Kanza (Bukan Inginku)

Adrian menekuk wajahnya dengan murung. Berbeda dengan persiapan pernikahannya terdahulu dengan Kanza yang dia sambut dengan suka hati. Kali ini wajahnya suram dan jelek.

Dia terpaksa menikahi Olivia sesegera mungkin sebelum gadis itu hamil karena kegiatannya saat tak sadar beberapa hari lalu.

Tentu saja dia yang menjunjung tinggi kesucian dan kini justru melakukannya sebelum menikah membuat dia merasa rendah. Belum lagi Ayahnya yang memang tak menyukai gaya bebas mencacinya dan menghajarnya habis- habisan.

"Cukup pamanmu saja yang bertingkah di luar batas. Jangan sampai ada yang lain yang ikut brengsek, apalagi keturunanku!" ucap Harry. Perkataannya sarat kebencian. Dan Adrian tahu kenapa ayahnya tak menyukai Daegan pamannya. Tentu saja karena Daegan suka bermain wanita di klub, setidaknya itulah gosip yang tersebar.

"Janji, Mama menikahkanmu dengan Kanza batal, dan itu bukan salah kita gadis itu yang membatalkannya." Kimmy menghela nafasnya merasa tersebar mengingat janjinya pada sahabatnya, yaitu ibu kandung Kanza, Stefani.

"Untuk apa memiliki menantu yang hamil anak orang lain. Mencoreng nama baik saja. Lebih baik Olivia yang jelas melakukannya dengan Adrian."

Kimmy memalingkan wajahnya. "Pernikahan akan segera di lakukan. Persiapkan pernikahan segera!" Dan Adrian hanya bisa pasrah menikah dengan Olivia, terlebih dia memang sudah berjanji bertanggung jawab dengan apa yang sudah di lakukannya pada Olivia.

...

"Tuan, Pernikahan akan segera dimulai. Harap anda segera ke altar." Adrian mengusap wajahnya kasar lalu bangkit dari duduknya.

Adrian berdiri dengan tubuh tegapnya menunggu kedatangan Olivia dengan masih menunjukkan wajah tidak bersemangatnya. Hingga pintu terbuka menampilkan Olivia di gandeng Jhon dan Amy yang mendorong kursi rodanya.

Adrian menunjukkan sedikit senyumnya demi kesopanan untuk menyambut Olivia, dan janji suci pun dia ikrarkan di depan semua tamu yang menyaksikan.

Adrian menyematkan cincin di jari manis Olivia begitu pun sebaliknya di susul dengan tepukan tangan dari khalayak ramai saat dia dan Olivia berciuman. Adrian dan Olivia pun resmi menjadi suami istri.

Adrian menghela nafasnya saat semua proses selesai dan saat ini dia melihat Kanza yang berdiri diantara para tamu dan tersenyum padanya.

Adrian merasakan hatinya sakit bukan main seolah dia telah menyakiti Kanza begitu dalam.

....

Kanza menatap sekitarnya. Banyak tamu yang datang di pesta pernikahan Adrian dan Olivia. Pernikahan yang kabarnya di adakan secara mendadak ini nampak meriah dengan banyaknya tamu. Tentu saja banyak rekan bisnis mereka yang hadir.

Saat datang Kanza langsung duduk di salah satu kursi dan menyaksikan pernikahan Adrian dan Olivia dari awal sampai akhir.

Kanza mungkin datang atas undangan Olivia yang entah untuk apa gadis itu mengundangnya. Namun mengingat niat jahat yang selama ini selalu Olivia lakukan Kanza juga tak ingin datang terlalu lama karena mungkin juga seperti kata Mia, gadis itu hanya ingin menunjukkan taringnya.

Dia hanya datang demi pertemanannya dan Adrian yang sejak kecil mereka tumbuh bersama. Meski sejak kedatangan Olivia pria itu mulai berubah, tapi dulu Adrian pernah sangat peduli padanya.

Sakit hati?

Ada, tapi tidak terlalu banyak. Sejak dia meninggalkan Adrian di altar tempo hari perasaan Kanza sudah memudar.

Jadi saat semua orang berdiri dan bertepuk tangan dia pun melakukan hal yang sama. Saat matanya dan mata Adrian bertemu dia tersenyum seolah ikut bahagia atas pernikahan Adrian dan Olivia.

Adrian nampak tertegun, namun Kanza tak ingin terlalu larut dalam perasaanya. Jadi, setelah dia menyaksikan pernikahan Adrian, dia berbalik untuk pergi, namun saat ini dia justru bertatapan dengan Daegan yang menatapnya dengan datar. Pria itu memasukan kedua tangannya disaku, dan jangan lupakan tangan lentik yang melingkar di lengannya.

Deby, istri Daegan yang cantik dan selalu berpenampilan modis nampak bersinar dan terus tersenyum.

Keduanya nampak serasi dan bersahaja. Kanza melipat bibirnya saat merasakan perasaan aneh dalam dirinya ketika melihat keduanya berdiri bersanding.

"Apa- apaan kau ini, Kanza," rutuknya dalam hati, lalu melanjutkan langkahnya untuk segera keluar dari aula.

Tanpa Kanza tahu Adrian turun dari altar dan mengejar langkahnya, dan hal tersebut tak luput dari pengelihatan Daegan, juga Olivia yang mengepalkan tangannya erat.

Kanza akan memasuki taksi saat Adrian mencekal lengannya. "Kanza," panggilnya.

Kanza menoleh dan terkejut menemukan Adrian di belakangnya.

"Sedang apa kau disini?" Kanza melihat sekitarnya. "Pestamu belum selesai, seharusnya kau di dalam," ucapnya lagi.

Adrian memejamkan matanya. "Bagaimana perasaanmu melihat pernikahanku?"

Kanza mengeryit. "Tentu saja aku ikut bahagia."

"Sungguh?" Kanza mengangguk.

"Padahal aku tidak bahagia." Kanza menghela nafasnya.

"Itu pilihanmu, Adrian." Dan bukan urusannya. Kanza hendak memasuki taksinya, namun Adrian kembali mencegahnya.

"Kamu tahu aku selalu mencintai kamu." Kanza tertegun. "Jika bukan karena sebuah kesalahan aku tidak akan menikahi Olivia."

"Aku tidur dengannya." Adrian memejamkan matanya seolah mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya.

"Kenapa kamu mengatakan itu padaku?"

"Kanza, kamu melakukan hal itu, aku juga, tidak bisakah kita kembali bersama?"

Kanza membelalakan matanya. "Kau gila?"

"Ya, aku gila. Selama ini aku kira aku bisa tanpamu. Tapi tidak Kanza, entah kesalahan apa yang sudah kau perbuat. Aku tidak bisa melupakanmu." Adrian menangis.

"Kau benar-benar gila, Adrian. Kau pikir aku akan menerima pria beristri." Meski kini dia juga memiliki hubungan dengan Daegan yang juga memiliki istri, tapi setidaknya tidak ada cinta diantara mereka.

"Itu kesalahanku, dan kesalahanmu juga karena kamu mengkhianatiku hingga mengandung."

"Itu hal berbeda Adrian."

"Itu sama saja!"

Kanza mendengus. "Pada akhirnya kamu tetap tidak mempercayai aku, kan? Ada perbedaan saat kita dengan sengaja melakukannya, atau kita di jebak orang lain sampai melakukannya, Adrian." Kanza mendorong Adrian menjauh. "Dan apapun yang kamu katakan sekarang tidak ada gunanya."

Kanza yang sekarang sudah benar-benar berdosa. Jika saja Adrian mengatakannya saat dia terusir dari rumah, dan berkata 'Apapun yang terjadi aku tetap mencintaimu' sudah pasti Kanza akan dengan senang hati kembali. Dan tentu saja dia tidak akan terjerumus seperti sekarang.

Kanza mengusap air matanya lalu memasuki taksi tak peduli dengan Adrian yang berusaha terus mencegahnya.

Tiba di paviliun Kanza segera melihat Bill. Bayi itu di jaga Olga dengan baik hingga tidak rewel saat dia tinggalkan. Olga benar-benar berpengalaman dalam mengurus bayi. Terimakasih pada Daegan yang memilih Olga untuk menjaga Bill. Pria itu benar-benar mencari yang terbaik.

Mengingat Daegan dia jadi mengingat pria itu saat menggandeng istrinya. Lagi ... perasaan tak nyaman itu muncul.

"Aku tidak sedang cemburu, kan," gumamnya.

Kanza menggeleng untuk menyangkal. Tidak mungkin, jelas dia tak memiliki perasaan apapun pada Daegan. Lagi pula tidak mungkin juga dia jatuh cinta pada pria jahat itu.

Kanza mencebik. Demi mewaraskan otaknya Kanza menoleh pada Olga yang masih ada disana. "Olga, mungkin mulai besok aku akan merepotkan lebih banyak."

Pengasuh Bill itu mendongak. "Ya?"

"Aku akan mulai mencari kerja, bagaimana pun Bill semakin besar. Aku akan mulai memikirkan masa depannya." Kanza tersenyum.

"Bukankah masa depan Tuan Bill sudah terjamin Tuan Daegan, Nona?"

Kanza mencebik. "Aku tidak akan selamanya tinggal di sini, Olga. Lagi pula tidak ada hubungannya aku dan Tuan Daegan, untuk apa pria itu menjamin Bill." Kanza menggeleng terkekeh.

"Saya kira Tuan muda-"

"Jangan panggil Bill seperti itu!" potong Kanza dengan cepat.

"Saya kira Tuan Bill adalah putra Tuan Daegan-"

"Tidak! Kami tak memiliki hubungan apapun." lagi, Kanza memotong ucapan Olga. Nada bicara Kanza bahkan meninggi seolah ada rasa takut disana.

Di balik pintu Daegan mengerutkan keningnya, niat awalnya untuk masuk dia urungkan lalu berbalik pergi.