Ziudith Clementine, seorang pelajar di sekolah internasional Lavante Internasional High School yang baru berusia 17 tahun meregang nyawa secara mengenaskan.
Bukan dibunuh, melainkan bunuh diri. Dia ditemukan tak bernyawa di dalam kamar asramanya.
Namun kisah Ziudith tak selesai sampai di sini.
Sebuah buku usang yang tak sengaja ditemukan Megan Alexa, teman satu kamar Ziudith berubah menjadi teror yang mengerikan dan mengungkap kenapa Ziudith memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Megan
Siswi dengan nama lengkap Megan Alexa sudah ada di dalam kamar di asramanya. Dia membuka halaman The Book hingga ke sampul terakhir, ada dua puluh satu kematian yang akan terjadi. Megan bisa tahu itu dari setiap judul cerita yang Ziudith tuliskan. Kematian pertama, kematian kedua, kematian ketiga dan seterusnya hingga pada judul terakhir.. Kematian ke dua puluh satu.
Mungkin benar kata Sam, dia sudah mulai gila. Karena Megan percaya jika memang Ziudith yang menulis ramalan tentang kematian siapa saja yang pernah merundungnya di Lavente.
"Baiklah Ziu atau siapapun engkau.. Apapun yang akan kau lakukan, aku akan menghentikannya! Aku tidak akan tinggal diam melihat nyawa orang-orang kau ambil dengan cara mengerikan. Jika ingin bermain, mari selesaikan permainan ini bersama-sama."
Kali ini Megan tak ingin diam dan hanya menjadi penonton. Dia ingin menyelamatkan siapa saja yang menjadi target The Book. Pertama-tama Megan membaca kembali buku bertuliskan tangan itu. Dia mencari setiap detail kecil dari dalam sana agar mengetahui siapa yang akan menjadi korban selanjutnya.
"7 Juli 2025. Bagaimana kalau aku menceritakan tentang kejadian beberapa bulan yang lalu terlebih dahulu sebelum memulai petualangan terakhir bersamanya. Dia dari kelas Prancis. Tapi sangat sering ke kelasku karena dia aktif sebagai anggota organisasi sekolah. Dan setiap kali dia datang ke kelasku, dia selalu mengatakan hal-hal yang membuatku sakit hati. Wajar saja sebenernya menghina diriku yang hanya seorang yatim piatu dan bisa masuk ke Lavente melalui jalur beasiswa, tapi dia menyebutku menjual tubuh pada setiap teacher untuk menaikkan semua nilai mata pelajaran di sekolah."
"Ya, dia yang awalnya membuat fitnah seperti itu. Sampai semua orang mengikuti ucapannya yang mengatakan jika diriku adalah seorang jAlang. Tibalah jadwal olahraga renang di kelas Swiss, kelasku. Aku menuju loker untuk mengambil baju renang yang ada di sana, dan ternyata dia ada di sana. Dia tersenyum ke arahku. Senyum mengejek berselimut penghinaan. Terserah saja. Aku sedang tidak ingin membuang waktu di ruang loker dan tertinggal pelajaran renang nantinya."
"Barulah aku tahu kenapa dia tersenyum seperti itu ketika aku sudah mengganti seragam sekolah dengan baju olahraga. Dia merusak baju olahragaku. Dia menggunting bagian dada dan area paha, benar-benar rusak tidak bisa dipakai. Aku tidak segila itu sampai mau memakai baju yang sudah dirusak seperti itu. Karena tidak memakai baju olahraga, aku terkena hukuman. Aku diminta berlari mengelilingi kolam, sedangkan siswa lain sedang menikmati segarnya air di kolam."
"Setengah jam berlalu. Siswa kelas Swiss kembali ke kelasnya. Pelajaran renang selesai. Baru saja akan menyusul yang lain, dia datang dan menyeret ku masuk ke dalam kolam. Aku terlempar ke tengah kolam. Kakiku yang lelah sehabis berlari tidak siap jika langsung dihadapkan pada kondisi seperti ini. Aku kram. Nafasku habis dalam beberapa detik saja karena syok dan panik. Dadaku sakit, entah berapa banyak air yang tertelan masuk ke tubuhku, nyatanya yang aku rasakan adalah dada yang sesak luar biasa. Aku pikir aku akan mati hari itu, pandangan ku saja sudah buram. Namun ternyata aku masih hidup hari itu. Yang lucu adalah.. Ternyata dia tetap di sana menyaksikan aku hampir mati kehabisan nafas di dalam air, dia merekamnya. Dia menyebarkan rekaman video itu pada grup siswa Lavente, apakah orang-orang bersimpati? Tidak. Karena yang mereka lihat adalah aku yang memakai seragam sekolah dianggap cari perhatian dengan memamerkan bagian tubuhku di air. Bukankah itu lucu? Aku yang jadi korban tapi aku juga yang menerima hujatan."
"Dan hari ini, dia sedang berulang tahun. Teman-temannya membuatkan kejutan untuknya. Dia akan dilemparkan ke dalam kolam sebagai tanda kebahagiaan mereka atas bertambahnya usia teman terbaik mereka. Jam 13.45, dia tertawa senang karena mendapat banyak ucapan selamat ulang tahun dan berbagai kado dari teman-temannya. Matanya ditutup dengan kain, dia digiring ke area kolam. Sebenarnya dia pandai berenang, tapi dia dan teman-temannya tidak tahu jika ada kebocoran arus listrik dari peralatan listrik yang terhubung dengan air di kolam. Pompa kolam rusak. Kabelnya terkelupas, dan ketika dia masuk tercebur ke sana dia langsung merasakan sengatan hebat pada tubuhnya. Dia menggelepar, menari dengan indahnya menjemput ajal. Tapi bukan menolong, teman-temannya malah tertawa menonton sambil memvideokan dirinya yang sedang diseret malaikat maut menuju neraka. Teman-temannya baru sadar jika ada yang tidak beres ketika dia sudah diam tak melakukan gerakan apa-apa. Seketika suasana gembira tadi berubah jadi tangis haru karena kepergiannya. Ini adalah kado ulang tahun termanis dari teman-teman tercinta mu. Bagaimana, apa kau suka?"
Megan menutup matanya. Dia bergetar. Tangannya yang tadi memegang bolpoin seketika memunculkan keringat dingin.
"Kelas Prancis? Dan hari ini berulang tahun? Aku harus cari tahu siapa korban selanjutnya! Aku harus menghentikan semua ini!!"
Dengan terhuyung, Megan keluar dari kamarnya. Dia masih syok dengan apa yang tadi dia baca.
"Dia pernah menyebarkan video Ziudith ke grup sekolah.. Sebentar..." Megan memeriksa ponselnya. Dia langsung menuju ke grup sekolah. Sayangnya saking abainya Megan dengan apapun, dia selalu menghapus pemberitahuan pesan yang masuk dari grup tersebut. Apalagi kejadian viralnya video Ziudith sudah berbulan-bulan yang lalu. Aah, sial! Megan menyadari kesalahannya. Dia terlalu mengulur waktu.
Di koridor asrama kelas Prancis Megan langsung bertanya pada siapapun yang dia temui. Menanyakan siapa yang hari ini berulang tahun. Tentu saja setiap orang yang dia tanya menatap Megan dengan pandangan aneh.
"Megan, kenapa kau ke sini?" Suara itu..
"Sam! Sam, kau harus membantuku. Kau tahu, hari ini akan ada korban lagi! Bantu aku menemukan siapa yang berulang tahun hari ini di kelas Prancis, Sam! Aku--"
"Megan.. Please.. Kau tak harus seperti ini, sayang! Kenapa kau tidak memilih abai saja seperti biasanya? Lihat orang-orang menatap mu dengan tatapan aneh." Sahut Samuel.
"Abai? Bagaimana aku bisa abai jika semua ini terjadi di depan mataku Sam?! Aku ingin percaya padamu, aku ingin bilang pada diriku sendiri jika semua ini hanya kebetulan, hanya halusinasi, atau mungkin aku sudah gila. Katakan apa saja tentang ku, tapi.. Tapi aku tidak bisa berdiam diri lagi Sam! Ada nyawa yang harus aku selamatkan!"
"Terserah kau saja." Sam melepaskan pegangan tangannya pada pundak Megan.
Tersirat kekecewaan Megan yang begitu besar pada diri Samuel, tapi Megan tak ingin membuang waktu. Dia perhatikan jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 13.30. Lima belas menit lagi dari sekarang akan ada orang yang meninggal di kolam karena tersengat aliran listrik. Dari pada bertanya ke sana ke mari, Megan berlari menuju area kolam renang saja. Ya! Itu lebih baik. Megan akan mencegah siapapun itu menceburkan orang lain ke dalam kolam!
Dengan nafas tersengal, Megan sampai juga di area kolam. Semua sepi. Megan hampir mati rasanya. Ini melelahkan. Dia melihat ke arah jam besar di dinding, waktu menunjuk ke angka 13.42. Tiga menit lagi. Tapi kenapa di sini sepi sekali?
Megan menatap ke sekeliling. Dia berlari keluar. Dia baru ingat sesuatu.. Area kolam renang di Lavente tak hanya satu! Di sisi selatan gedung ini ada kolam renang yang biasa di pakai untuk pertandingan antar kelas. Jarang dipakai karena letaknya lumayan jauh dari kelas. Sedangkan kolam renang yang Megan datangi adalah kolam renang yang biasa dipakai siswa untuk berolahraga.
Kaki Megan lemas, dia menangis sejadi-jadinya ketika melihat di ponselnya ada yang mengirimkan rekaman video di grup sekolah seorang siswi Lavente dari kelas Prancis telah meregang nyawa akibat tersengat listrik di kolam renang tepat di hari ulang tahunnya.
Kan Megan pemeran utamanya
tadinya kami menyanjung dan mengasihaninya Krn nasib tragis yg menimpanya
tapi sekarang kami membencinya karena dendam yg membabi-buta
dikira jadi saksi kejahatan itu mudah apa?
dipikir kalo kita mengadukan ke pihak berwajib juga akan bisa 'menolong' sang korban sebagaimana mestinya?
disangka kalo kita jadi saksi gak akan kena beban moral dari sonosini?
huhhhh dasar iblissss, emang udh tabiatnya berbuat sesaddddd lagi menyesadkannn😤😤😤
karna kmn pun kamu pergi, dia selalu mengikutimu
bae² kena royalti ntar🚴🏻♀️🚴🏻♀️🚴🏻♀️
Megan tidak pernah jahat kepada ziudith,tapi kenapa Megan selalu di buru oleh Ziudith???!
Apakah Megan bakal kecelakaan,smoga enggak ah.. Jangan sampe
mau diem, diteror terus.. mau nolong, ehh malah lebih horor lagi juga🤦🏻♀️