Sepasang kekasih yang bernama Arabella dan barra. sepasang kekasih yang sudah menjalin cinta dari masa sekolah harus kandas karena restu sang orang tua.
orang tua barra yang tak mau anak nya menjalin hubungan dengan seorang wanita miskin, meminta sang gadis itu pergi meninggalkan putra nya, dengan embel-embel akan memberikan nya uang sebesar 100milyar.
"Pergi,dan tinggal kan putra ku, aku akan memberimu uang 100milyar tapi jangan memanggangu putra ku lagi. kau hanya lah wanita miskin yang tak pantas bersanding dengan putra ku," ucap seorang wanita tua.
yukk mampir jika ingin tau kelanjutannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deby cahya Karmila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
belajar menjaga bayi
"Berarti kita sepakat yah, barra dan Isabel sudah resmi bertunangan,"ucap ayah Isabel tuan Bisma.
Pertemuan antara dua keluarga ini pun di akhiri, semua nya kembali ke rumah masing-masing.
Barra yang benar benar tidak mood untuk berbicara hanya diam membisu.
Entah kenapa dia tak sanggup mengatakan apapun lagi, dia sudah putus asa, dia tak mau memikirkan Ara lagi.
"Kau benar benar pembohong Ara, kau adalah pembohong besar, kau sudah pergi meninggalkanku hanya demi uang yang ibuku tawar kan, padahal jika kita menikah aku bisa memberikan mu lebih dari itu. Ternyata kau tidak ada beda nya dengan wanita wanita di luar sana, kau hanya menginginkan uang,"batin barra.
"Kamu pikir aku tidak bisa mendapatkan yang lebih baik dari mu? Hahah, kau salah Ara, aku bahkan bisa meniduri semua wanita di kota ini jika aku ingin,"batin nya lagi.
"Kau akan menyesal karena telah meninggalkan ku, liat saja aku pasti kan akan membuat mu menyesal,"ucap nya di dalam hati.
Kini nafas nya benar benar memburuh, dia benar benar marah atas apa yang Ara lakukan pada nya.
"Nak barra, masuk lah ke kamar mu, kamu pasti lelah kan,"ucap sang ibu.
"Hmm iya, aku ingin istirahat,"ucap barra melangkah kan kaki nya menuju ke kamar nya.
Setelah tiba di kamar nya, barra menatap semua foto kebersamaan nya dengan Ara,kamar nya di penuhi dengan foto wanita itu, barra yang sudah kecewa pun mencabut semua foto yang terpajang.
Dia ingin menghilangkan semua kenangan nya bersama wanita itu.
Tanpa dia sadari, sepasang mata terus menatap nya dari balik pintu kamar nya.
"Seperti nya aku berhasil membuat nya melupakan wanita itu, sekarang aku harus melangkah lebih cepat untuk menikahkan Isabel dengan barra,"batin nya.
.
...----------------...
Di sisi lain, tempat Ara berada.
Putra nya terus saja menangis tanpa henti,dan itu membuat nya benar benar gelisah.
"Nak, jangan nangis lagi yah, ibu benar benar khawatir,"lirih Ara.
"Ara, ada apa, kenapa bayimu terus menangis,"ucap mbok Mey.
"Mbok maafin Ara yah, gara gara Bilal mbok jadi terganggu,"lirih nya.
"Tidak apa-apa nak, sini biar mbok bantu tenang kan,"ucap wanita tua itu mengambil alih bayi Ara.
"Ayo kita keluar, kita tenang kan di luar saja, takut maid yang lain terganggu,"ucap mbok Mey yang di angguki oleh Ara.
Fika yang terbangun juga memutuskan untuk mengikuti Ara.
Dia juga merasa sangat ibah pada bayi teman nya itu.
mbok Mey yang terus berusaha menenangkan bayi itu tak kunjung diam.
Hingga tak berselang lama nyonya besar dan tuan muda mansion itu keluar.
"mbok ada apa,"ucap nyonya Kinan.
"Saya juga tidak tau nyonya, dia terus saja menangis, bahkan Ara sudah memberi nya asi tapi tetap saja dia menangis,"ucap mbok Mey.
"Sini coba aku gendong,"ucap nyonya Kinan.
"Badan nya hangat, sebelum semakin naik, kita harus lakukan sesuatu.
"Brian, buka bajumu,"ucap sang ibu.
"Hahhh? Apa ibu sadar mengatakan itu"ucap Brian terkejut.
"Kamu pikir ibu tidur apa hah? Cepat buka bajumu, apa kamu tidak kasihan melihat nya terus menangis,"ucap nyonya Kinan.
"Tapi apa hubungan nya dengan aku ibu? Apa hubungan nya aku sampai di suruh buka baju,"ucap Brian lagi.
"Ibu ingin menempel kan tubuh bayi ini di badan mu, agar demam nya bisa berpindah di tubuh mu"
"Jadi ibu lebih tegah melihat ku sakit,"
"Brian jangan lebay deh, ini tuh anak bayi, kasian jika dia sakit, dia belum bisa ngomong dan mengatakan aduh ibu kepada ku sakit,"ucap nyonya Kinan kesal.
"Cepat buka bajumu,"ucap nyonya Kinan lagi
Akhirnya nya mau tak mau Brian pun mengikuti perintah sang ibu.
Ara dan Fika yang berada di sana membuang pandangannya, dia tak mau kurang ajar pada atasan nya.karena terus menatap nya.
Nyonya Kinan pun menempelkan tubuh bayi kecil itu pada tubuh Brian, Brian yang merasakan sentuhan kulit halus bayi itu merasa sangat tenang.
bahkan siapa sangka, bayi itu seketika terdiam dalam gendongan Brian.
"Kasian sekali cucu kecil ku ini, seperti nya dia membutuhkan pelukan seorang ayah,"lirih nyonya Kinan.
"Brian, bawa bayi itu ke kamar mu, kamu harus belajar menjaga nya,"ucap nyonya Kinan.
"eh nyonya Tidak perlu, saya tidak mau merepotkan tuan Brian, sini biar saya yang lakukan saja,"ucap Ara.
"Ara, walaupun kamu melakukan hal yang sama, itu tidak akan mempan, biarkan Brian yang melakukan nya, percaya lah dia pasti bisa,"ucap nyonya Kinan.
"Mbok Mey tolong ambil popok dan beberapa pakaian Bilal, bawa ke kamar Brian,"ucap nyonya Kinan.
entah ada apa dengan Brian, pria itu tiba-tiba tak protes sama sekali, dia hanya langsung melangkah kan kaki nya masuk ke dalam kamar tanpa menghiraukan Ara.
...----------------...
"Ara kembali lah ke kamar mu, "ucap mbok Mey.
"Eh tidak mbok, aku di sini saja, aku akan menunggu di depan kamar tuan Brian,"ucap Ara khawatir.
"Nak putra mu Tidak akan kenapaa Napa, percaya pada mbok, tuan Brian itu pria yang baik, dia tidak mungkin menyakiti putra mu,"
"Bukan begitu mbok, saya benar-benar tidak enak dengan tuan Brian, saya baru saja bekerja, tapi saya sudah merepotkan semua orang yang ada di sini,"lirih Ara.
"hmm baiklah kalau begitu, tapi jika kau Lelah kembali ke kamar mu saja yah,"ucap mbok Mey yang di angguki oleh Ara.
.....
"Kenapa aku merasa nyaman di dekat bayi ini, ada apa ini,"batin Brian terus menggendong bayi kecil itu dengan sangat hati-hati.
" Apa seperti ini rasa nya memiliki seorang bayi? Kira kira bagaimana wajah bayi ku nanti ketika lahir.
Brian tertawa kecil, dia benar benar tak habis pikir dengan otak nya, bisa bisa nya dia memikirkan hal seperti itu.
"Boro boro punya bayi, pacar aja belum punya,"batin nya.
Bria yang sudah mulai lelah pun ikut membaringkan tubuhnya dengan tubuh bayi kecil yang masih menempel di tubuh nya.
Sedangkan Ara, wanita itu masih setia menunggu di luar kamar Brian, dia takut jika larut malam bayi itu menangis dan membutuhkan diri nya.
Tanpa dia sadari, dia pun ikut tertidur di depan kamar itu, tanpa beralas kan kain, wanita itu tertidur begitu pulas di lantai itu.
...----------------...
Hay teman teman semua nya, mohon dukungannya yah, karena tanpa dukungan kalian author bukan siapa-siapa, terus Like dan vote karya baru author yah.