NovelToon NovelToon
Membawa Benih Mafia

Membawa Benih Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Lari Saat Hamil / Aliansi Pernikahan / Iblis
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: CantiknyaKamu

Shanca Evalyne Armandez tak pernah meminta hidup seperti ini. Sejak kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan misterius, ia menjadi tawanan dalam rumah sendiri. Dihabisi oleh kakak tirinya, dipukuli oleh ibu tiri yang kejam, dan dijual seperti barang kepada pria-pria kaya yang haus kekuasaan. “Kau akan menyenangkan mereka, atau kau tidak akan makan minggu ini,” begitu ancaman yang biasa ia dengar. Namun satu malam mengubah segalanya. Saat ia dipaksa menjebak seorang pengusaha besar—yang ternyata adalah pemimpin mafia internasional—rencana keluarganya berantakan. Obat yang ditaruh diam-diam di minumannya tak bekerja seperti yang diharapkan. Pria itu, Dario De Velluci, tak bisa disentuh begitu saja. Tapi justru Shanca yang disentuh—dengan cara yang tak pernah ia duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CantiknyaKamu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MBM

Apartemen Meka..Siang Hari.

Hujan gerimis membasahi jendela kaca. Di dalam ruangan, Meka sedang menyeduh teh hangat ketika ponselnya bergetar.

Notifikasi pesan masuk dari nomor tak dikenal.

“Kau pikir bisa menyembunyikannya? Kau selangkah lagi dari neraka. Jangan ikut campur, Meka.”

Meka terdiam. Tangannya berhenti menggenggam cangkir. Napasnya naik turun perlahan, lalu senyum dingin muncul di wajahnya.

“Jadi benar ini ulahnya…” gumamnya.

Ia menyalakan laptop, membuka sistem pengacak IP yang biasa ia gunakan di dunia gelap maya. Meka bukan sekadar sahabat biasa—ia mantan teknisi keamanan siber yang dulu bekerja diam-diam untuk perusahaan besar, hingga akhirnya mundur karena suatu insiden yang belum pernah ia ceritakan pada siapa pun. Termasuk Sancha.

Mata Meka menatap layar tajam. Ia melacak sumber sinyal.

“Alamat diubah paksa… tapi sinyal kasar ini terlalu khas untuk disembunyikan. Ini gaya orang-orang dari keluarga Sinta…”

Seketika Meka menghapus semua data percakapan tentang keberadaan Sancha dari ponselnya, memindahkannya ke penyimpanan aman offline, lalu menyembunyikannya di dalam flashdisk mini yang tertanam di balik liontin kalungnya.

Meka didalam Ruangan Pribadinya..

Ia menulis catatan manual. Ditariknya secarik foto dirinya bersama Sancha di masa SMA, diselipkan ke dalam map, dan memasukkan map itu ke dalam brankas pribadi kecil.

“Aku janji, siapa pun yang menyakitimu Sancha… akan kubuat menyesal.”

Ponselnya kembali bergetar.

Panggilan masuk: “Sinta (Privat Line)”

menjawab tanpa ragu…Meka (tenang, tajam):

“Ibu tiri yang penuh racun. Sampaikan pada anjing-anjingmu, aku tak pernah takut. Kalau kalian menyentuh Sancha… aku akan menyentuh sisi tergelap keluargamu.” Lalu telepon ditutup sepihak.

Sore Hari Di New York.

Sancha menerima pesan singkat dari pengirim khusus yang hanya ia dan Meka pahami:

“Burung malam telah mengepakkan sayapnya. Jangan panik. Aku tetap menjadi bayanganmu. – M”

Sancha yang kini sedang menyapu lantai rumah tua di pinggiran New York menatap layar ponselnya dengan mata berkaca.

“Terima kasih,Ka… kau tetap jadi rumah teraman untukku… walau dari jauh.”

Sedangkan di New York, Sancha mencoba hidup damai. Sore itu, ia duduk di bangku kayu halaman rumah tua milik Meka, memandangi pepohonan tinggi yang menjadi pembatas alami antara rumah dan hutan kecil di belakang. Angin membawa aroma tanah basah, memberi kesan tenang—sesuatu yang sangat ia butuhkan setelah semua luka yang belum sembuh.

Namun keheningan itu pecah, Saat Sancha mendengar ada yang meminta tolong kepada dirinya..

”Tolong….siapapun tolong selamatkan saya….!”teriak wanita yang tengah tersesat di jurang hutan.

Suara lirih itu terdengar seperti datang dari kejauhan. Sancha menoleh cepat. Ia berdiri, memastikan apakah itu nyata atau hanya imajinasinya. Tapi suara itu terdengar lagi, lebih jelas.

“Tolong…selamatkan aku di jurang….!”

Sancha panik. Ia masuk ke dalam, mengambil senter dan jaket, lalu mengayuh sepedanya menuju arah suara, ke dalam hutan kecil yang belum pernah ia jelajahi terlalu jauh.

Setelah beberapa menit, ia tiba di tepi jurang pendek yang tersembunyi di antara semak belukar. Dari bawah jurang yang licin, ia melihat seorang wanita tua tergeletak tak berdaya.

Sancha segera turun dengan hati-hati, bebatuan kecil bergulir di bawah sepatunya. Ia mendekat, menyorotkan senter ke arah tubuh wanita tersebut.

Wanita tua itu mengenakan pakaian kusut penuh debu. Di pahanya, darah mengalir dari luka tembak yang belum berhenti. Nafasnya berat, sesekali terbatuk lemah.

“bi dengar saya? Saya akan bantu. Apa yang terjadi?” tanya Sancha sambil berlutut di sampingnya.

Wanita tua itu membuka mata perlahan. Pandangannya kabur. “Mereka… mereka pikir aku mati… aku… lari… aku tak tahu harus ke mana…”

Sancha mengecek denyut nadinya. Masih hidup, tapi sangat lemah.

“Aku akan bawa Anda ke tempat aman. Bertahanlah.”

“Siapa kau…?” tanya wanita itu lirih.

“Namaku Sancha. Aku hanya… tinggal di dekat sini. Saya bukan siapa-siapa,” jawab Sancha cepat. “Tapi saya akan bantu Anda.”

Wanita itu mengangguk kecil sebelum kembali terkulai. Ia sama sekali tidak mengenali Sancha, tapi ketakutan di matanya sangat nyata.

Dengan sekuat tenaga, Sancha mengangkat tubuh rapuh itu ke punggungnya dan perlahan memanjat kembali ke atas. Gelap mulai turun, tapi ia tak berhenti.

Sesampainya di rumah, Sancha membaringkan wanita itu di sofa dan segera mengambil kotak P3K seadanya. Ia membersihkan luka tembak dengan tangan gemetar.

Wanita tua itu menggertakkan gigi menahan sakit, lalu berkata lirih, “Mereka… mereka ingin mengubur sesuatu… aku lihat terlalu banyak…”

Sancha menatapnya dengan dahi berkerut. “Mereka siapa?”

Wanita itu hanya menggeleng perlahan. “Hati-hati… mereka mungkin mencariku… dan siapa pun yang menolongku…”

Sancha menelan ludah. Dadanya berdebar. Ia tahu sejak malam itu, hidup damainya tidak akan pernah sama lagi.

namun Sancha tidak mau mengambil pusing,ia malah merawat wanita tua itu,membersihkan bekas luka tembakan,dan wanita tua itu sangat hangat kepada Sancha,ia melihat Sancha yang selalu merawatnya,mereka juga bercerita,bercerita sancha yang bisa tinggal rumah yang jauh dari kota.

sudah 5 hari Wanita tua itu berada di rumah Sancha,dan saat itu Meka juga berkunjung kesana,ia membawakan banyak makanan dan stok makanan untuk Sancha,Meka kaget ada orang lain selain Sancha,namun hal itu langsung di jelaskan oleh Sancha..

mereka bercerita-cerita di taman depan rumah milik Meka,Meka yang masih menyembunyikan identitasnya kepada Sancha,yang dimana mereka bertemu di sebuah restoran tepatnya mereka bekerja,namun Sancha tidak tau pemilik restoran itu adalah Meka sendiri.

Sancha meletakkan teh di atas meja, lalu menarik Meka keluar ke beranda.

“Namanya aku belum tahu pasti, tapi aku menemukannya lima hari lalu di jurang dekat hutan. Dia luka tembak dan sepertinya sedang dikejar orang. Aku nggak tega ninggalin dia,” jelas Sancha pelan.

Meka mengangguk pelan, menatap sahabatnya dengan tatapan hangat. “Kau selalu punya hati yang terlalu besar buat dunia yang kecil, Cha…”

Sancha mengangkat bahu. “Kalau kamu lihat betapa takut dan bingungnya dia malam itu, kamu pasti akan lakukan hal yang sama.”

Mereka duduk berdua di taman kecil depan rumah, di bawah pohon maple yang daunnya mulai menguning. Angin sejuk musim gugur menyapu lembut wajah mereka. Meka membuka salah satu kantong dan mengeluarkan bekal makan siang—roti lapis, buah, dan dua kaleng jus.

“Kamu kayak tahu aja aku belum belanja,” kata Sancha sambil tertawa pelan.

Meka menanggapi dengan senyum misterius. “Yah, anggap aja intuisi.”

Mereka menikmati makan siang itu dalam suasana hangat. Namun Meka masih menyimpan satu rahasia besar: ia adalah pemilik restoran tempat mereka pertama kali bekerja dan bertemu. Ia sengaja tak pernah memberitahukan hal itu pada Sancha.

Bukan karena tidak percaya, tapi karena Meka ingin tahu siapa Sancha tanpa embel-embel kekayaan atau status.

Dan sejauh ini, yang ia lihat adalah gadis kuat yang terus mencoba bertahan hidup, melindungi ayahnya, dan kini bahkan menyelamatkan nyawa orang asing.

Sancha memandang langit sejenak. “Aku cuma ingin hidup damai, Mek… walau cuma sebentar. Tapi entah kenapa, selalu ada aja hal yang datang dari masa lalu atau entah dari mana, yang bikin semuanya berantakan lagi.”

Meka memalingkan wajah, menatap sahabatnya itu.

“Kalau hidupmu penuh ujian, mungkin itu karena kamu ditakdirkan untuk hal yang lebih besar, Cha. Atau… mungkin karena dunia ini belum bisa berjalan benar kalau orang sebaik kamu memilih diam.”

Sancha tersenyum, meski masih ada beban di matanya. Ia belum tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Tapi satu hal pasti: hidupnya tak akan kembali seperti semula, dan wanita tua di dalam rumah itu mungkin memegang kunci menuju kebenaran yang selama ini tersembunyi.

1
Faulinsa
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!