Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. CEO Baru.
"Bu Samantha, pagi-pagi Anda sudah datang?" Alina menyapa ramah, begitu melihat Samantha sudah bertengger sendirian di kubikelnya, yang lain masih belum datang.
"Iya Bu," Samantha balas tersenyum.
"Saya harus mempersiapkan berkas-berkas yang perlu dibawa saat bertemu pak Kurniawan di kantornya."
Alina terdiam sebentar. Sebelum kembali berbicara, sekretaris cantik nan seksi itu buru-buru membuka buku sakunya yang selalu ia bawa kemana-mana.
"Bu Samantha, maaf saya lupa memberi tahu Anda. Janji temu dengan pak Kurniawan diundur sampai jam makan siang, pukul dua siang tepatnya."
"Kenapa?" Samantha mendongak, menatap Alina yang melangkah mendekatinya sambil menyimpan buku sakunya.
"Hari ini, hari pertama CEO baru masuk kerja di kantor ini, jadi semua karyawan tidak boleh ada dinas luar, setelah jam makan siang baru boleh keluar."
Samantha mengangguk mengerti, tidak menanggapi lagi. Fikirannya kembali teralihkan pada berkas-berkas diatas mejanya. Baru sehari tidak masuk sudah menumpuk sedemikian tinggi.
"Saya perhatikan, mulai lantai dasar sampai lantai dua belas kantor kita, hanya bu Samantha saja yang terlihat tidak tertarik membahas tentang CEO baru. Kenapa nggak penasaran seperti yang lainnya, Bu? Tanya namanya misalnya."
"Dan saya juga heran, tidak biasanya bu Alina mau membahas yang non pekerjaan?"
Alina tergelak singkat, tadinya ia ingin melancarkan misinya, tapi sepertinya ia harus menunggu waktu yang tepat.
"Oh, ya... Saya hampir lupa, bu Samantha," Alina buru-buru mengalihkan pembicaraan.
"Pak Kurniawan minta bertemu di lounge Mariana Hotel lagi seperti malam lalu."
"Apa? Kenapa harus disana lagi?" Samantha sontak menegang. Kilasan peristiwa ia memergoki suaminya bercinta dengan Olin masih sangat membekas, walau ia berusaha membuang dan menguburnya dalam-dalam.
"Dan... Pria asing itu..."
"Jangan sampai aku bertemu pria itu lagi, dia... sangat menakutkan..."
Samantha bergidik ngeri, bagian intinya masih sakit sampai sekarang gara-gara pria itu, luka lecetnya juga masih sedikit perih bila tersiram air. Aura pria asing itu begitu kuat, seakan ada disekitarnya.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" Alina menatap penuh selidik.
"Ah, tidak... tidak ada apa-apa kok." Samantha yang tersentak kaget berusaha bersikap normal kembali.
"Sungguh, tidak ada apa-apa?" tetap memberi tatapan penuh selidik.
"I-iya, sungguh... Semua baik-baik saja, heeee..." Samantha berpura-pura tertawa, tapi terlihat sumbang, tidak sesuai dengan raut wajahnya yang masih menegang.
"Bu Samantha, saya lebih setuju kalau Anda pisah dari pak Elias. Dia bukan suami baik. Maaf, bila saya ikut campur, saya tidak mau berbasa-basi lagi." Alina memasang wajah seriusnya.
Samantha ternganga mendengarnya.
"Saya bersyukur bu Samantha akhirnya bisa memergoki pak Elias malam kemaren di hotel, jadi saya tidak sungkan lagi mengatakan ini, kalau suami bu Samantha itu sering saya pergoki jalan berdua dengan rekan kerjanya yang bernama Olin di mall. Saya ingin mengadu, tapi saya takut nantinya bu Samantha tidak percaya."
Samantha merasa nafasnya sesak. Jadi, hanya dirinya yang bodoh di sini, tidak peka, sedangkan perilaku serong suaminya sudah bukan rahasia lagi, telah menjadi konsumsi publik.
Pantas saja kemarin senja di kompleks perumahannya, ibu-ibu kompleks begitu bersemangat menghakimi suaminya.
"Oh, Samantha.... betapa pintarnya dirimu.... percaya saja pada apapun yang dikatakan suamimu yang beralasan lembur hingga larut malam.... ada dinas luar kota hingga pergi berhari-hari, dan kamu sama sekali tidak curiga. Semua aduan-aduan teman-temanmu kamu anggap guyonan angin lalu...."
Samantha merutuk kebodohannya selama ini.
Nguuuuuuuuuungeeeeerrrrr....
Samantha tersadar dari lamunannya, ia dan Alina saling pandang sesaat, sirene perusahaan sangat jarang berbunyi, kecuali ada situasi darurat seperti kebakaran, gempa, atau semacamnya.
"CEO datang! Ayo, bersiap!" Bola mata Alina membulat, keasikan mengobrol membuatnya hampir melupakan agenda penyambutan CEO baru.
Samantha tidak kalah panik, ia buru-buru menyusul Alina keluar dari ruangan, sesampainya di lantai dasar, sebagian besar karyawan sudah berbaris rapi mulai dari gerbang pos jaga.
"Seluruh civitas Big Properties mengucapkan selamat datang, dan selamat bergabung pada bapak Kiano Glane, CEO Big Properties yang baru!" Suara sang manager operasional menggema, memenuhi lantai dasar hingga lantai dua belas kantor Big Properties.
Samantha ikut-ikutan mendongakan kepala, begitu mendengar bisik-bisik pujian penuh damba para karyawan wanita di sekitarnya.
Dari ujung koridor sana, Samantha menemukan sosok pria besar yang jangkung, melangkah dengan gaya coolnya. Langkahnya cepat dengan postur tegap tanpa rasa canggung sedikitpun. Rambutnya tertata rapi dan kaku, sekaku orangnya.
Walau mengenakan kacamata hitam, dan sebagian wajahnya tertutup masker, Samantha dapat menduga wajah sang CEO barunya itu pasti tidak buruk, ia dapat menilainya dari rahang tegas pria itu saat melintas tepat dihadapannya.
"Aroma tubuh itu..." Samantha menghirupnya dalam sambil memejamkan mata, serasa sangat familiar.
"Tidak mungkin... Pak CEO pasti bukan pria asing itu. Ini hanya pengaruh rasa takutku saja. Dia memang sangat menakutkan. Aku takut bertemu dia lagi," batin Samantha, ikut membubarkan diri setelah sang CEO baru masuk kedalam lift menuju ruangannya yang ada di lantai sebelas.
"Bu Samantha, tunggu!"
Samantha menghentikan langkahnya sebelum memasuki ruang kerjanya -- Arcitecture Big Properties -- melihat Alina datang menghampirinya.
"Bu Samantha di panggil menghadap pak Kiano."
"Saya?" Samantha kaget keheranan.
"Iya, Bu Samantha, Anda dipanggil beliau."
"Masalah pekerjaan? Tapi bagaimana mungkin, ini hari pertama beliau bergabung di perusahaan ini 'kan?" Rasa keheranan Samantha kian meningkat.
"Sudah, jangan banyak tanya. Pak Kiano paling tidak suka menunggu lama."
"Tapi berkas apa yang saya bawa, Bu Alina?" tanya Samantha lagi masih bingung. Tujuh tahun berkerja ia tidak pernah menghadap CEO dengan tangan kosong tanpa tahu tujuan dirinya dipanggil.
"Saya juga belum tahu, beliau tidak bilang apa-apa. Cepat, jangan kesan pertama pak Kiano buruk tentang Anda, Bu Samantha."
"Baiklah..." Samantha mendesah, dengan raut terpaksa, ia beranjak juga menuju ruang CEO.
Di depan pintu, Samantha berhenti sebentar, menatap daun pintu, berdoa didalam hati, berharap tidak ada masalah. Sudah cukup masalah pribadi yang telah mengguncang hingga ia harus mengubah arah hidupnya.
Tok! Tok! Tok!
Samantha mengetuk pelan, perasaan mendadak tidak nyaman.
"Masuk!"
"Suara itu?" Jantung Samantha langsung berdegup kencang.
Klek.
Begitu pintu terbuka, Samantha dapat melihat dengan jelas CEO barunya tengah mengawasinya dari balik kaca mata hitamnya.
"Selamat pagi pak Kiano, Anda memanggil saya?" Samantha masih berdiri diambang pintu, ia sungkan masuk.
"Masuk. Kenapa lama sekali?"
"Oh my God... Suara dalam dan berat itu... kenapa sangat mirip dengan pria di hotel waktu itu..."
Batin Samantha, sambil masuk mendekati meja CEO.
"Maaf pak, saya belum membawa berkas apa-apa. Bu Alina tidak mengatakan apapun yang harus saya bawa," Samantha berdiri sopan, memberi alasan mengapa dirinya menghadap dengan tangan kosong.
"Kamu memang tidak perlu bawa apa-apa. Saya hanya butuh diri kamu," Kiano membuka kacamatanya, lalu masker yang ia kenakan.
"K-kamu?" Kelopak mata Samantha membuka sempurna.
"Kamu kenal saya?" Kiano keluar dari belakang mejanya. Dengan kesadaran tinggi, Samantha gegas berlari menuju pintu, tapi sayangnya sudah terkunci otomatis.
"Pak Kiano mau apa?" Samantha menempel pada daun pintu dibelakangnya.
"Pertanyaan yang saya tunggu-tunggu," Kiano kian mendekat, membuat Samantha kian bergidik ngeri melihat senyum devil sang CEO barunya itu.
"Saya butuh vitamin dari kamu, sebelum memulai pekerjaan di hari pertama saya," tangan kekar Kiano menarik pinggang Samantha, hingga tubuh wanita itu membentur dada bidangnya.
"Oh my God... Help me..." Samantha berontak.
Perlawanan Samantha malah memacu keinginan Kiano menaklukan wanita yang pernah menghabiskan malam panas bersamanya itu.
✍️ Bersambung...
syang.. aku ijin pergi ke sana yaa... semangat kerjanya.. papay.. muaahh/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/