Rel kereta api di bagian Utara kampung pandan Arum menjadi hangat di perbincangkan belakangan ini, sebab beberapa orang pernah melihat akan keberadaan seorang wanita memakai gaun berwarna merah.
Bila sudah ada yang mengatakan melihat wanita itu maka dapat dipastikan esoknya akan ada yang meninggal dunia, menurut kabar yang beredar wanita itu adalah korban pembunuhan dari suami sendiri dan wanita itu dalam keadaan hamil.
Siapa kah wanita bergaun merah itu?
Lalu siapakah suaminya?
ikuti terus kisah ini bersama dengan Novita Jungkook, kisah ini tidak ada menjiplak karya mana pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Suketi
"Jadi siapa nama mu?" Xavier sudah menginterogasi gadis berbaju putih yang ada di rel kereta api.
"Kenapa kalian sesuka hati membawa aku pergi dari rel kereta api? aku tidak mau ada di tempat ini." gadis baju putih malah berteriak keras.
Plaaaaak.
"Eh Jalak, kau ini dengan wanita pun sangat mudah menurunkan tangan!" Xavier kaget karena Jalak malah menampar gadis ini.
"Salah dia lah karena di tanya malah berkata sewot itu." siluman ular ungu menjadi begitu kesal.
"Ya kan bisa sedikit kau turunkan itu emosi agar jangan meledak terus seperti itu, gampang sekali tangan mu itu menampar orang." Xavier merutuk kesal.
Gadis baju putih yang di tampar oleh siluman ular ungu hanya bisa diam tertunduk karena dia tidak menyangka bahwa Jalak bisa seenteng itu menampar dia, memang kadang tidak perlu basa-basi kalau sudah berbicara dengan siluman ular ungu ini agar jangan sampai nanti malah terluka karena dia begitu mudah untuk emosi.
Hanya dengan Dewa iblis saja emosi dia bisa sedikit turun dan mengurang ketika sedang berbicara, coba kalau dengan yang lain maka sudah pasti akan terus meledak dan tidak akan pernah menurunkan ego walau hanya sedikit saja, memang seperti itu pembawaan siluman ular ungu karena dulu dia juga menjadi tokoh yang sangat antagonis sekali.
Ini tadi malah gadis berbaju putih dengan sangat angkuh mengatakan bahwa mereka tidak pantas membawa dia masuk dalam lembah kematian seperti ini, sudah pasti siluman ular ungu akan meradang dan akhirnya sebuah tamparan keras mendarat di wajah gadis itu sehingga sekarang dia terdiam tidak berani lagi untuk berkata kata.
"Sana lah kau, biar aku saja yang bertanya pada dia kalau kau sangat mudah terbawa emosi." Sam datang dan langsung menyuruh siluman ular ungu ini istirahat.
"Saat sudah selesai maka langsung katakan padaku karena aku ingin balas dendam pada dia!" Jalak masih kesal karena kepala Otong yang dilempar dengan batu.
"Ya, kau pergilah saja dulu sana." Xavier menyuruh siluman ular ungu ini menjauh.
"Dasar kuntilanak edan tidak tahu diri." Jalak menjauh namun mulut tetap saja menggerutu kesal.
"Aiihhh kapan emosi dia bisa sedikit membaik dan tidak panas seperti itu?" Xavier saja kadang juga heran akan tingkah Jalak yang mudah sekali terpancing emosi.
Di antara semua maka Jalak emang yang paling mudah emosi seperti Purnama, itu yang rombongan dari para pria dan bila dari rombongan wanita maka ada Maharani, burung hantu satu itu pun tidak bisa sekali untuk mengendalikan emosi bila sudah terkena ucapan yang sangat melekit dari lawan.
"Katakan sekarang siapa nama mu sebelum nanti kau ditampar lagi oleh dia!" Sam menatap gadis berbaju putih.
"Nama ku Suketi." gadis berbaju putih ini akhirnya mengakui siapa namanya.
"Nama yang dari zaman dahulu sekali ya karena tidak ada era sekarang memakai nama itu." Xavier bergumam pelan.
"Kau kelihatan memang dari zaman yang sudah sangat lama." Sam memperhatikan Suketi.
Suketi menunduk karena dia adalah gadis dari zaman dahulu dan sudah lama terlunta-lunta ke sana kemari tanpa ada yang memperhatikan, bahkan kuburan nya pun sudah tidak ada karena dulu dia meninggal dengan cara yang sangat tragis dan itu semua akibat perbuatan pria jalang yang sudah memperkosa dirinya.
"Aku memang sudah sangat lama menjadi hantu gentayangan." Suketi mengakui semua itu.
"Jadi tentu kau sudah sampai karatan ya di rel kereta api itu." Sam berkata enteng.
"Tidak sampai karatan juga lah Mas, emangnya aku lengket dengan besi kereta api sehingga sampai berkarat." Suketi tidak terima bila di katai karatan.
Xavier tertawa terbahak-bahak karena dia juga merasa pertanyaan Sam sangat aneh setelah mengatakan bahwa Suketi sampai berkarat di gerbong kereta api itu, makanya Dewa iblis pun tertawa dan merasa Sam kadang kala juga ada edan sehingga berbicara sesuka hati saja pada iblis lain.
Sam sendiri hanya tersenyum karena menyadari pertanyaan dia barusan salah dan memang kadang walau sudah tua tapi wanita tetap saja sensitif soal pertanyaan dari para pria, Suketi memang berusia sekitar enam puluh tahun sudah namun dia meninggal ketika masih gadis dan muda sehingga arwahnya tetap saja mudah seperti ini.
Dengan usia yang semudah ini jelas dia memiliki emosi yang agak labil juga dan memiliki perasaan sensitif layaknya wanita muda lain, yang menjadi masalah itu kadang kala para pria tidak menyadari bahwa mereka telah melukai hati para wanita yang diajak berbicara, padahal itu sudah sangat membekas di dalam pikiran mereka semua.
"Maksud aku sudah berapa lama kamu ada di sana dan berbuat apa saja?" Sam memperbaiki pertanyaan.
"Sudah sangat lama, ketika pria yang kucintai meninggal dunia maka aku hilang arah dan bergentayangan ke sana-kemari untuk mencari tempat." Suketi mengingat kekasihnya di zaman dahulu.
"Lalu kau mampir di rel kereta api itu dan mangkal di sana." Xavier berkata pelan.
"Ya, karena sudah tidak punya tujuan maka aku hanya hidup sebagai arwah yang tidak tahu mau bagaimana dan berbuat apa." angguk Suketi.
"Sudah berapa banyak manusia yang kau bunuh di dalam gerbong kereta api itu?" Sam kembali bertanya pada Suketi.
"Jaga mulut kamu itu ya!" Suketi kembali marah karena di tuduh sudah membunuh banyak orang.
Samuel menjadi kaget karena mendadak saja Suketi bangkit dan menunjuk wajah dia, sejak tadi selalu saja salah pertanyaan yang di lontarkan membuat Sam bingung untuk bertanya apa lagi, padahal memang Suketi di sini untuk di interogasi tapi dia selalu saja menyala dan tidak terima.
"Aku tidak pernah membunuh manusia selama tinggal di dalam gerbong kereta api itu!" Suketi mendengus kesal.
"Kau jangan pintar berdusta dengan mulut sialan mu itu, tadi saja kami berdua terus kau lempar dengan batu!" Jalak kembali datang dan langsung marah pada Suketi.
"Itu kan cuma iseng saja dan aku tidak ada niat untuk membunuh kalian, untuk apa aku bunuh karena pada dasarnya kalian saja sudah mati." Suketi berkata dengan suara enteng.
"Kau lihat ini, b******* edan ini yang membuat emosiku memuncak." Jalak sudah tidak bisa untuk menahan rasa emosi di dalam hati karena Suketi juga membuat emosi.
Untung Sam terus aja menahan tubuh Jalak agar dia tidak menghajar Suketi sampai habis, mereka belum banyak bertanya karena memang kuntilanak putih ini agak berbelit ketika di beri pertanyaan, mungkin karena sudah tua sehingga dia agak lelet dan tidak seberapa mudeng dengan pertanyaan mereka semua.
Selamat sore Besti ku, jangan lupa like dan komen kalian ya.
bacanya abis pulang kerja di saat stress karena pekerjaan yang menumpuk dan semua minta selesai sedangkan tangaku cuma 2...
selamat malma ka... lanjut besok ya buat semangat aku mengawali hari...
Nilam bnar klu tu setan makan menggunakan perut nya
kyak monster seram nya
hpne mlayu dewe🥴
dan akhir'y di buat metong juga manusia yang sok berani dan sok kuat, mana kang ngeyel pula🤣🤣🤣emang bagus kalo metong biar g bikin orang waras stres dengan kelakuan'y