Siapa bilang pria dingin yang telah tumbuh dewasa itu tidak menyimpan rasa pada sang adik angkat, yang jelas-jelas dirinya hanyalah kakak angkat yang kebetulan di rawat oleh keluarga Satuan.
"Siapa suruh kamu begitu menarik, jangan salahkan kakak jika kamu selama ini jadi fantasi kakak, kamu cantik dannnn menarik Sea. " Delane menatap bingkai foto milik Sea.
Tapii, hubungan itu telah membawa keduanya ke jenjang yang seharusnya tidak di lakukan. Apalagi setelah itu mereka terpisah negara dan juga waktu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Delane lega
Sea bahu kirinya di tabrak seseorang.
"Arrrggghhh." Sea sampai terhuyung kedepan, lalu.
"Sakit tau jelek, udah tau jelek kenapa berdiri di situ. Ganggu jalan doang kamu, virus dan bakteri." Ungkap siswa yang menabraknya sembari membawa kursi yang diangkatnya.
Seharusnya Sea yang marah namun saat ia hendak melawan justru guru tersebut sudah selesai menggeledah dan tidak ada bukti apa-apa, berarti dari kelas lain pelakunya.
"Sal--"
Masuk.
Padahal hendak membalasnya, tapi ya sudah nanti saja bikin perhitungan.
Saat jam istirahat orang-orang berlarian menuju ke lapangan bola basket ada pertandingan.
"Aaaa Delane, tampan sekali. Kami mencintaimu Delane. " Spanduk besar bertuliskan namanya serta berbagai foto dari sudut mana pun juga ada dan tetap terlihat tampan.
Delane tak menggubris, pertandingan riuh saat saling lempar dukungan dan ada satu perempuan yang mendekati Delane dan memberikan air minum, Sea segera pergi dari tempat itu. Dirinya ini bagaikan debu yang tak terlihat dimanapun posisinya kecuali lewat mikroskop.
"Huftttt, kapan itik buruk rupa jadi cantik? " Bertanya pada diri sendiri seraya bercermin.
Ia berusaha melepas sesuatu di pipi kanannya tapi belum ada hasil, padahal ia ingin melihat seberapa cantik wajah aslinya saat ini. Daddy dan mommynya begitu menyembunyikan hal sebesar ini, sekitar satu minggu sekali Dokter spesialis datang untuk mengecek keadaan wajahnya tanpa sadar Sea diberikan obat bius dan membuatnya tak sadar, bangun-bangun sudah pagi dan saatnya berangkat ke sekolah seperti biasanya.
Deg.
"Apa perlu aku kabur saja saat nanti Dokter itu datang, aku penasaran jika aku tidak terkena obat bius saat kulitku ini diganti dengan yang baru setiap hari Sabtu. " Ia mulai memikirkan rencana-rencana.
Namun.
Puk.
Sentuhan di bahunya mengejutkan gumaman nya.
"Duhhh ngagetin aja, ada apa? "
"Dipanggil tuh, "
Sadar bahwa dirinya masih berada di bangku sekolah.
"Iya, ada apa bu? "
"Ini, salep. Kamu gunakan, "
Meski tak terlalu perhatian namun perhatian kecil seperti ini sudah sangat berarti bagi Sea.
"Terimakasih, "
Sebagai seorang guru juga dilema bagi semua orang, hidupnya berada di ambang antara tegas dan baik. Apalagi mereka semua ini anak-anak petinggi yang tak mudah di ganggu apalagi hanya guru seperti dirinya, maka dari itu sekecil mungkin mencari masalah kalau bisa tidak mencari masalah.
Ting.
Sky melihat ke arah ponselnya, ada notifikasi bahwa Sea lagi-lagi di bully. Tapi tadi pagi kejadiannya dan sekarang masih jam istirahat, pasti adiknya ada di kelas kalau tidak ya di lapangan, pasti itu.
Bragh.
"Gak bisa, aku harus lindungi adikku. "
"Hey mau kemana? " Tanya geng Kecebong nya.
"NYUSULIN SEA, " pergi begitu saja.
Terpaksa deh gengnya ikut juga, lagipula ada apa sih dengan keadaan Sea itu sampai-sampai Sky turun tangan begitu. Meski mereka semua bertanya-tanya tapi tetap mengikuti ketua dari gengnya.
Sesampainya di depan kelas Sea ternyata sang adik baik-baik saja tidak terjadi apa-apa, meski tadi Sky dapat pemberitahuan bahwa ada yang mengganggu kursi dan meja Sea, namun sesampainya di sana sepertinya sudah dibersihkan semua kekacauan dan kini terlihat Sea baik-baik saja, bahkan beberapa siswa dan siswi yang melihat Sky berada di depan kelas tersebut langsung membuat ricuh juga di depan kelas, tak bisa dipungkiri bahwa Sky sangat mempesona dari segala arah.
"SSSKKKYYY." Semua langsung berhamburan keluar dan ia kualahan menghadapi fansnya ini.
Tapi hatinya sudah tertaut pada satu gadis pujaannya yang cantik jelita, siapa kalau bukan Olivia.
Eh ngomong-ngomong, Olivia kemana? Kenapa barang hidungnya tak terlihat sama sekali.
Tapi di sudut kantin beberapa cewek berkumpul sekitar 3 orang dan salah satunya Olivia.
"Darimana kemarin? " Teman-teman nya pada curiga.
Sebab Olivia bertingkah aneh pagi ini, belum lagi cara jalannya juga sedikit aneh.
"Emmm enggak dari mana-mana kok. Oh ya, makan di kantin ini aku bayarin ya. " Olivia yang biasanya dapat jatah dari seseorang kini mentraktir dirinya, aneh banget.
Sky yang kesal berlalu pergi, ternyata mengecek keadaan Sea adalah kesalahan besarnya di jam istirahat, tau begini ke lapangan dan aman jaya sentosa kalau di sana pasti ada Delane.
Delane tidak ada, justru ia berada di ruang guru.
"Delane, ini beberapa dokumen yang kamu perlukan. "
"Terimakasih pak, "
"Oh ya satu lagi, bapak tidak bisa melindunginya diam-diam seperti biasanya. Kamu tau sendiri kan, mayoritas di sekolah ini anaknya petinggi semua. "
"Iya, terimakasih pak. Saya permisi, "
Delane menghela nafas, gimana caranya agar Sea aman di sekolah ini, harus bicara dengan Daddy nanti sepulang kursus. Ia melihat jadwalnya untuk hari ini, setiap hari ada saja kursus yang harus ia jalani, dan terkadang ia bosan dengan kursus-kursus yang bermacam-macam, belum lagi harus mengawasi Sea.
Sudahlah, percuma mengeluh di luaran sana banyak yang ingin berada di posisinya tinggal menikmati hidup, Delane menikmati itu.
Brugh.
Delane di rangkul Kai.
"Mikirin apa sih bro? " Melihat wajah temannya kusut kayak baju belum di setrika.
"Gak ada apa-apa, cuma khawatir dengan satu orang, "
"Sea? " Selalu saja menebak-nebak.
"Sok tau, "
"Ya tau lah, siapa sih aku ini. Kita itu ya, sama-sama sejak kecil bahkan sejak lahir malah. "
"Terserah, "
Prok.
Menepuk tangannya. "Benerkan, kamu cinta kan sama dia? "
Wajah Delane memerah, gak cuma cinta tapi hyper. Tidak hanya sekali dua kali tapi sering kali ia membayangkan Sea berada di bawah kungkungan nya dan menikmati indahnya dunia hanya berdua.
Deg.
Ia tersadar bahwa saat ini berada di area sekolah, ia dengan buru-buru ke kamar mandi. Kai sampai geleng-geleng kepala, tau betul watak sifat Delane.
"Ck, dasar. Kalau mau kenapa gak di gas langsung ke orangnya, sok pasang wajah dingin. "
Ia duduk sembari menatap cewek-cewek di sekolah dari lantai 2, jaman sekarang ya pada cantik-cantik dan mereka semua melakukan perawatan dengan berbagai macam cara, bahkan memakai pemutih pun juga banyak digunakan oleh siswi-siswi zaman sekarang, tak bisa dipungkiri jika mereka semua sudah mengenal yang namanya skincare, kalau ditanya soal mereka masih perawan atau tidak itu semua adalah urusan mereka masing-masing yang jelas dirinya sendiri bisa jaga badan untuk sekarang.
Delane berkali-kali mencuci mukanya agar miliknya turun namun soal, kejadian tadi malam gak tuntas kini harus di tuntaskan. Bodo amat Kau menunggu di luar yang penting ia bisa pelepasan dulu, bayang-bayang Sea berada di pelukannya begitu kuat.
"Aaaghhh." Ia lega meski keringat dingin masih terlihat di wajahnya, seperti habis lari.
Ia mengambil sapu tangan dan menyekanya lalu ia keluar dari toilet.
"Udah lega? " Celetuk Kai.
"Apaan sih, berisik, " Kesalnya.
"Eh kok kesal, masih keringetan tuhhh. " Sengaja menggoda agar Delane tersulut emosi.
"Berisik, "