NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Dokter
Popularitas:129.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

02 ~ Abang pembohong

Agam Siddiq langsung membopong sang adik, melangkah hati-hati dikarenakan Meutia tengah mengandung.

“Nak, sini Bunda gendong!” Nur Amala mengulurkan tangannya pada Sabiya, sang keponakan.

“Mamak kenapa, Bun?” Sabiya menangis lirih, netranya menatap punggung sang paman yang sedang membopong ibunya.

“Mamak baik-baik saja, Nak. Kita bantu doa ya.” diusapnya lembut punggung Sabiya.

Intan sendiri hanya mampu menangis tanpa suara – jemari kurusnya menggenggam erat ujung hijab panjang tantenya. Langkahnya terseok-seok, pikirannya berkelana dan hatinya menangis. Jelas dirinya paham arti kecelakaan, berarti hal buruk telah terjadi kepada ayahnya.

.

.

“Tolong adik saya, Dokter!” Agam membaringkan tubuh Meutia di atas ranjang pasien, lalu dirinya dipinta keluar oleh seorang perawat, tim dokter begitu sigap menangani, memeriksa dan memberikan pertolongan.

Derap langkah kaki begitu nyaring di lantai ber keramik putih, anggota keluarga Meutia mulai berdatangan, raut mereka pias, kalut.

“Mala!” Wahyuni mendekati sahabat sekaligus iparnya yang sedang memangku Sabiya, dan merangkul Intan. “Tia, baik-baik saja ‘kan?” tanyanya cemas.

“Sedang diperiksa oleh dokter.” Dagunya menunjuk ruangan dimana Meutia berada.

“Intan, mau tak Ibuk pangku, Nak?”

Gadis kecil itu memundurkan tubuhnya, menoleh melihat tante yang dia panggil Ibuk, lalu menggeleng. “Aku mau ke mushola saja, mau meminta kepada Allah, supaya Ayah dilindungi serta diberikan keselamatan.” Cepat-cepat kaki kecilnya yang berbalut sepatu flatshoes menjejak lantai.

Tanpa suara Wahyuni mengikuti dari belakang.

“Biya ikut, Kak!” Sabiya pun turun dari pangkuan bundanya.

Intan langsung menggandeng erat tangan adiknya, bersama mereka menuju ruang wudhu, setelahnya memasuki mushola rumah sakit, mengenakan mukena diperuntukkan bagi anak-anak.

“Ya Rabb, kami tak mengharapkan oleh-oleh dari Ayah, cukup Ayah pulang saja, berkumpul dengan kami. Kasihan Mamak ya Allah, kasihan juga adik kami. Tolong bawa pulang Ayah kami ya Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Bibirnya bergetar hebat, setiap bait yang dia ucapkan diiringi deraian air mata.

Sang adik, Sabiya. Ikut mengaminkan, dirinya belum begitu paham apa yang terjadi, tapi melihat ibunya tak sadarkan diri, tentu jiwanya terguncang.

‘Tia, kau harus kuat Dek! Di sini dua bidadari kecilmu sedang memanjatkan doa, merayu Yang Maha Esa.’ Wahyuni membatin pilu, sedari tadi air matanya terus mengalir.

Amala memeluk kedua keponakannya, tanpa kata mencium pucuk kepala mereka. ‘Ya Rabb, lindungi keluarga kecil ini. Hamba mohon, jangan patahkan hati mereka, tolong berikan mukjizat mu, ya Tuhan.’

.

.

Sementara di ruang tunggu depan UGD.

“Biar saya saja yang menuju ke lokasi, Bang! Mencari tahu dan bila diperkenankan membantu apa yang bisa dibantu.” Dzikri Ramadhan, sahabat rasa saudara menawarkan diri hendak ke wilayah titik lokasi kecelakaan. Diantara mereka, hanya ia yang belum memiliki buah hati, maka dari itu lebih memudahkan langkahnya.

“Baiklah, hati-hati ya Dzi! Kabar apapun itu, tolong beritahu kami!” pinta Agam Siddiq.

Hasan, suaminya Wahyuni – melangkah lebar mendekati abang iparnya, memberikan berita yang mampu memporak-porandakan hati mereka. “Barusan orang kita yang sudah di terminal, mengabarkan bahwa Ikram memang ada dalam Bus kecelakaan itu, Bang.”

“Keluarga pasien!” seorang perawat keluar dari ruang tindakan, memanggil wali Meutia.

"Ya, saya abangnya.” Agam mendekat ke suster.

“Mari ikut saya, Pak! Dokter ingin berbicara dengan keluarga Bu Meutia.” Perawat tersebut membukanya pintu, Agam langsung masuk.

.

.

“Maaf sebelumnya, tapi saya tetap akan menyampaikan kabar kurang baik ini. Ibu Meutia mengalami shock berat, bila berkepanjangan mengakibatkan stres, yang mana hal tersebut akan berdampak pada janin dalam kandungannya.” Dokter tersebut menghela napas berat, menatap iba pada sosok pria berekpresi datar.

“Apa yang harus kami lakukan disaat keadaan kacau seperti ini, Dok?” tanyanya nyaris putus asa.

Sang dokter meletakkan kedua tangannya pada meja, dirinya sendiri mengenal keluarga Siddiq, juga kenal dengan Ikram, rekan sejawatnya di rumah sakit ini.

“Saya pun sama terkejutnya dengan Anda, dan lainnya. Benar-benar sulit untuk dipercaya, tapi semoga saja ada sebuah mukjizat. Dokter Ikram selamat, itu harapan kami semua yang sudah lama menjadi rekan kerjanya,” ujarnya tulus.

“Namun, hal ini jua tak kalah memprihatinkan. Keadaan Bu Meutia yang tengah mengandung, membutuhkan penanganan khusus, bagaimanapun caranya harus bisa menaikkan lagi semangat hidupnya, sebab ada sosok yang sedang tumbuh di rahimnya. Bila tak ada perubahan, ditakutkan pertumbuhan plasenta menjadi terhambat, bayi akan lahir dengan bobot di bawah normal, lebih fatalnya lagi, bisa terlahir cacat.”

Penjelasan dokter tadi seperti godam yang menghantam kepala Agam Siddiq, dirinya langsung menegakkan badan, rautnya pias.

.

.

“Abang pulang Bang! Jangan buat Tia khawatir, nanti dedek bayi pun ikutan sedih. Abang!” Meutia menangis, meratapi sang suami yang sampai sekarang belum ada kabar.

“Tia, Nak … tengok Nyak sebentar, bisa?” Sang ibu terus membelai puncak kepala putrinya, sebelah tangannya menggenggam tangan Meutia yang tidak di infus.

“Nyak …. Bang Ikram tak mungkin sejahat itu ‘kan? Dia pasti kembali ‘kan? Dirinya sudah berjanji akan pulang! Jadi, pasti nya balik, tak mungkin nggak 'kan?”

“Insya Allah, suamimu kembali. Selama ini kan dirinya selalu menepati perkataannya, kali ini pasti jua seperti itu.” Nyak Zainab, berusaha menguatkan putrinya, tetapi dalam hati ia meragu.

“Betul. Bang Ikram tak pernah ingkar. Dia selalu menepati janji, dan memegang teguh prinsipnya itu, menganggap janji adalah hutang yang wajib dibayar dan tepati.” Bibirnya bergetar kala mengulas senyum, lagi dan lagi air matanya mengalir.

Namun, sepertinya kali ini Ikram Rasyid tidak bisa menepati janjinya kepada sang istri dan juga buah hatinya.

Kabar duka itu benar adanya, dan telah disiarkan melalui siaran televisi lokal. Bus antar propinsi mengalami rem blong, saat ditikungan tajam lajunya oleng dan kehilangan kendali lalu terperosok ke dalam jurang.

Evakuasi tengah dilakukan, tim SAR sudah dikerahkan. Medan yang curam, licin, menyulitkan penyelamatan itu. Terlebih di dasar tebing ada sungai dengan arus deras.

.

.

Malam hari.

Keluarga besar Siddik, menemani si bungsu bermalam di rumah sakit kecamatan. Meutia belum diperbolehkan pulang, wajib menjalani rawat inap selama dua sampai tiga hari kedepan.

“Tolong nyalakan televisinya!” Meutia bersikeras ingin menonton berita terbaru, mencari tahu tentang kabar suaminya.

Begitu televisi tabung yang terletak di atas meja bersandar pada dinding tembok di hidupkan, langsung disuguhkan tayangan yang sedari pagi menjelang siang menggemparkan tanah air.

Seorang presenter membawakan berita terkini tentang kecelakaan Bus, lalu membacakan nama-nama penumpang yang menjadi korban, sampai di mana ada nama belahan hati Meutia Siddiq, yakni Ikram Rasyid.

Bersamaan dengan itu, ponsel Agam Siddiq berdering, ternyata Dzikri yang menelepon.

“Tolong loudspeaker!” pinta Meutia lemah, dirinya seperti raga tidak bernyawa.

“Assalamualaikum Bang. Tim BASARNAS, berhasil mengevakuasi korban_"

Semua orang menahan napas kala terdengar tarikan napas panjang Dzikri.

"Dari 57 penumpang termasuk kondektur dan sopir, cuma delapan orang yang selamat. Mereka mengalami luka ringan dan berat – sebelas orang dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian. Lainnya meninggal dunia, dan ... Ikram termasuk dalam daftar nama penumpang tidak ditemukan itu."

Hening, seolah bumi berhenti berputar, perlahan semua pasang mata menatap Meutia yang bergeming, hanya air matanya saja terus mengalir.

"Kau bohong Bang! Abang Pembohong!!"

“Meutia! Jangan!”

.

.

Bersambung.

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
suami dr Hongkong lho !!!! eh Arinta nyadar diri donk gak usah ngaku" kl Yunus alias Ikram suamimu karna sampai kapan pun Yunus alias Ikram adalah milik Meutia kekasih hatinya 😏😏
stnk
gaaasssss Tia...jangaaaan kendooor...ikram suamimu....
Larasati
nah loh mau apa lagi kamu arinta bukti nikah gak ada , semoga ikram cepat pulih ingatan nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Alhamdulillah akhirnya mereka nemuin Yunus alias Ikram ayo skrng bawa Yunus alias Ikram pergi dr Arinta biar gak di paksa nikahin Arinta sama si Ambu sedeng 💪💪😁
Marlina Prasasty
hahaha mati kutu kau arianta eh siapapun namamu sy g kenal,sok ngaku²,kmi ini saksi kunci bucinnya pak ikram kpd istrinya Meutia yg kau anggap suami itu
Larasati
kayaknya arnita tau siapa Yunus sebenarnya karena takut Yunus ketemu keluarga nya lagi
Defvi Vlog
hayolah kita labrak rame rame c gurita🤭
Ruwi Yah
tunjukkan pesonamu dhien
Jetri
ikutan gemes sama arinta,, pingin tak cubit tuh mulutnya arinta 🤣🤣
Ruwi Yah
saking takutnya aq sampai nggk berani baca kak aq baca dulu komennya
Bang Fay
masih ngeyel nih si arinta....ngaku ikram suaminya.gila dia....
Reni Septianing
good job muetia rasyid 👍 lawan. enak saja panggil laki orang suami. hahahaha mampus kau arsinta.. paling2 dia bakal mamaknya yg egois
it's me
hayooooo... jambakkan tya
congor kok busuk macam itu, ngaku2 bininya ayah paok pulak🤬🤬
Lisstia
musti bsnyak banyak bukti yang kuat tapi arinta juga gak mungkin ngalah gitu aja,,cuma nanti sangking mendesaknya nih pasti ibu arinta keknya bakalan desak atau bahkan ngancam ikram untuk menikahi rinta,, mereka kan egois banget apalagi tau kalau rinta memiliki rasa ke ikram ....rumit nih
ikram musti teguh dengan pendiriannya untuk tidak menikahi rinta,, dengan adanya kejadian ini tuh udah jelas klau dia memang udah punya anak dan istri
Reni Septianing: bener kak, dengan dalih balas budi udah nolong si yunus alias ikram rasyid😏. Dan keluarga Agam shiddiq dan juragan biyakta gak akan tinggal diam. malu lah mereka🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Ceuceu Nur
maju terus tia ...
bungkus si arinta paok tuh buang ke laut

cakar cakar tuh dia punya wajah keluarkan jurus andalan mu tia...
👏👏👏
tia tia tia tia tia
Umi Kolifah
aku senang, ayo lawan mamak tia libas tu si Arinda jangan kasih kendor,,
DozkyCrazy
seruuuu
DozkyCrazy
asyiiik Tia kerrren
Aurel Bundha
lanjut 🥰🥰 semangat
Sugiharti Rusli
bagus deh Meutia bisa dewasa dalam menghadapi entah siapa lawannya itu, dia juga sepertinya tahu kalo sang suami amnesia sekarang jadi tidak mengenali keluarganya sendiri,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!