NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Terjerat Cinta Wanita Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Evita Lin 168

Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Aroma tubuh yang jauh berbeda sekali. Ini bukan tubuh yang selama ini menghangatkan hidupnya.

“Celline….” Pekik James yang telah sadar dari halunya.

James langsung bangkit dan menjauh. James mengusap wajahnya dengan kasar. “Mengapa kamu ada di sini?” Bentaknya.

Celline yang sudah lolos dari lubang buaya untuk kedua kalinya, langsung beringsut. Matanya menatap penuh ketakutan pada pria yang menggigit bibirnya itu.

Kini bibir gadis itu jadi tebal karena bengkak. Dasar pria bar-bar! Suka sekali memperlakukan wanita dengan kasar.

Tanpa menjawab, Celline berusaha bangun, walaupun dengan kaki yang gemetaran.

“Jawab pertanyaanku!” Bentak James lagi. Hal itu membuat hati Celline jadi kacau balau.

Hampir saja Celline terperosok ke bawah ranjang super king itu. Sambil mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya, Celline menconba berdiri tegak. Meskipun agak oleng karena dia masih ketakutan.

Mata merah itu, kini menatapnya tajam bagaikan iblis yang sangat menyeramkan.

“Itu….. Tadi…. Tuan yang…..” Celline tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Serangan panik menyerang, ditambah lagi dia kini malah menangis sesenggukan.

James benar-benar telah membuat gadis itu menjadi trauma. “Sial! Mengapa dia malah menangis sekarang? Anak ini benar-benar keteraluan!” Gerutu James sambil memijit-mijit kepalanya yang terasa pusing.

“Jangan menangis di depanku!”

Entah ini bentakan yang ke berapa kalinya yang Celline terima. Kini gadis itu hanya bisa menyusut hidungnya sambil mengusap air matanya.

James yang melihat itu langsung melemparkan kotak tissiu ke arah Celline. “Jangan mengotori tempat ini. Keluarlah!”

Akhirnya Celline pun memungut kotak tissiu itu, kemudian berjalan keluar meninggalkan James sendirian di dalam kamar.

Celline tidak langsung kembali ke kamarnya, dia memilih berjalan menuju dapur. Sepanjang jalan menuju dapur, matanya celingukan ke sana kemari.

Suasana sepi tidak ada makhluk hidup sama sekali di sana. Hanya ada suara cicak di dinding mansion dan beberapa ekor nyamuk yang sejak tadi menggigit kakinya.

Begitu menemukan lemari pendingin, tangannya langsung meraih sebotol air mineral. Celline kemudian langsung duduk di meja makan yang besar itu.

Celline tersentak kaget, saat melihat ada Benny yang sedang duduk sambil menyeruput kopinya.

“Nona sudah selesai?”

Celline terlihat berpikir sejenak, kemudian memilih mengacuhkan perkataan Benny barusan.

Kerongkongannya sudah sangat kering, sehingga dia lebih memilih untuk minum terlebih dahulu.

Setelah menegak air mineral sampai habis, Celline dengan berani menatap asisten suaminya itu.

*****

“Mengapa kamu tidak mau menolongku tadi?”

“Menolong nona? Bisa-bisa Tuan James memenggal kepalaku, nona.”

Dengan spontan Celline memegang lehernya. Benny yang melihat itu, bibirnya tiba-tiba mengulas senyum.

“Sepertinya Nona Celline ini wanita yang polos dan lugu.” Kata Benny dalam hati.

“Nona, tolong bilang pada Tuan James, saya mau pulang dulu.” Benny pun bangkit sambil membawa cangkirnya ke dapur.

“Kenapa kamu tidak bilang saja sendiri? Apa kamu tidak bisa lihat, kalau aku begitu sangat takut padanya?”

“Takut? Mengapa nona harus takut pada Tuan James? Tuan tidak akan memakan nona sampai habis. Dia pasti akan menyisakan nona sedikit.”

Mendengar ucapan Benny barusan, Celline langsung merosot dari kursi yang dia duduki. Benny berjalan dan melirik sedikit, kemudian pergi meninggalkan Celline sendirian.

*****

Keesokan harinya………

Matahari bersinar dengan cerahnya, namun tidak seperti Celline. Langitnya mendung karena kejadian semalam. Belum lagi bibirnya yang kini terlihat masih bengkak.

Tok…. Tok….. Tok…..

“Nona Celline, waktunya sarapan.”

“Iya, pak.”

Kemudian Celline keluar dari dalam kamar, setelah mandi. Namun, dengan dandanan yang alami. Itulah Celline gadis dengan apa adanya. Dia hanya akan dandan saat akan pergi keluar rumah seperti bekerja.

“Pak, saya mau makan di sana saja ya!” Celline menuju ke arah dapur. Dia berbisik pada kepala pelayan, karena takut makan satu meja dengan James.

“Jangan, nona, nanti tuan bisa marah!”

Celline seolah-olah jadi mati kutu. Akhirnya dia duduk kembali di meja makan sambil menunggu James turun. Selang beberapa menit kemudian, James muncul. Seketika itu juga, hawa dingin menyeruak di sekitar meja makan.

Celline terusa saja menundukkan kepalanya, tidak berani menatap wajah James.

“Makanlah!” Seru James dengan nada dingin seperti biasanya. Karena James sudah bicara, Celline pun berani mengangkat wajahnya.

“Ada apa dengan bibirnya?” Tanya James dalam hati yang sekilas melihat ke arah Celline.

“Ah…. Dasar sial!” Gerutu James saat mengingat kalau itu adalah hasil karyanya semalam.

Akhirnya keduanya makan dengan suasana hening. Hanya ada suara sendok dan garfu. Suara kecapan Celline pun hampir tak terdengar.

Seolah-olah Celline tidak mengunyah makanan itu. Gadis itu mungkin langsung menelannya begitu saja. Suasana kaku dan canggung itu pun akhirnya berakhir. Semua makanan yang ada di piring sudah habis tak tersisa.

“Bolehkah aku kembali ke kamarku?” Tanya Celline dengan takut-takut.

James hanya menganggukkan kepalanya sekali saja. Kemudian dia pergi meninggalkan meja makan.

Selepas kepergian James, akhirnya Celline bisa menghirup oksigen dengan bebas.

Di dekat James, membuat gadis itu selalu saja merasa tegang. Karena tidak ada hal yang ingin dia lakukan lagi, maka dia membawa semua makanan yang ada di atas meja makan ke dapur.

“Jangan, non! Jangan!” Larang kepala pelayan.

“Tidak apa-apa, pak.”

“Nanti tuan marah.”

Perkataan kepala pelayan barusan membuat Celline jadi tertegun. Kemudian dia memilih kembali ke kamarnya.

“Non, tunggu!”

Kepala pelayan merogoh saku bajunya dan mengeluarkan sebuah botol salep dari dalam kantong bajunya. Lalu diberikannya pada Celline.

“Apa ini, pak?”

“Kata tuan, salep ini dioleskan ke bibir Nona Celline. Kalau boleh tahu, bibir Nona Celline tersengat apa sampai bengkak seperti itu?”

Seketika Celline memegang bibirnya yang masih terlihat bengkak itu karena ulah James.

*****

Siang itu udara terasa sangat panas sekali, sampai-sampai Celline harus membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Udaranya terasa sangat pengap. Tadi dia sudah menyalakan ACC kamar, tapi malah kedinginan.

Celline merasa mual-mual dan muntah. Perut Celline rasanya seperti diaduk-aduk. Rupanya angin alam lebih bersahabat bagi tubuh gadis itu.

“Non, Nona Celline!” Panggil kepala pelayan.

“Ada apa, pak?” Tanya Celline sambil membukakan pintu. Dilihatnya kepala pelayan sudah berdiri tegak di depan kamarnya.

“Waktunya makan siang, non.”

“Tapi, aku belum lapar, pak.”

“Jangan begitu, non. Nanti tuan marah sama saya, kalau Non Celline tidak makan.”

“Kenapa bapak yang kena marah?” Dahi Celline mengkerut, seolah tampak sedang berpikir keras.

“Nona Celline tidak boleh telat makan. Nona harus kuat dan sehat, supaya bisa melahirkan anak yang sehat juga.”

Dengan mata membulat, Celline langsung memutar manik matanya dengan sempurna. “Memangnya Tuan James bilang apa lagi sama bapak, pak?” Celline mulai kepo. Rasa ingin tahunya mulai muncul mengenai sosok pria yang menikahinya beberapa waktu yang lalu itu.

Tidak tahu mengapa, Celline hanya merasa semakin penasaran ingin tahu mengenai James. Kepala pelayan pun menggeleng pelan.

“Sudah, non. Tuan James tidak bilang apa-apa lagi.”

“Oh!” Mulut Celline membulat membentuk huruf O kecil.

Bersambung………..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!