Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Waktu menunjukan pukul empat pagi ketika Rani terbangun dari tidurnya karena Indah menangis meminta susu.
"Padahal aku masih mengantuk, tapi aku terpaksa harus pergi ke dapur untuk membuat susu. Aku menyesal karena semalam sudah mengusir Mas Irwan tidur di luar. Kalau ada dia, aku bisa menyuruhnya membuatkan susu untuk indah," gerutu Rani dengan mengucek kedua matanya.
Ketika ke luar dari dalam kamar, Rani heran karena tidak melihat keberadaan Irwan, padahal biasanya Irwan akan tidur di atas sofa yang berada si ruang keluarga ketika Rani menyuruhnya tidur di luar.
"Ke mana Mas Irwan? Biasanya dia tidur di sini. Apa mungkin dia sedang ke kamar mandi," gumam Rani.
Rani yang merasa penasaran, mencari keberadaan Suaminya di kamar mandi dekat dapur, tapi dia tidak menemukan Irwan di sana.
"Tidak mungkin kan Mas Irwan pulang ke rumah kami?" gumam Rani lagi.
Rani dan Irwan sebenarnya sudah memiliki rumah, tapi Rani tidak betah tinggal di rumah mereka, apalagi Irwan sering pergi dinas ke luar kota.
Ceklek
Irwan ke luar dari dalam kamar Elsa sebelum ada orang yang memergoki dirinya dan Elsa.
Baru juga Irwan hendak kembali menutup pintu kamar Elsa, dia dikejutkan dengan suara Rani yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.
"Mas, kenapa kamu ke luar dari dalam kamar Elsa?"
......................
Di tempat lain, Bayu bergegas ke rumah Yuni setelah mendengar tangisan Nadira.
"Yun, Nadira sudah bangun ya?" tanya Bayu ketika melihat Yuni menggendong Nadira sambil memasak.
"Iya, padahal aku masih belum selesai masak," jawab Yuni.
"Sebaiknya kamu jaga Nadira saja, biar aku yang lanjutin masak," ujar Bayu.
"Memangnya kamu bisa?" tanya Yuni.
"Kamu lupa ya kalau dulu aku sering membawakan bekal buat kamu? Itu semua aku yang masak lho," ujar Bayu dengan membolak balik makanan yang masih berada di atas wajan.
"Aku baru tau. Padahal aku kira semua itu buatan Tante Karlina. Ya sudah, kalau begitu aku bakalan nunggu masakan Chef Bayu," ucap Yuni dengan tertawa.
Yuni begitu takjub melihat berbagai macam makanan yang sudah tersaji di atas meja makan, apalagi Bayu sengaja memasak banyak makanan kesukaan Yuni.
"Hari ini kita bakalan makan enak nih. Aku sudah tidak sabar ingin mencicipi masakan kamu," ucap Yuni dengan mata berbinar.
Pada saat Yuni ingin mengambil makanan yang ada di depan matanya menggunakan tangan. Bayu langsung menepis tangan Yuni.
"Tangan kamu kotor. Cuci dulu gih, biar aku yang jagain Nadira, aku sekalian mau panggil Denis," ujar Bayu sehingga membuat Yuni cemberut.
"Hemmm kamu masih saja seperti dulu, sedikit sedikit ngingetin aku cuci tangan."
"Yuni, semua itu demi kamu juga. Kebersihan itu nomor satu, apalagi sekarang kamu sudah menjadi Ibu, jadi kamu harus menjadi contoh untuk Denis dan Nadira," tutur Bayu.
"Iya iya bawel," ujar Yuni dengan menjulurkan lidahnya, kemudian dia berlari setelah melihat Bayu mengambil bantal untuk menimpuknya.
Bayu tersenyum bahagia melihat perubahan sikap Yuni. Dia ingin melihat Yuni kembali ceria seperti dulu.
"Yun, semoga aku bisa mengembalikan senyuman kamu yang hilang. Aku ingin melihat Yuni yang ceria seperti dulu," gumam Bayu.
Bayu memanggil Denis yang sedang bermain di halaman rumah Orang tua Yuni, dan ternyata Mia sedang berada di sana menemani Denis.
"Jagoan, makan dulu yuk. Om sudah masak banyak makanan lho," ujar Bayu.
Deg deg deg
Jantung Mia berdetak kencang saat melihat Bayu. Dia begitu terpesona melihat wajah tampan dan tubuh atletis pria yang berada di hadapannya tersebut.
"Kak Bayu ternyata pintar memasak ya. Apa Mia boleh ikut mencicipi masakan Kak Bayu?" tanya Mia dengan malu-malu.
Belum juga Bayu menjawab pertanyaan Mia, Pak Ibrahim keburu angkat suara sehingga membuat Bayu mengurungkan niatnya.
"Jadi Nak Bayu pintar memasak juga. Ibu, Mia, kalau begitu sekarang kita ikut makan di rumah Yuni saja," ucap Pak Ibrahim dengan menarik tangan Bu Siti dan Mia menuju rumah kontrakan Yuni.
Pak Ibrahim sengaja mengajak Bu Siti dan Mia ikut makan di rumah kontrakan Yuni, karena beliau tidak akan membiarkan Bayu dekat-dekat dengan Yuni, apalagi sampai berduaan.
Aku tidak boleh membiarkan Nak Bayu dekat-dekat Yuni. Sebaiknya aku menyampaikan niat ku menjodohkan Nak Bayu dengan Mia, ucap Pak Ibrahim dalam hati.
Bayu sebenarnya hendak menjawab tidak boleh saat Mia mengatakan ingin mencicipi masakannya, tapi dia tidak enak terhadap Pak Ibrahim dan Bu Siti.
Pada saat semuanya masuk ke dalam rumah kontrakan Yuni, Yuni sudah terlihat lahap memasukan banyak makanan ke dalam mulutnya.
"Bay, aku tidak menyangka jika masakan kamu lebih enak dibandingkan dengan masakan ku. Sepertinya aku harus belajar masak sama kamu," puji Yuni dengan mengacungkan dua jempol tangannya.
Bayu tersenyum bahagia melihat Yuni menyukai masakannya, bahkan tanpa sadar Bayu mengelap sudut bibir Yuni yang belepotan menggunakan tisu.
"Kalau makan itu pelan-pelan. Mulut kamu sampai belepotan seperti ini."
Sesaat netra Yuni dan Bayu saling berpandangan, sampai akhirnya Yuni dan Bayu tersadar ketika mendengar suara Pak Ibrahim.
"Ekhem, Yuni, sejak kapan kelakuan buruk kamu kembali lagi? Sekarang kamu sudah jadi Ibu, seharusnya kamu memberi makan Anak-anak dulu, tapi kamu malah makan lebih dulu."
Yuni terdiam, dia juga tidak menyangka jika kehadiran Bayu secara perlahan sudah membangkitkan sisi manja dan cerianya yang telah lama hilang.
"Maaf Pak, tadi Bayu sengaja menyuruh Yuni makan duluan," ucap Bayu yang tidak ingin Yuni dimarahi oleh Pak Ibrahim.
"Yuni, selama ini kamu selalu mandiri. Bapak harap ini adalah terakhir kali kamu mengandalkan orang lain. Kamu tidak boleh bergantung pada orang lain terus, apalagi sampai merepotkan Nak Bayu," tegas Pak Ibrahim.
Yuni lagi-lagi hanya diam. Lidahnya terasa kelu ketika ingin berbicara, apalagi hatinya terasa sesak ketika mendengar perkataan Pak Ibrahim.
Bapak benar. Selama ini bahkan aku tidak pernah bergantung kepada Mas Hendra yang notabene nya adalah Suamiku sendiri, jadi aku tidak seharusnya terus-terusan merepotkan Bayu, ucap Yuni dalam hati.
"Saya tidak merasa direpotkan Pak. Saya justru senang bisa membantu Yuni," ucap Bayu yang lagi-lagi berusaha membela Yuni.
"Nak Bayu, Bapak harap Nak Bayu tidak terus-terusan membela Yuni. Sekarang dia bukan Anak kecil lagi. Yuni sudah berkeluarga serta memiliki dua Anak."
"Oh iya, sebenarnya Bapak memiliki niat untuk menjodohkan_
Perkataan Pak Ibrahim terhenti karena Bu Siti angkat suara untuk mencegah Pak Ibrahim menjodohkan Mia dan Bayu.
"Pak, sebaiknya kita mulai makan sekarang. Ibu sudah tidak sabar ingin mencicipi masakan Nak Bayu."
Aku harus mencegah Bapak menjodohkan Nak Bayu dengan Mia. Apalagi aku yakin jika perempuan yang Nak Bayu suka adalah Yuni.
Jika suatu saat nanti Yuni sampai bercerai dengan Suaminya, mungkin Nak Bayu bisa memiliki kesempatan untuk menikahi Yuni. Aku sangat yakin Nak Bayu bisa membahagiakan Yuni dan kedua Anaknya, ucap Bu Siti dalam hati.
*
*
Bersambung