NovelToon NovelToon
Bidadari Pilihan Zayn

Bidadari Pilihan Zayn

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hania

“Le, coba pikirkan sekali lagi.”

“Aku sudah mantap, Umi.”

Umi Shofia menghela nafas berkali-kali. Dia tak habis pikir dengan pilihan Zayn. Banyak santri yang baik, berakhlak, dan memiliki pengetahuan agama cukup. Tetapi mengapa justru yang dipilihnya Zara. Seorang gadis yang hobinya main tenis di sebelah pondok pesantren.

Pakaiannya terbuka. Belum lagi adabnya, membuatnya geleng-geleng kepala. Pernah sekali bola tenisnya masuk ke pesantren. Ia langsung lompat pagar. Bukannya permisi, dia malah berkata-kata yang tidak-tidak.Mengambil bolanya dengan santai tanpa peduli akan sekitar. Untung saja masuk di pondok putri.

Lha, kalau jatuhnya di pondok putra, bisa membuat santrinya bubar. Entah lari mendekat atau lari menghindar.

Bagaimana cara Zayn merayu uminya agar bisa menerima Zara sebagaimana adanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ustadzah Maysha

Zayn baru ingat, kalau pernah berjanji pada Zara.

Itu lho... Saat Zara ngambek, karena tugas hafalannya menjadi dua lembar per hari. Berat bukan?

Agar lebih bersemangat, maka Zayn memberi hadiah tambahan jika bisa menyelesaikannya dengan baik dengan Umrah.  Baik untuknya dan Zara. Dia juga sudah capek, disuruh puasa terus.

“Oke. Kita langsung urus visa nya sekarang.”

“Terima kasih Aa Gus.”

“Apa sebegitu doang, terima kasihnya ke Aa?” Zayn memasang wajah merajuk.

Hehehe...

Dengan centilnya, Zara beraksi. Dia memberikan kecupan kecil di pipi Zayn dengan begitu mesra.

“Begitu dong, baru Aa puas,” kata Zayn sambil tersenyum.

Sebenarnya Zayn menginginkan lebih. Tapi karena dia sedang mengemudi, maka kecupan kecil itu, cukuplah untuk meluruhkan keinginannya yang terpendam. Pelan-pelan saja, agar Zara tidak kaget pada saatnya.

“Kita ke rumah sakit, vaksin meningitis dulu.”

“Neng nurut apa kata Aa Gus saja. Pokoknya beres dan bisa pergi Umroh," kata Zara tak peduli. Dia sibuk dengan Alquran nya.

Alhamdulillah... begitu sampai di rumah sakit, mereka langsung mendapatkan pelayanan. Sehingga tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan surat rekomendasi bahwa mereka telah mendapatkan vaksin meningitis, syarat untuk mendapatkan visa.

Mumpung di rumah sakit, mereka juga mengurusi hal-hal yang lain yang berhubungan dengan kesehatan. Yang akan memudahkan mereka dalam mengurus visa di kedutaan negara tujuan. Termasuk juga asuransi kesehatan.

Hal-hal lainnya sepertinya bisa dilakukan secara on-line. Yang bisa mereka lakukan nanti, saat sudah tiba di rumah.

Baru juga akan keluar dari rumah sakit, tiba-tiba handphone Zara berbunyi.

Zara terkejut. Ada apa gerangan Umi Shofia menghubunginya dengan tiba-tiba .

📱” Assalamualaikum Umi.”

📱” Waalaikumsalam Zara.  Zara nanti Umi ada acara mendampingi abahmu mengisi pengajian di kota sebelah. Setorannya ditunda besok saja ya.”

📱”Ya Umi.”

📱” Ya sudah. Assalamualaikum... Eh ya Umi lupa, bilang ke suamimu tunda satu hari lagi untuk berbuka puasa.”

📱” Baik Umi, Waalaikumsalam.”

Mata Zara berbinar-binar. Dengan senyum mengembang, ia segera memasukkan handphonenya ke dalam tas kecilnya.

Alhamdulillah, setorannya ditunda. Soalnya dia belum simak dengan Aa Gus.

Zayn yang mendengar percakapan istri dengan uminya hanya bisa mengelus dada. Suasana hatinya seketika berubah. Rasa kecewa yang datang tiba-tiba membuat senyumnya menghilang seketika.

Mengapa setorannya harus ditunda. Bisanya, Umi Shofia menyiksa dirinya lagi. Tega, Sungguh tega. Tapi dia hanya bisa menggerutu dalam hati, tak bisa mengungkapkannya.

“Seneng ya Neng, setorannya ditunda?”

Senyum Zara seketika mengembang. Keceriaan menghiasi seluruh wajahnya. Dia pun tertawa kecil seakan-akan mengolok-ngolok Zayn yang sedang merajuk sedih.

Hehehe...

“Janganlah Aa Gus kecewa. Hanya ditunda satu hari kok,” kata Zara merayu.

“Lagi pula Aa Gus belum mengajari Zara doanya.” imbuhnya kemudian.

Zayn tersenyum tipis, meruntuki dadanya yang kian sesak. Sebulan bersama Umi Shofia, membuat Zara semakin pintar untuk mengelak darinya.

“Lho, apakah kamu tidak membaca buku bimbingan pernikahan yang diberikan ke kita waktu menikah dulu. Di situ kan sudah ditulis doanya.”

“Hehehe... lupa,” jawab Zara dengan ekspresi tanpa dosa.

Ya sudahlah... nikmati saja hidup ini yang kadang membuat pusing kepala. Yang terkasih tak tahu kalau dirinya memendam rindu yang amat sangat.

“Oke. Kita pulang. Aa mau tidur. Aa pusing , lihat Neng sama Umi yang selalu menyiksa Aa.”

“Maaf Neng, Aa Gus. Nanti di rumah neng pijitin deh. Biar nggak pusing. Tapi dengan satu syarat, Aa Gus mau mendengarkan murojaah Neng.”

“Oke,” jawabnya lemah. Seperti orang yang kehilangan harapan.

Sesuai dengan janjinya, begitu Aa Gus merebahkan tubuhnya di atas kasur, Zara segera muraja'ah hafalannya sambil memijit-mijit punggung suaminya dengan profesional. Tak ada sedikit pun terlintas hasrat untuk menggodanya.

Benar-benar terasa pijitan tangan Zara. Tubuhnya menjadi rileks dan otot-ototnya pun tertata. Tak salah kalau Umi Shofia ketagihan dengan pijatan Zara. Hampir tiap hari dia selalu meminta dipijitin.

Saking nyamannya, Aa Gus sampai tertidur.

“Ya, sudah hilang ini orang. Belum selesai menyimak sudah ditinggal pergi. Mulut ini sampai berbusa-busa, tapi tidak didengarkan.”

Dengan wajah lesu, Zara merebahkan tubuhnya di samping Aa Gus. Dia mengikuti suaminya pergi ke alam mimpi.

Zayn  terbangun ketika ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

Siang-siang begini waktunya istirahat. Siapa juga yang berani mengganggu tidurnya.

Tok..tok..tok

“Assalamualaikum. Ustad, Ustad,” panggilnya lirih. Seperti suara salah satu santrinya.

Meskipun telah terjaga, Zayn tidak ingin menyahutinya apalagi membukakan pintu. Karena sudah menjadi peraturan umum kalau pada jam sekian, dia tidak mau diganggu.

“Ustad. Gawat ustadz. Ustadzah Maysha jatuh dari tangga.”

Zayn seketika turun dari kasur. Dia segera membuka pintu, keluar kamar dan menutup pintunya kembali. Dia tak mau Zara terganggu tidurnya.

“Ada apa Kemal?”

“Ustadzah Maysha jatuh dari tangga. Terluka parah.”

“Ya sudah. Kamu pergi dulu ke sana. Aku segera menyusul.”

“Baik, Ustadz.”

 Zayn segera masuk ke dalam kamar mandi, cuci muka dan juga berganti pakaian.

“Aa pergi dulu ya Neng,” ucapnya sambil mencium dahi Zara yang sedang tertidur.

“Aa Gus mau pergi ke mana?” kata Zara. Dia terbangun saat ada sentuhan lembut di dahinya.

“Ustadzah Maysha jatuh dari tangga.”

“Neng ikut, Aa Gus.”

“Ya, cepatlah.”

Zara membasuh muka dengan sangat cepat. Lalu Dia mengikuti langkah kaki suaminya ke tempat kejadian.

Mereka agak sok ketika melihat keadaan ustadzah Maysha.  Dari hidungnya keluar darah segar. Kaki dan tangannya tampak memar.

Zara cara memeriksa nadi dan nafasnya. Alhamdulillah, masih ada kehidupan.

“Harus mendapatkan pertolongan segera,” Kata Zara.

“Tolong, hubungi ustadz Yusuf untuk menyiapkan ambulans.”

“Ustadz Yusuf sedang di kabupaten, menemani anak-anak yang sedang lomba.”

“Ya sudah. Neng jaga dia ya. Aku mau ambil mobil ambulans dulu.”

“Ya Aa Gus. Cepatlah!”

Tak lama kemudian Zayn telah kembali dengan mobil ambulans pesantren.

Dengan dipandu oleh Zara, para santriwati mengangkat tubuh ustadzah Maysha pelan-pelan ke dalam ambulans.

“Delisha, kamu siapkan baju ganti ustadzah Maysha dan susul kami ke rumah sakit,” kata Zara.

“Baik, Neng Zara.” Jawab Delisha

“Kemal kamu ikut aku.”

“Baik, Ustadz.”

Kemal segera duduk di samping Zayn yang siap mengemudikan ambulans. Sementara Zara menemani tubuh ustadzah Maysha di belakang.

“Apakah dia masih bernafas?” tanya Zayn panik.

“Jangan pikirkan itu. Segera cari jalan untuk sampai ke rumah sakit dengan cepat.”

Tanpa bertanya lagi, Zain segera membunyikan sirine dan menaikkan kecepatan ambulans nya. Menyibak jalanan yang ramai dengan kendaraan. Untung saja mereka mengerti dan memberikan jalan kepada ambulans yang dikendarainya. Sehingga tak sampai 5 menit mereka telah berada di rumah sakit terdekat.

Begitu pintu ambulans dibuka, para perawat dengan cekatan memindahkan tubuhnya ke tempat tidur dorong. Mereka membawanya ke ruangan UGD untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Zayn tampak lesu duduk di depan ruangan. Dia teringat tentang kejadian beberapa hari yang lalu. Tak disangka, ustadzah Maysha tiba-tiba mengatakan perasaannya terhadap dirinya.

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
Rian Moontero
mampiiiir🖐🤩🤸🤸
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor moga konfliknya nggak trlalu berat dan nggak ada drama'' poligami.a ya Thor
hania: Beres kakak 😍
total 1 replies
hania
terimakasih kakak
❤️⃟Wᵃfℛᵉˣиᴀບͤғͫᴀͣⳑ🏴‍☠️ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
bagus ceritanya seru kayaknya lanjut kak
hania: ok kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!