Naolin Farah Adyawarman, gadis berusia delapan belas tahun yang baru menyelesaikan pendidikan SMA-nya.
Tidak ada yang istimewa dari hidup Naolin, bahkan dia hampir tidak pernah melihat dunia luar.
Karena Naolin adalah anak yang harus disembunyikan, dari khalayak luas. Sebab Naolin adalah anak har*m, sang Papi kandung dengan entah siapa Mami kandungnya.
Hal itu terjadi karena Naolin, diberikan secara sukarela oleh Mami kandungnya yang merupakam gund*k, dari Papinya.
Menurut cerita keluarga Papi, Mami kandungnya Naolin ingin hidup bebas dan belum siap memiliki anak.
Tapi entahlah itu benar atau tidak. Yang jelas, keputusan Maminya itu justru menjerumuskan Naolin ke lembah kesengsaraan!
Karena Naolin akhirnya hidup dengan Mama dan Kakak tiri yang jah*t. Sementara Papi kandungnya selalu berusaha untuk tutup mata, karena katanya merasa bersalah sempat menduakan sang istri sah.
Tapi saat Naolin telah menyelesaikan SMA-nya secara homeschooling, dia dibebaskan dari rumah yang iba
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss D.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Tapi tunggu! Kenapa selain keberadaan motor Pak Tarjo, ada juga sebuah motor lain?
Itu juga motor sport, yang tampak mahal dan kebanyakan penggunanya pasti laki-laki.
Karena rumah ini lumayan jauh dari pemukiman penduduk lain, jadilah aku bisa dengan bebas memasuki pekarangannya tanpa takut dicurigai.
Aku melihat ke sekitar, dan ada jemuran menggunakan seutas tali yang dibentangkan dari pohon mangga di bagian belakang rumah, sampai ke pohon kelapa yang ada di bagian depan rumah.
Tapi yang menarik adalah, di jemuran itu ada beberapa pakaian wanita. Tapi pakaian itu tampak seperti khusus dinas malam pasutri. Paham kan maksudku? Paham dong, kan sudah gede.
Aku tersenyum saat melihat ada pakaian dal*m, minim, seperti yang dikatakan oleh Ibu Afifah.
Tapi aku kaget, saat tiba-tiba saja terdengar suara musik jedag jedug, seperti di acara musik semalam.
Volume suaranya juga kencang sekali, sampai telingaku terasa pengang. Akhirnya aku mendekati bagian samping rumah, karena di sana ada jendela yang terbuka.
Kamera handphone aku hidupkan, lalu aku mulai merekam perjalanan menuju ke jendela itu.
Lalu dengan perlahan, aku mengarahkan kamera handphone ke dalam jendela itu.
Mataku melotot kaget, saat melihat pemandangan di dalamnya melalui layar handphone! Karena Pak Tarjo, terlihat sedang memakai pakaian dinas perempuan berwarna merah!
Lalu Pak Tarjo juga memakai wig rambut panjang, berwarna coklat terang. Wajahnya juga memakai make-up menor, seperti penyanyi yang aku lihat semalam!
Astaghfirullah, Pak Tarjo juga memakai high heels warna merah. Ya ampun, aku jadi kebingungan sekarang!
Tapi dengan cepat aku menguasai diri, dan beralih ke bagian samping kanan jendela. Karena aku mau memperlihatkan wajah orang, yang sedang dihibur oleh Pak Tarjo.
AllahuAkbar! Itu adalah boss tampan, yang tadi aku lihat datang ke tempat proyek memakai mobil mewah!
Aku terus merekam, sampai keduanya melakukan adegan next level. Karena aku butuh bukti akurat, untuk dilaporkan ke Ibu Afifah dan juga pihak kepolisian!
Setelah merekam hampir satu jam, aku hentikan kegiatanku. Lalu dengan mengendap-endap, aku pergi ke rumah Pak RT, yang tadi aku lewati.
Ttoookk ...
Ttoookk ...
Aku mengetuk pintu pagar rumah, yang ada plank Ketua RT. Lalu tidak lama seorang pria paruh baya keluar rumah, dan menyambutku dengan ramah.
"Ya, ada apa Mbak?" sapa Pak RT, ramah.
"Pak, ada kegiatan perzin*han, tapi sesama laki-laki. Di rumah yang agak jauh di sana itu," laporku.
"Mbak yakin!" tanya Pak RT, yang tampak sangat kaget.
"Yakin Pak, saya juga punya video rekamannya," jawabku.
"Baik, saya akan kumpulkan warga dulu untuk menggerebek pasangan naudzubillah itu! Mbak tunggu di sini saja ya, kita sama-sama ke rumah itu," ucap Pak RT.
"Iya Pak RT," jawabku.
Sambil menunggu Pak RT, aku menghubungi Ibu Afifah.
"Selamat siang Ibu Afifah, maaf mengganggu waktu kerja anda. Tapi saya dan perangkat desa setempat, mau menggerebek Pak Tarjo."
"Karena Pak Tarjo sedang berbuat zin*, dengan atasannya di kantor. Seorang pria muda," laporku.
"Innalillahi wainnailaihi roji'un!" teriak Ibu Afifah.
"Ibu tidak apa?" tanyaku, yang jadi merasa menyesal.
Karena kenapa tidak mencari kata-kata yang lebih halus, untuk memberikan kabar menyakitkan ini!
"Iya Miss, saya tidak apa-apa. Kebetulan saya juga sedang tidak bekerja. Jadi tolong Miss share lock, agar saya bisa melihat langsung kelakukan gil*, mantan suami saya itu!" pinta Ibu Afifah berapi-api.
"Oke, saya matikan dulu sambungan teleponnya ya," ucapku.
"Iya Miss."
Aku langsung mematikan sambungan telepon, dan share lock.
Tidak lama Pak RT, datang bersama banyak warga yang didominasi oleh Bapak-bapak.
"Mbak, di mana tempat mereka melakukan zin*!" tanya seorang Bapak, yang tampak sangat geram.
"Di rumah yang agak jauh ke dalam sana," jawabku, sambil menunjuk arah.
Semua warga langsung pergi ke arah yang aku tunjuk, sementara aku hanya mengikuti saja.
Teriakan marah para warga, tertutupi oleh suara musik yang terdengar semakin kencang.
Sampai kami tiba di rumah itu, suasananya masih sepi seperti tadi saat aku tinggalkan. Hanya suara musiknya saja, yang terdengar semakin menggelegar.
Tapi para warga yang sudah geram, langsung menendang pintu depan dan merangsek masuk setelah pintu terbuka lebar.
Aku ikut masuk, sambil tetap merekam.
Pak Tarjo dan pasangannya itu tampak sangat kaget, saat banyak warga yang melihat mereka sedang melakukan adegan next level.
Mereka sibuk hendak kabur, tapi dengan mudah para warga menarik keduanya untuk dibawa keluar rumah.
Suasana sudah tidak terkendali, membuatku jadi kebingungan harus melakukan apa.
Jadi aku hanya bisa terus merekam, saat para warga mulai bertindak anarkis memukuli Pak Tarjo dan atasannya itu.
Pak RT, juga terlihat berusaha meredam kemarahan warga. Tapi tidak didengar, oleh warga yang benar-benar murka!
Tapi tiba-tiba terdengar suara ...
Dooorrr ...
Para warga langsung berhenti, karena itu adalah temb*kan peringatan yang dilakukan oleh beberapa orang polisi.
Aku langsung merasa lega, karena ada Ibu Afifah di antara para polisi itu. Alhamdulillah, Pak Tarjo dan atasannya tidak jadi meninggal.
Tapi dengan mengendap-endap, aku pergi dari lokasi kejadian. Karena aku tidak mau dibawa ke kantor polisi lagi.
Setelah berhasil masuk ke dalam mobil, barulah aku mengirimkan semua bukti rekaman video pada Ibu Afifah.
Aku menenangkan diri dulu sebentar, sebelum akhirnya melajukan mobil menjauh dari minimarket.
Tapi saat sedang di lampu merah, aku melihat ada restoran yang terlihat sangat menarik. Jadi begitu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, aku masukkan mobil ke area parkir restoran itu.
Rumah makan khas Sunda, itu tulisan di bagian depan restoran tersebut.
Yang menarik perhatianku adalah, keberadaan pondok-pondok yang sepertinya terbuat dari anyaman daun atau semacamnya.
Lalu di bagian bawah pondok itu terdapat kolam-kolam ikan, yang menambah kesan unik rumah makan ini.
"Selamat siang Kak, mau makan satu orang saja?" sapa seorang wanita muda.
"Ya, tapi aku mau makan di pondok itu," jawabku.
"Boleh Kak, mari saya antarkan ke pondok yang kosong," ajak Mbak itu ramah.
Aku mengangguk, dan mengikuti langkah wanita muda yang memakai kebaya warna biru muda dan kain panjang di bagian bawahnya.
"Di sini cukup untuk satu orang, Kakaknya mau pesan apa?" tanya Mbaknya.
Aku membuka buku menu yang ada tersedia di meja, lalu kebingungan mau memilih yang mana. Karena semua foto-foto makanan itu tampak enak.
"Aku mau semuanya," jawabku bersemangat.
"Kakak sendirian, apa sanggup menghabiskan semuanya? Atau Kakak ini food blogger baru ya?" tanya Mbak itu.
"Nggak, aku hanya suka makan saja. Tapi kalau tidak habis, pasti aku bawa pulang. Jadi tidak akan buang-buang makanan, Mbak tenang saja ya," jawabku.
Mbaknya tersenyum, lalu dia langsung pergi untuk mempersiapkan semua pesananku.
Sementara aku kembali membuka DM, dari klien selanjutnya.
Tapi mataku kembali membelalak, saat membaca isi DM.
Karena dunia sudah dipenuhi oleh orang gil*!