NovelToon NovelToon
Daisy

Daisy

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Romansa / Kriminal dan Bidadari / Chicklit
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Inisabine

Hidup Singgih yang penuh kegelapan di masa lalu tanpa sengaja bertemu dengan Daisy yang memintanya untuk menjadi bodyguard-nya.


Daisy
Penulis: Inisabine
Copyright Oktober 2018

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inisabine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

"Jadi, ini semua rencananya Gendis sama Sofie." Daisy tergelak tak percaya. Mereka memang benar-benar bisa diandalkan.

Singgih tersenyum simpul. Fokusnya tetap ke depan untuk mengemudikan mobil. Bahkan mobil yang dikemudinya sekarang kepunyaan Sofie―dengan alasan sang artis mau beli mobil baru dan mobil lamanya ini diberikan―yang katanya untuk hadiah kebebasan Daisy.

"Huh―"

Dengusan panjang Daisy membuat Singgih menoleh singkat pada gadis itu. "Ada apa?"

Pasti saat ini sedang berlangsung kehebohan. Mama menangis putrinya hilang. Papa mengerahkan seluruh pasukannya mencariku. Besar kemungkinan Mas Singgih akan dijadikan tersangka." Daisy menatap prihatin pada Singgih. "Aku justru menjadikan Mas Singgih tersangka lagi."

"Inilah pekerjaanku. Apa pun yang terjadi aku akan tetap melindungimu."

"Jangan pergi lagi... walaupun aku mengusir Mas Singgih."

"Aku akan tetap," Singgih menoleh sekilas ke Daisy yang duduk di sampingnya, "berada di sisimu." Senyumnya simpul.

"Makasih." Kedua ujung bibir Daisy mengembang naik.

Rinai hujan mulai mengguyur perjalanan mereka. Laju kendaraan pun mulai melambat. Udara dingin mulai menggelayut dingin tubuh Daisy.

Sebelah tangan Daisy mengulur ke belakang untuk meraih tas ransel. Gaun satin merah muda yang masih dikenakannya setengah jam lalu, sekarang teronggok kasar di atas jok. Setelah meraih tas, Daisy mencari-cari jaket atau apa pun yang bisa dipakainya untuk menghangatkan tubuh.

Matanya membeliak seketika mendapati lingerie hitam dengan renda tipis tersusun di tumpukan terbawah. Saat ia berganti baju sebelumnya―di toilet POM bensin―ia mengambil kaus dan celana panjang yang tersusun di tumpukan teratas dan tak sempat memeriksa isi tasnya. Oh, ia tahu lingerie ini pasti ulahnya Sofie.

"Dingin?"

"Eh?" Daisy menjejalkan lingerie hitam itu dalam-dalam, kalau bisa membuangnya ke tong sampah.

Mobil yang dikemudikan Singgih tiba-tiba menepi di pinggir jalan, dan berhenti.

"Kok berhenti?"

Singgih melepas jaket denim yang dipakainya, lalu mengulurkan ke Daisy. "Pakai saja jaketku. Untuk sementara... biar nggak dingin."

Daisy tersenyum mengambil jaket itu. Ia memakai jaket itu dengan perasaan berdebar tak keruan. Padahal hanya jaket, tapi rasa-rasanya seolah Singgih sedang memeluknya.

"Ada tempat yang mau kamu tuju?"

"Hm?" Daisy mengesiap disertai dengan rona merah di kedua pipi.

"Kita nggak mungkin kan, jalan tanpa tujuan."

"Yang penting kita jalani aja dulu." Daisy mengulum senyum malu-malu.

Singgih menoleh mengamati Daisy, di mana gadis itu terlihat mesam-mesem tak jelas.

Senyuman mesam-mesem Daisy memudar dan berganti dengan senyum kaku. "Aku pernah kabur sekali dan pergi ke tempatnya Sofie. Tapi aku ketangkap di sana. Jadi... aku nggak punya tempat tujuan. Makanya tadi aku bilang... jalani aja dulu," kilahnya seraya masih mengembangkan senyuman kaku.

Singgih pun terlihat bingung hendak melajukan mobil ke mana.

Sebuah ide tiba-tiba terbersit di benak Daisy. "Ke tempat kita bertemu pertama kali aja!" serunya.

    *

Kedua kaki Daisy mengayun-ayun dengan kedua telapak tangan menumpu di atas dipan kayu, di mana ia sedang duduk di teras rumah Nek Ipon, sambil menatapi bintang-bintang di langit malam.

Daisy tak pernah menyangka bahwa dirinya akan kembali lagi ke tempat ini. Tempat yang mempertemukannya dengan Singgih. Tempat yang telah menyelamatkannya dari dua penculik dan juga rasa lapar. Dan, di rumah inilah pertama kalinya dalam hidupnya ia makan masakan yang paling sederhana. Tumis kangkung, telur dadar, dan tempe goreng.

"Nggak pa-pa malam ini tidur di sini?" Singgih tahu-tahu sudah mengulurkan segelas jahe panas.

Daisy menyambut uluran gelas dari tangan Singgih. "Mau gimana lagi?" katanya pura-pura terpaksa. Baginya, sekarang dan di mana pun tempatnya tak masalah, asalkan bersama Singgih, dan itu sudah lebih dari nyaman.

"Papa sudah tahu tentang Mas Singgih."

"Hmph." Singgih menggumam paham.

"Kalau aku bilang ini dan itu, biasanya papa hanya percaya sama aku. Tapi tiba-tiba papa tahu dan malamnya langsung ada pertemuan keluarga aku dan keluarganya Rolan. Kan, aneh. Jadi, aku rasa papa tahu dari Rolan."

Singgih tak terkejut mendengarnya. Seakan ia sudah bisa menebak. Kebencian Rolan pada dirinya sepertinya tidak akan berhenti sampai salah satu dari hidup mereka berakhir.

"Cepat atau lambat orang-orang pasti akan tahu tentang aku."

"Jika itu menyakiti... kenapa nggak disembunyikan aja?"

"Aku selalu menyembunyikannya. Tapi... entahlah―selalu saja orang-orang mengetahuinya."

"Huh―" Daisy menghela napas panjang. "Kalau aku sih jujur nggak bakal sanggup menghadapinya. Mungkin aku akan bersembunyi."

"Lalu sampai kapan kamu akan sembunyi?"

"Sampai kapan, ya?"

Daisy menatapi kembali bintang-bintang di langit. Ia sendiri pun tak tahu sampai kapan akan menjadi kelinci yang bersembunyi dari terkaman elang. Mungkin sampai papanya menyerah menjodohkannya dengan si buaya darat itu.

"Mas Singgih." Daisy menoleh memanggil Singgih.

Singgih menoleh menatap Daisy, tanpa gumaman menyahut.

"Sekarang ini aku sudah miskin. Nggak punya uang buat bayar Mas Singgih."

Dua ratus jutamu sudah cukup membayarku."

Aku sendiri juga butuh uang. Buat beli kebutuhan sehari-hariku selama di sini, seenggaknya. Tapi yang kubisa cuma menggambar. Bikin webtun. Atau aku bisa buka jasa menggambar wajah."

Kepala Singgih menggeleng pelan―takut sang tuan putri tersinggung―bahwa usulan tersebut bukanlah ide yang bagus.

"Nggak, ya?" kepala Daisy ikut menggeleng disertai dengan raut putus asa.

"Nggak semua orang tertarik menggambar wajahnya sendiri. Meski begitu, tetaplah lakukan apa yang ingin kamu lakukan."

Daisy mengembangkan senyuman. "Yang ingin kulakukan―" ia kemudian melanjutkan kalimatnya yang tertahan di dalam hati, adalah bersama Mas Singgih. Seperti sekarang ini.

    *

1
elica
wahhh keren bangettt🤩🤩
mampir di ceritaku juga dong kak🤩✨
elica
hai kak aku mampirrr🤩✨
Inisabine: Haii, makasih udah mampir 😚✨
total 1 replies
US
smg aksyen baku hantam /Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!