, yang mewarisi jurus super friendly mama ku itu hanya adikku. Sedangkan aku tidak dapat.

Adikku itu banyak sekali temannya.

"Noh makan." Santai mama sembari meletakan sepiring nasgor juga segelas susu di meja.

Aku berterimakasih dengan gerakan. Yaitu, menyatukan kedua tangan didepan dada lalu setelahnya aku mulai menyuap nasgor tersebut.

Mama berjalan santai lagi melaluiku yang sedang duduk anteng di meja makan. "Enak?" Ujarnya sebelum menghilang meninggalkan area dapur rumahku.

Aku sih tidak membalas secara lisan karena wujud mama ku saja sudah tidak terlihat lagi namun karena aku bukan anak durhaka, aku membalas pertanyaan santai mama didalam hati.

'enaklah kan beli ihihihii!'

Mama itu jarang masak, kami sehari-hari makannya selalu beli dari luar. Mama itu tidak pulang setiap hari namun ia selalu menyuruh orang suruhannya untuk rutin mengantarkan makanan kerumah kami.

Heumm.. rasa nasgor kali ini dominan kecap, mama mesennya diwarung mana lagi, ya? Aku mengangguk-angguk dengan mata memejam. Aku sedang fokus menikmati nasi goreng yang kataku sangat enak tersebut.

Aku ini pecinta kecap garis keras sehingga aku akan keenakan apabila memakan sesuatu yang rasa kecapnya lebih dominan.

Ngomong-ngomong kabar Sebastian bagaimana ya? Semoga saja masih hidup.

Aih~

Aku jadi tidak nafsu makan. Aku meletakan sendok yang kupegang. Tapi boong! Kuambil kembali sendok tersebut lalu aku kembali menyendok nasgor dan ku suapkan lagi ke mulutku.

Sebastian itu pria yang baik. Itu pendapatku tentangnya. Aku dan pria tinggi besar itu memang tak mengenal lama, bahkan pertemuan kami kurang dari 10 jam namun entah mengapa aku merasa.. ah, entahlah.

Kami ditakdirkan bersama?

'dih!'

Aku mengangkat tangan lalu tangan tersebut dengan sengaja ku hantamkan ke kepala. Pikiran bodoh apa itu tadi? Begitu menjijikkan! Baiklah, aku kembali mendatarkan wajahku.

Terserah Sebastian saja mau menepati janjinya kapan. Pria tinggi besar itu berkata bahwa ia pasti akan menemui ku lagi dan aku pribadi sih percaya percaya saja.

Selama ini Sebastian selalu kabur ketangkep kabur ketangkep, kan? Nah, jadi menurutku kali ini ia akan berhasil kabur walau nanti pasti akan berakhir ditangkap lagi.

Aku menyuap suapan terakhir lalu setelahnya aku mulai berjalan menuju dapur untuk sekedar mencuci piring bekas ku makan. "Wow pisang.." ujarku ketika netraku menangkap buah kuning panjang diatas kulkas. Tanganku terangkat untuk mengambil pisang itu dan kusimpan didalam kantung Houdie lalu aku kembali lagi pada niat awalku yaitu mencuci piring bekasku makan.

Andai sosok penguntit Sebastian itu gak ada, pasti Sebastian bakal mudah kaburnya..

Sembari mencuci piring benakku asyik menerawang kesana-kemari. Aku berpikir cara bagaimana makhluk hitam yang mengikuti Sebastian itu bisa tiada dan bagaimana caranya.

Keahlianku dalam bidang ghaib meng-ghaib ini hampir 0%. Jangankan cara memusnahkan hantu, membuat hantu kesakitan barang sedikit saja aku belum mampu.

Ah.. aku jadi teringat kejadian dimana  aku menghajar setan lidah panjang dengan pel-an. Kalau dipikir-pikir lagi lucu juga. Berniat menghajar tapi malah berakhir dihajar? Mana dilempar kesana kemari pulak, aduh, jadi malu.

Memangnya makhluk sialan itu siapa sampai berani berbuat begitu denganku?

Tanpa sadar aku meremas gelas di tanganku sampai gelas itu pecah tanpa sepengetahuanku.

'kampret kamu setan lidah panjang! Beraninya kamu melempar seorang Kaunnie?!!'

Tes.. tes.. tess...

Banyaknya pecahan beling yang menancap di telapak tangan juga disela-sela jari, mengakibatkan banyaknya cairan merah kental mengalir deras.

Aku yang dungu rupanya masih belum sadar juga sampai sesuatu yang dingin dan lengket menyapa tanganku. Aku yang sedang misuh-misuh sendiri sontak kaget lalu netraku langsung berlari cepat melihat apa yang sedang mengulum tanganku tersebut.

'wattaheelll??!!'

Aku reflek ngibrit. Berlari terpingkal-pingkal aku ketika mendapati sosok bak kabut hitam yang selalu mengikuti diriku sedang asyik menjilati darah yang mengalir deras dari telapak tanganku itu.

Aku berlari dengan mulut terkunci rapat, mau bagaimanapun mama sedang berada dirumah maka aku tidak boleh melakukan tindak sembrono dengan main teriak seperti orang kesetanan.

Peristiwa Bagong yang baru saja terjadi memang creepy namun amarah mama ku jelas jauh jauuhhh lebih creepy.

Oke Kaunnie. Tutup mulut atau wujud bonyok kamu yang sekarang bakal ketahuan, tutup mulut atau kamu yang akhir-akhir ini sering berurusan dengan hantu ketahuan.

Sembari berlari aku terus bergumam lantang didalam hati. Aku tahu bahwa apa yang terjadi dengan tubuhku sekarang suatu saat pasti akan ketahuan juga, akupun juga tahu bahwa sifatku yang bisa jadi lebih aneh dari biasanya dikarenakan oleh penampakan para makhluk tak kasat mata yang tidaknya tidak sering membuatku kaget itu juga pasti akan ketahuan.

Mama begitu peka orangnya. Jika aku bukan Kaunnie si dewa akting mungkin aku akan ketahuan dari kemarin namun karena aku adalah Kaunnie maka kebohongan yang berusaha ku tutup-tutupi sampai sekarang ini jadi tidak terungkap.

"KAUUU!! ADA ABANG LO DI BAWAAAHH!!" Teriakan mama yang sepertinya sedang dilantai dua itu hampir membuatku serangan jantung.

Aku secara perlahan mulai menghentikan langkah lalu celingak-celinguk untuk memastikan apakah benar mama ku sedang dilantai atas atau tidak.

Oh iya, biar ku klarifikasi dikit. Aku ini miskin. Ingat ya, tidak semua orang yang rumahnya tingkat dua itu kaya, buktinya adalah aku sendiri. Rumahku ini memang tingkat dua namun bangunannya sempit dan sudah begitu tua.

Aman. Setelah dirasa bahwa mama benar tidak sedang berada dilantai yang sama denganku, aku akhirnya bisa menghembuskan nafas dengan tenang.

Netraku bergulir menatap kearah kedua tanganku yang dipenuhi darah segar. Tidak sakit sama sekali namun zaman sekarang darah itu mahal dan begitu berharga. Aku dengan santai merajut langkah untuk mendekati jendela, kutarik kain sarung yang menggantung disana lalu ku belah dua untuk ku ikatkan dikedua tanganku.

'anjir kayak Mr.Crab '

Aku lalu berjalan santai menuju pintu. Kata mama tadi ada Rama, kan? Untuk apa anak itu kemari? Jangan sampai ia merengek untuk membujukku kerumah sakit lagi karena kalau itu benar maka aku akan membanting pintu untuk mengusirnya.

Bukannya apa ya tapi kemarin sore aku sudah memberi petuah untuk pria jangkung itu agar ia tidak mencepu hal apa saja yang telah terjadi kepada mama dan kalau sampai mulut rombeng nya itu benar-benar bicara macam-macam.. habis tuh anak.

Aku berjalan santai menuju pintu dengan kedua tangan yang dililit sarung. Sungguh aneh penampilanku saat ini. Mana ada orang pagi-pagi jaketan ditambah lagi tudung jaketnya aktif digunain juga, apalagi dengan dua buntalan bulat dari sarung yang menempel acak-acakan dikedua telapak tanganku.

Ajaib memang, namun apa boleh buat.

Krieett~

Itu bunyi decitan pintuku. By the way aku membukakan pintu tersebut dengan kaki karena yeah you know lah bagaimana kondisi tanganku.

"Alooo~" wajah dengan senyum lebar bonus suara Rama yang sengaja ia buat seperti bayi lah yang menyambut ku ketika pintu didepanku sudah sepenuhnya terbuka.

Lihatlah anak manusia yang sudah berjebvbut ini, aku membatin busyuk sembari mengamati dengan datar gerak-gerik Rama yang dengan santai berjalan masuk.

Makin tua bukannya makin dewasa malah makin menjijaykan. Entah mengapa batinku terus-menerus menghujat Rama dengan teganya.

"Sini sinii! Aku bawain martabak kacang nihh," riang Rama yang sudah standby dikursi dengan tangan yang sibuk membuka bungkus kantung plastik yang ia bawa.

Aku memutarkan bola mata lalu mulai mengayun langkah untuk menghampirinya.

"Eh?" pria tersebut ber-Eh ketika ia mulai menemukan sesuatu yang janggal dari diriku. Hadeh, ia pasti sudah menangkap sarung yang ku gulung bak corndog dikedua tanganku ini.

Tangannya terangkat untuk mentoel-toel sarung yang membentuk gumpalan tersebut.

Toel-toel~

"Pffttt.." Rama menutup mulut, ia berusaha menahan tawanya. Entah apa yang pria itu pikirkan namun ia dengan wajah setengah serius setengah cengengesan mulai membuka sarung yang membungkusi tanganku.

Ketika kedua tanganku terbuka sepenuhnya, dan ketika luka mengerikan di tanganku terlihat, Rama menganga lalu secara reflek ia menatapku yang berwajah super santai ini tajam-tajam.

Rama menggiringku. "Aku tau sih pasti ada yang gak beres sama tangan kamu, dan aku juga tau kamu gak mungkin ngelakuin hal konyol kalau gak ada penyebab, tapi aku gak ekspek yang kamu sembunyiin dibalik sarung itu luka yang masih basah banget! Gila kamu ya?!" sembari menuntunku berjalan Rama mengoceh dengan volume yang luar biasa kecil.

Aku menarik sudut bibirku. Ah, akhirnya dia pintar juga, dia pasti paham bahwa dirumah sedang ada mama makanya ia tidak ingin apa yang telah terjadi kepada ku ketahuan oleh singa betina yang pasti sedang skincarean dilantai dua.

"Mamaaa~" Rama berteriak santai memanggil mama diatas sana.

"IYEEE! Nape tongg?!!" sahut mama.

"Ijin culik Kaunieee!!~" ujar Rama lagi.

"Iye-iyee ntar bagi dua Yee hasilnyaaa!!"

Lihatlah betapa kampret nya mereka.

Haish~

Aku membuang nafas panjang dengan tungkai yang setia berusaha mengikuti langkah Rama yang sedang menggiringku bak anak ayam ini.

Kami terus berjalan sampai kami berada di pelataran rumahku. Rama berhenti menggiringku, ia menatapku tajam dengan tangan berkacak pinggang.

Oh, ayolah! Ia pasti akan mengomel.

"Aaahhh! Bener-bener kamu, Kau! Baru gak ketemu sehari udah makin banyak aja luka dibadan kamu, sekarang ayo ayo! Awas aja kalau kali ini gak mau diajak kerumah sakit." Dengan nada kesal ia berujar begitu lalu aku kembali digiring menuju mobilnya.

Ya sudahlah, kali ini aku gak usah sok-sokan nolak.

Dengan patuh aku masuk kedalam mobil Rama, toh saat ini aku sepertinya memang memerlukan perawatan medis.

Aku perlu salep untuk banyaknya memar di tubuhku, luka yang masih basah di tanganku juga sepertinya memerlukan perawatan.

Kami menempuh perjalanan ditemani ocehan Rama yang mengudara. Pria itu nampak begitu kesal denganku yang katanya bocah super santai dan ceroboh ini.

Ah iya, didalam ocehannya ia juga bilang bahwa alasannya melepaskan ku kemarin adalah karena orang tua pria itu menjodohkannya dengan janda beranak empat.

Aku terkaget-kaget namun yeah seperti biasa, aku tidak memberinya respon apapun. Aku setia terdiam sampai mobil yang kami tunggangi mulai memasuki area rumah sakit.

1
kalea rizuky
orang mana Thor kok tau pentol/Curse//Curse/
Yoyoo
cemangatt
Yoyoo
kiw
Diana
👍Seru banget, kayak nonton film di bioskop
minsook123
Thor, aku rindu banget sama ceritamu, please update secepatnya!
Jiraiya
Gak bisa move on! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!