NovelToon NovelToon
Pembalasan Rania

Pembalasan Rania

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Pelakor / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: sweetiemiliky

Calon suami Rania direbut oleh adik kandungnya sendiri. Apa Rania akan diam saja dan merelakan calon suaminya? Tentu saja tidak! Rania membalaskan dendamnya dengan cara yang lebih sakit, meski harus merelakan dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetiemiliky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 : H-3 dan permasalahan

"Aku pulang," Suara Rania mengisi keheningan ruang tamu begitu ia masuk ke dalam rumah dengan tentengan plastik berisi martabak telur dan terang bulan ditangan kanannya. Saat mengunci pintu dari dalam, suara Anton terdengar dari arah belakang.

"Apa kamu membawa martabak telur yang adikmu inginkan?"

Menghela napas lirih dan memutar tubuhnya. "Iya."

"Wah, terimakasih."

Baru saja Anton bergerak mengambil alih plastik dari tangan Rania, suara ribut terdengar dari arah belakang lagi, disusul sosok Mina dan Ambar berjalan beriringan.

Dahi Rania mengerut heran saat melihat adiknya menangis.

"Aku tidak jadi menginginkan martabak telur! Aku ingin yang lain!" Menjerit dan menangis seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan.

Anton berhasil mengambil alih plastik ditangan kanan Rania, kemudian ia beralih memutar tubuhnya guna menatap Ambar lebih jelas.

"Mbak kamu sudah mau membelikan martabak telur, loh! Jangan kurang ajar!"

"Ayah!" Mina memelototi Anton sebagai peringatan.

Menghela napas. "Apa yang kamu inginkan sekarang? Biar ayah yang carikan."

"Jangan ayah yang beli, aku mau mbak Rania saja yang beli."

"Apa kamu tidak punya perasaan? Aku baru saja pulang setelah bekerja seharian. Sedangkan kamu? Kerjaannya hanya tidur dan berguling-guling diatas kasur, dan masih mau merepotkan aku?"

Tangis Ambar semakin keras, hal itu membuat kepala Rania berdenyut sakit. Apa kata tetangga mendengar tangisan Ambar seperti anak kecil ini? Bukan Rania yang melakukan, tapi rasanya dia yang malu.

Mina berdecak, melirik Rania sedikit sinis. "Ibu 'kan sudah bilang kalau Ambar sedang sakit. Jadi wajar kalau dia hanya tidur seharian, dia butuh istirahat."

"Sudahlah Rania, belikan saja. Turuti kemauan adik kamu. Kasihan dia."

Lagi-lagi ayah ikut membela sifat buruk Ambar, batin Rania.

"Apa yang kamu inginkan? Sekarang sudah malam dan pasti banyak penjual sudah menutup warung mereka."

"Aku tidak peduli! Carikan sampai dapat!"

"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Rania lagi. Kali ini suaranya terdengar kesal. "Jawab saat ditanya, bukan menangis seperti bayi mencari asi ibunya. Kamu sudah besar, 'kan?"

Ambar yang masih terisak bergerak mengusap lelehan likuid bening dipipi. "Aku ingin terang bulan—,"

Belum lengkap kalimat itu terucap, sebuah kresek berwarna putih terlempar mengenai wajah Ambar. Manik Mina dan Anton membelalak melihat hal tersebut, pandangan mereka segera bergulir sengit ke arah Rania.

Baru saja Mina hendak mengeluarkan suara, tapi sudah didahului oleh Rania.

"Aku sudah hafal betul dengan sifat kamu yang selalu menyusahkan. Tidak perlu pergi untuk mencari lagi, makanlah itu! Jika perlu plastiknya kamu makan sekalian."

"RANIA!"

Rania melangkah lebar meninggalkan ruang tamu. Tak memperdulikan teriakan Anton dan Mina saling bersahutan berteriak memanggil namanya.

Sampai dikamar, Rania segera melempar tubuhnya ke tempat tidur. Mengeluarkan ponsel dan membuka ruang pesan dengan Bumi.

[Mas Bumi: Apa kamu menjalani hari dengan baik tanpa aku, sayang?]

Ke-dua sudut bibir Rania tertarik ke atas usai membaca pesan dari Bumi. Detik selanjutnya, ibu jarinya bergerak diatas lantai ponsel dan mulai mengetik balasan.

[Rania: Kurang baik.]

[Mas Bumi: Kan! Sudah aku tebak sebelumnya, kamu pasti tidak akan bisa menjalani hari tanpa aku.]

[Rania: Lalu, bagaimana denganmu?]

[Mas Bumi: Ya ... Bisa dibilang baik. Aku bertemu klien hari ini, lalu makan siang dengan menu kesukaanmu, setelah itu aku pulang dan menganggu Laras belajar. Dia sampai menangis dan mengadu pada bunda.]

Tawa mengudara diruang kamar milik Rania. Ia tak bisa menahan tawa saat membaca deretan terakhir dari pesan yang Bumi kirimkan.

Kebiasaan, batinnya. Memang naluri seorang kakak laki-laki seperti itu, ya? Menganggu adik perempuan seakan tidak ada pekerjaan yang lebih penting.

[Rania: Kasihan Laras memiliki kakak jahil sepertimu.]

[Mas Bumi: Itu sebagai bayaran karena dia selalu meminta uang, minta ini dan itu padaku. Enak saja gratis!]

[Rania: Kamu sangat perhitungan. Aku jadi takut.]

[Mas Bumi: Hei! Kalau untuk kamu berbeda.]

[Mas Bumi: Kenapa tidak membalas pesanku lagi?]

[Mas Bumi: Rania? Helo?]

[Mas Bumi: Apa kamu sudah tidur?]

[Mas Bumi: Baiklah, semoga mimpi indah sayang.]

...----------------...

Terhitung sudah tiga hari berlalu semenjak Rania pamit dari pekerjaan, dan tiga hari ini Rania disibukkan dengan persiapan pernikahannya. Dimulai dari mengganti packaging untuk souvenir, berbelanja ini dan itu, lalu masih banyak lagi karena semua hal dikerjakan sendiri.

Setelah memastikan semua lengkap, Rania beralih mengerjakan tugas membersihkan kamar. Walaupun kamarnya tidak bagus, setidaknya harus rapih, bersih, dan wangi. Malu jika nanti Bumi masuk kesini kamar dalam keadaan berantakan.

Saat sedang melipat selimut untuk diganti, tiba-tiba saja pintu terdengar diketuk beberapa kali dari luar. Dahi Rania mengernyit sebelum pada akhirnya bergerak meninggalkan tempat tidur dan membuka pintu.

"Ibu? Ada apa? Ambar menginginkan sesuatu lagi?"

Rania sedikit heran melihat raut wajah ibunya tegang, tidak seperti biasa.

Bola mata Mina bergerak liar guna menghindari tatapan mata Rania. "Begini ... Dibawah ada nak Bumi."

"Bumi? Bukannya kita ber-dua tidak boleh bertemu sampai hari pernikahan? Kenapa sekarang dia ada disini?"

Diberondong banyak pertanyaan, Mina merasa semakin gugup. Keringat dingin dia rasakan serta tangan berembun secara tiba-tiba.

Mengontrol napas sejenak. "Turun saja, Rania. Ibu juga tidak tahu jawabannya."

Sebelum Rania membuka mulut, Mina lebih dulu melangkah menjauhi Rania. Ia tidak ingin lagi mendengar suara Rania mempertanyakan hal yang sama.

Rania semakin bingung dibuatnya. Mengingat ada Bumi dibawah, Rania segera menutup pintu kamar dan menyusul langkah sang ibu.

Sampai diruang tamu, ternyata benar ada Bumi disana, lantas Rania melempar senyuman ke arah Bumi. Namun heran karena tidak mendapatkan balasan, Bumi malah menghindari tatapan matanya.

Mendudukkan diri disamping Bumi. "Sudah dari tadi, mas?"

Bumi mengulum bibirnya dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.

"Kenapa berkumpul disini? Apa ada hal penting yang belum sempat dibicarakan?"

Semua bungkam dalam beberapa menit. Hingga, Anton memberanikan diri untuk berbicara, ia memandang putrinya tak tega.

"Rania," Panggilnya lebih dulu. Rania merespon dengan berdehem. "Ada yang ingin ayah bicarakan sama kamu."

"Apa?"

Mata Anton bergulir melirik Ambar yang sekarang sedang menundukkan kepala. Tak lama, Anton kembali memandang Rania. "Adikmu, Ambar, dia hamil."

Terkejut? Sudah pasti. Tapi rasa bingung lebih mendominasi. Maksudnya, apa urusan Ambar yang hamil dengan dirinya?

"Hubungannya denganku apa?"

"Karena—,"

"Ayah dari bayi yang Ambar kandung adalah Bumi."

1
sutiasih kasih
ambar... km itu jenis makhluk benalu tak tau diri....
hobi merampas yg bukan milikmu....
tunggulah azab atas smua kbusukanmu ambar...
tak kn prnah bahagia hidupmu yg sll dlm kcurangan...
sutiasih kasih
lnjut up....
👍👍
Riska Ananda
terfav🥰🥰
Riska Ananda
gk sabar nunggu kelanjutannya klo bisa up banyak2 thor
sutiasih kasih
org tua tak adil itu memang sll ada... & benar adanya....
tpi.... ank yg tak di anggp justru kelak yg sll ada untuk org tuanya di bandingkn ank ksayangan....
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Shreya Das
Bagus banget, jadi mau baca ulang dari awal lagi🙂
KnuckleBreaker
Gak bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!