Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Siapa yang Tidak tahu Malu
Keadaan tentang perusahaan Bernando company sepertinya memang sudah tidak bisa ditutupi dari publik. Saham mereka anjlok, dan mereka semua mendesak Vicky untuk segara meredam semua berita miring yang menyebabkan perusahaan merugi besar hanya dalam waktu tiga hari.
Vicky dan Nicklas mendatangi Fabian. Yang tampak begitu tenang menikmati kemewahan tanpa bekerja keras itu.
"Selamat datang kakak, dan keponakan tersayangku!" kata Fabian dengan begitu meriah.
Seolah sedang menyambut seseorang yang memang dia inginkan untuk datang ke tempatnya itu.
"Tidak perlu basa-basi. Apa maksudmu menuntutku? sahammu hanya 20 persen Fabian. Apa yang kamu harapkan? membayar pengacara bahkan akan semakin menguras tabunganmu yang kamu dapatkan secara instan itu!"
Itu termasuk bahasa halus yang di ucapkan oleh Vicky. Mungkin jika Nicklas yang bicara, dia akan mengatakan kalau pamannya itu merampokk ayahnya.
Fabian terkekeh pelan.
"Ck, aku harus bagaimana kakak, ada yang mengatakan padaku. Kita sama-sama anak ayah, kenapa kamu yang kaya raya. Aku hanya hidup sederhana di luar negeri sana dan terus bersembunyi. Kamu di hormati, dan aku di pandang rendah orang. Kamu punya jabatan CEO, aku hanya di sebut pengangguran. Itu tidak adil kan kakak?" tanya Fabian dengan begitu enteng.
Mendengar ucapan pamannya itu, sebenarnya Nicklas merasa begitu kesal.
"Aku yang memulai perusahaan itu dari nol, itu anak cabang perusahaan ayah yang sudah hampir bangkrut. Aku yang membuatnya menjadi besar..."
"Dengan menjual perusahaan ayah!" sela Fabian.
Vicky mendengus kasar.
"Aku akan beritahu pada kalian, sebenarnya aku tidak keluar uang sama sekali. Para pengacara itu yang mau membelaku, mungkin ada beberapa saingan bisnismu yang sudah tahu, kalau aku adalah adik tirimu. Makanya mereka membayarkan para pengacara itu untukku. Aku kan di tawari, ya aku terima. Kan tidak boleh menolak tawaran baik!"
Tangan Nicklas terkepal kuat. Rasanya dia ingin sekali melayangkan satu pukulan keras di wajah pria yang dia panggil paman. Tapi perbedaan usianya dengan Fabian tidak terlalu jauh, hanya terpaut 7 tahun saja lebih tua darinya itu.
"Apalagi yang kamu mau? apa kamu ingin nama baik ayah tercemar. Apa kamu tidak takut ayah akan marah dan tidak tenang di sana?" tanya Vicky sedikit mempermainkan emosi Fabian.
Sayangnya pria yang merasa sejak kecilnya tidak pernah mendapatkan keadilan dari ayah kandungnya itu malah terkekeh semakin menjadi-jadi.
"Ha ha ha, ha ha ha. Jangan membuatku tertawa kakak. Apa yang kamu katakan ini membuatku tak bisa menahan tawa. Apa menurutmu ayah akan marah sampai bangkit dari kuburr? apa menurutmu hal itu mungkin? ha ha ha, kamu itu naif sekali kakak!" ujarnya sambil terus terkekeh.
Kesabaran Nicklas habis sudah. Dia mendekati pamannya itu dan mencengkeram kuat kerah kemeja yang di pakai pria yang tengah menikmati santai si pinggir kolam renang rumahnya itu.
"Kurang ajar, juga ada batasnya! kamu sudah makan enak dan hidup dari kerja keras ayahku. Tidak tahu malu, kamu mengejek ayahku lagi, aku akan membuatmu babak belur!" gertak Nicklas.
Wajah Nicklas begitu tegas, serius sekali dengan rahang yang mengeras. Caranya bicara juga menunjukkan permusuhan yang begitu besar pada Fabian.
Tapi pria di depannya itu sama sekali tidak terlihat takut.
"Hei, bocah. Bicara tidak tahu malu. Berkacalah! aku dengar kamu bahkan memelihara wanita lain, padahal kamu sudah punya istri. Bahkan wanita itu sekarang berada di rumah sakit, dengan biaya dari kantong ayahmu! Berkata siapa yang tidak tahu malu, bukanlah itu sama saja dengan menyebut dirimu sendiri. Keponakanku?" tanya Fabian sambil menepuk pipi Nicklas dengan cukup kuat beberapa kali.
"Brengsekkk!" pekik Nicklas.
Vicky yang tidak mau sampai anaknya membuat masalah lagi. Membuat masalah semakin runyam karena memukul Fabian. Dan bisa saja itu menjadi tambahan tuntunan Fabian nanti. Segera menarik anaknya supaya melepaskan Fabian.
"Nicklas, lepaskan dia!"
"Ayah, dia kurang ajar sekali!"
"Nicklas, lepaskan!" Vicky meninggikan suaranya.
Keadaan di tempat itu sungguh chaos. Para penjaga Fabian juga sudah mulai berdatangan.
Vicky menarik tangan putranya semakin kencang. Hingga Nicklas melepaskan Fabian.
Fabian membenarkan kerah kemejanya. Dan menatap marah ke arah Nicklas.
"Penjaga, seret dua orang tidak di undang ini keluar. Dan ingat! jika mereka datang lagi, jangan biarkan masuk!" ujarnya yang langsung pergi dari tempat itu.
"Dasar tidak tahu malu!" seru Nicklas lagi.
"Nicklas sudah!" tegur Fabian.
"Silahkan keluar! atau..."
Vicky mendengus kesal, dia juga bawa pengawal. Tidak sulit memanggil mereka lewat satu tombol di ponselnya. Tapi keadaan sudah kacau. Jika ada keributan lagi, pasti sangat tidak baik untuk perusahaannya.
Vicky pada akhirnya hanya bisa mengajak Nicklas pergi dulu dari rumah Fabian. Sampai di dalam mobil, mereka masih terlihat kesal.
"Aku rasa pamanmu itu benar. Dia tidak mungkin punya kepintaran sampai bisa menuntutku. Pasti ada yang menjadikannya boneka!" ujar Vicky.
Karena selama ini, seharusnya Fabian punya banyak sekali kesempatan jika memang ingin menggertak atau apalah. Tapi pria itu memang tidak sepintar itu. Di ancam akan di bekukan kartu bank-nya saja oleh Vicky. Biasanya sudah ketakutan dan memilih mengalah, lalu tinggal dengan baik di luar negeri dengan jatah bulanan yang bahkan lebih kecil dari Nicklas.
Tapi, kali ini dia sampai bisa seperti ini. Pasti ada orang yang memprovokasii dan mengompor-ngomporinya dari belakang. Mungkin mengiming-imingi dengan dukungan. Seperti yang dia bilang tadi, Fabian tidak akan sudi mengeluarkan uang yang bisa di gunakan untuk bersenang-senang, demi membayar pengacara. Bahkan dia mengatakan para pengacara itu ada yang mensponsori.
Nicklas yang sejak tadi sangat emosi, mulai meredakan amarahnya.
"Menurut ayah siapa?" tanyanya.
Vicky tak bisa menjawab pertanyaan itu dengan cepat. Karena memang ada banyak sekali orang yang menjadi musuhnya. Banyak sekali, sampai dia benar-benar tidak tahu apakah itu saingan bisnisnya, atau orang-orang yang pernah dia singgung di masa lalu karena memang seperti yang dikatakan oleh Fabian, untuk mendirikan perusahaannya sendiri. Dia memang menjual perusahaan ayahnya. Erick Bernando.
Tapi, Vicky merasa daripada mencari siapa yang menjadi orang di belakang Fabian. Lebih baik baginya bekerja sama saja dengan tuan muda Wiratama itu.
"Ada banyak orang yang tidak suka pada kejayaan seseorang! oh ya Nicklas. Apa kamu pernah dengar tentang tuan muda Wiratama ini?" tanya Vicky.
Nicklas merasa tidak asing. Tapi dia tidak yakin.
"Entahlah ayah, terdengar familiar"
"Nicklas, cari tahu siapa itu tuan muda Wiratama. Sepertinya bekerja sama dengannya, akan lebih menguntungkan bagi kita. Juga bisa meredam masalah yang terjadi di perusahaan!"
"Baik ayah!"
***
Bersambung...
salam kenal kak Author😊🌹