"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tinggal Bersama
"Aku harus bagaimana sayang? Aku sangat mencintai kamu dan pernikahan dengan Widia hanya untuk kesembuhan ibu" Adrian menatap wajah cantik istrinya dengan mata yang berkaca-kaca
"Maafkan kekurangan aku mas, andai aku sempurna sebagai seorang istri, mungkin kamu nggak perlu mengalami situasi yang sulit ini!" Sekar menitihkan air matanya, rasa bersalah kembali mengisi rongga dadanya
"Apa yang kamu katakan? Kamu begitu sempurna sebagai seorang istri" Adrian mengusap pipi sang istri yang ternoda oleh airmata "Satu hal yang paling ku syukuri dalam hidup adalah bertemu dengan kamu!"
***
Pagi-pagi sekali pintu rumah Adrian sudah diketuk beberapa kali, bahkan Lilis sampai mempercepat langkahnya karena tamu diluar sana tidak sabaran
"Iya sebentar!"
Lilis mengerutkan keningnya, ada angin apa hingga ibu dari majikannya datang sepagi ini
"Ngapain kamu bengong?" Widia bertanya dengan nada ketus membuat asisten rumah tangga itu mencebikkan bibirnya, seolah tak ada sikap hormat pada istri kedua atasannya itu
Lilis memberi jalan bagi dua wanita itu masuk, ia semakin bingung kala Faisal yang merupakan rekan kerjanya membawa dua buah koper berukuran besar
"Dimana Adrian?" Tanya Nina
"Mas Adrian sama mbak Sekar masih dikamar, nyonya" jawab Lilis
"Jadi bener, Adrian pulang kesini" kesal Nina, pagi tadi Widia mengaduh jika Adrian tidak bersamanya semalam
"Memangnya nyonya ngarepnya mas Adrian dimana?" Tanya Lilis dengan wajah menyebalkan nya
"Nggak usah ikut campur kamu"
Tak lama Adrian turun bersama sang istri, Widia semakin dibuat kesal saat jemari kedua orang itu saling bertaut
"Ibu?" Sekar menghampiri ibu mertuanya lalu menyalami wanita paruh baya itu "Ibu kesini?"
"Apa ibu nggak boleh datang ke rumah anak ibu sendiri?" Ketus Nina
"Bukan gitu Bu, Sekar cuma.." ucapan Sekar terhenti oleh ocehan dari ibu mertuanya
"Kamu sengaja kan bikin Adrian ninggalin Widia semalam!"
"Astaghfirullah, Sekar nggak pernah minta mas Adrian untuk kesini semalam" ujar Sekar
"Kalau bukan kamu, siapa lagi?"
"Bukan Sekar yang minta bu, tapi emang Adrian yang nggak bisa kalau gak ada Sekar" Adrian jelas akan membela istri tercintanya
"Tapi semalam itu malam pernikahan kamu Adrian!" Nina benar-benar kesal oleh tingkah putranya itu
"Terus apa peduli Adrian?"
"Tapi aku nungguin kamu lama, mas" Widia menyahut, namun Adrian bersikap acuh
"Maafin mas Adrian ya, Widia!" Ucap Sekar lembut
"Sudahlah! Mulai sekarang Widia akan tinggal disini!" Nina berucap ketus
"Tinggal disini?"
"Kenapa Adrian? Kamu nggak lupakan kalau Widia ini juga istri kamu!" Nina seolah terus mengingatkan putranya tentang keberadaan Widia
"Kalau begitu Adrian tanya sama Sekar dulu!" Sekar menatap sang suami dengan dahi yang mengkerut
"Ngapain kamu tanya sama Sekar? Rumah ini kan punya kamu, Adrian" Nina benar-benar kehabisan kesabaran jika menyangkut sepasang suami istri itu
"Rumah ini memang atas nama Adrian, tapi Sekar adalah ratu dirumah ini Bu. Jadi apapun yang terjadi dengan rumah ini atas seizin Sekar!" Tegas Adrian
Jujur saja, hati Sekar menghangat mendengarnya. Suaminya benar-benar menghargai posisinya sebagai istri pertama nya
"Gimana sayang?" Adrian mengalihkan pandangannya pada Sekar
"Aku gak masalah kalau Widia tinggal disini!" Jawab Sekar, senyum penuh kemenangan terukir dibibir istri kedua Adrian itu
"Bawa koper Widia kekamar utama!" Kamar yang dimaksud Nina, adalah kamar tidur milik Adrian dan Sekar
"Maaf Bu, Widia nggak bisa dikamar itu!" Ucap Sekar menghentikan langkah Faisal
"Apa maksud kamu? Widia ini akan mengandung penerus keluarga Baskara!" Ucap Nina
"Widia bisa dikamar sebelah!"
"Jangan sok kamu Sekar, Widia tetap dikamar utama bersama Adrian!" Ketus Nina "Tunggu apa lagi Faisal, cepat bawa koper Widia!"
"Berhenti Faisal! Jika ibu tidak ingin Widia dikamar sebelah, silahkan ibu bawa Widia pergi dari sini karena sampai kapanpun Sekar gak akan mengizinkan siapapun menempati kamar utama, karena itu adalah milik Sekar"
Tutur Sekar, selama ini dirinya diam bukan karena ia takut, tapi Sekar hanya berusaha untuk bersikap hormat pada Nina yang merupakan ibu mertuanya
"Adrian, liat gimana istri kamu ngomong sama ibu!"
"Sekar nggak salah, Widia dikamar samping atau pergi dari sini!" Tegas Adrian
"Kamu membela Sekar?"
"Adrian akan selalu membela Sekar"
"Sudahlah Bu, Widia nggak pa-pa kok dikamar samping" Ucap Widia pada akhirnya, dirinya akan rugi jika Adrian benar-benar mengusirnya dari rumah ini
"Kamu benar-benar egois Sekar" Nina menatap tajam menantunya, tidak disangka ternyata Sekar ini juga bisa bersikap menyebalkan seperti ini
"Maafkan Sekar Bu, Sekar hanya ingin mempertahankan apa yang menjadi milik Sekar" ujarnya
Barang-barang Widia akhirnya dibawa dikamar lain tepat disamping kamar utama yang ditempati Adrian bersama istri pertamanya
"Ayo Bu, kita sarapan dulu!" Ajak Sekar, dengan malas Nina membawa langkahnya menuju meja makan
"Nasi goreng buatan Lilis, walaupun gak seenak buatan mbak Sekar, tapi lumayanlah" Lilis menata makanan buatannya diatas meja
"Kamu emang gak bisa ngurus rumah Sekar, bahkan sarapan untuk suami kamu dibuatin sama pembantu!" Ucap Nina menyudutkan menantunya
"Mbak Sekar itu kecapean nyonya, semalam kan digempur habis-habisan sama mas Adrian" ucap Lilis polos, membuat mata semua orang terbelalak
"Kamu ngomong apa sih Lis!" Tegur Sekar, pipinya jelas sudah Semerah tomat saat ini
"Lilis tau, orang semalem mas Adrian sampe bawain makan malam mbak Sekar ke kamarnya" Lilis tersenyum meledek kearah Widia
"Udah sana! Lanjutin kerjaan kamu yang lain!" Jika tidak disuruh pergi maka asisten rumah tangga itu akan selalu mengoceh
"Ibu nggak ngerti deh sama kamu Adrian. Kamu bahkan meninggalkan perempuan sempurna seperti Widia hanya demi perempuan mandul seperti istri kamu ini"
Sekar memejamkan matanya, ucapan Nina benar-benar melukainya kali ini
"Bagi Adrian nggak ada perempuan yang lebih sempurna dari Sekar"
Widia geram, terlebih melihat bagaimana Adrian melayani Sekar. Belum lagi melihat beberapa tanda kepemilikan dileher kakak madunya itu
Setelah sarapan. Seperti biasa, Sekar akan mengantarkan suaminya hingga di beranda rumah
"Aku pergi dulu, kamu baik-baik dirumah! Jangan dengerin ucapan ibu, kalau bisa kamu ngurung diri aja dikamar" pesan Adrian pada Sekar
"Iya mas"
"I love you"
"I love you too"
Adrian mendaratkan satu kecupan lembut pada kening istrinya lalu pergi setelahnya, hal itu menimbulkan kecemburuan pada Widia yang tidak sengaja melihat keromantisan yang ditunjukkan Adrian pada Sekar
"Mbak Sekar!" Panggil Widia, kedua istri Adrian itu tengah berada didapur, Nina juga telah kembali kerumahnya
"Ya Widia"
"Mbak Sekar sibuk?"
"Enggak kok, ada apa?"
"Gak pa-pa" Widia mendekat "Semalem aku udah nungguin mas Adrian lama"