Kami saling mencintai , pernikahan kami sudah tinggal menunggu hari, tapi sepertinya takdir ku harus berpisah darinya. Karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan calon suami ku meninggal dunia.
Damian, adalah putra semata wayang keluarga Adi ningrat, karena itulah aku terseret dalam masalah keluarga mertuaku saat calon pewaris tunggal mereka telah tiada.
Orang yang telah kuanggap Ibu kandungku sendiri memintaku bahkan memohon kepadaku agar aku mau membantu keluarga mereka.
Betapa terkejutnya aku mendengar permintaan dari calon Ibu mertua ku. Beliau memintaku untuk tidak membatalkan pernikahan .
Aku akan tetap menikah bukan dengan calon suamiku tapi dengan calon Papa mertuaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Satu Minggu aku hidup layaknya seorang putri yang terkurung di sangkar emas, hariku kuhabiskan dengan memantau bisnis ku di sebrang sana, beberapa kali ibu Widuri menghubungi ku, namun aku egan untuk mengangkat panggilan dari nya.
Hingga akhirnya para maid mereka kembali dipekerjakan untuk sekedar melayani kebutuhan ku, mereka mengabarkan apa saja rutinitas ku sehari-hari pada Bu Widuri.
Aku sengaja Menganti nomor ku, pesan nomor online dan ber alasan ponsel ku sedang rusak, padahal kenyataannya tidak, yang seakan rusak adalah harga diriku di mata pak Damar.
Kemana Beliau!?" tidakkah ada setitik rasa ingin tahu keadaan ku, istri yang dia tinggal kan setelah mendapatkan haknya??"
Mengingat itu membuat aku sakit, tepat tadi malam Bu Widuri mengabarkan pada pelayanya bahwa mereka sudah menaiki pesawat untuk menuju tanah air, aku rasa tak akan lama mereka akan sampai kerumah.
Sedangkan Aku begitu malas melakukan kegiatan apapun, hari ini aku teringat hari-hari yang ku lalui bersama orang yang begitu ku cintai yaitu A Damian, andaikan aku menikah dengan nya, hidup ku tak akan terlindung pilu seperti ini.
Salah kah aku menyesal??" Allah tempatku berkeluh kesah, mengapa sosok yang begitu penyayang digantikan sosok yang begitu cuek tak berperasaan??".
Ku dekap erat foto A Damian, aku rindu, rindu akan hari dimana kami bersama, Aku mengiklaskan nya pergi dari sisiku, tapi hati ku tak merelakan kehilangan kenangannya.
Sosok tampan yang begitu dewasa, lemah lembut dan berwibawa, senyumnya menawan, gagah dan rupawan, sosok pria yang aku dambakan menjadi iman namun Takdir tak mengizinkan.
A.. aku rindu!!" aku menangis yang kesekian kalinya, jujur sebagai seorang wanita aku terluka melihat sikap Pak Damar pada ku.
Ingatan dimana beliau meninggal kan ku begitu saja terus terbayang di angan, salahkah aku kesal??" prilakunya membuatku terhina, tidak bisakah beliau menuliskan secarik kertas untuk ku??".
Hanya untuk sekedar menyampaikan kepergiannya saja, sehingga aku tak menanyakan perihal keberadaan nya saat terbangun.
Menunggu dan menduga itu dua hal yang begitu meresahkan, hingga aku merasa sakit saat mengetahui aku dicampakkan di malam setelah aku memberikan hak-nya.
Kini, aku tak ada rasa ingin menyambut kedua orang terhormat itu, aku hanya ingin beristirahat, mengistirahatkan tubuh dan fikiranku yang sudah satu Minggu kalut dan sakit hati.
Damar POV
Saat aku mengabarkan pada Widuri keberangkatan ku menjemputnya, Widuri begitu bersemangat menanyakan perihal diriku dan Bening, membuatku mengingat apa yang telah aku lalui bersama dengan istri muda ku itu.
Sepanjang perjalanan, Aku begitu merasa bersalah, seharusnya aku mengambil nomor ponsel nya, seharusnya aku berpamitan dan lain sebagainya, namun semua sudah terlambat aku sudah menuju tempat istri tua ku, tak bisa lagi memutar arah
Hingga siang harinya aku sampai dimana Widuri telah menjemput ku, Widuri bercerita tadi pagi telah menghubungi Bening dan mengabarkan bahwa aku pergi menjemputnya membuat setitik rasa bersalah kembali hadir di dadaku
Apa yang Bening fikirkan tentang ku, saat aku pergi meninggalkan nya tanpa kata??" kenapa aku baru menyadarinya, gimana perasaan Bening saat Widuri memberitahukan diriku pergi keluar negeri tanpa sepatah katapun??"
Hatiku merasa begitu bersalah saat Widuri mengatakan mendengar isakan Bening saat detik-detik terakhir sebelum ponselnya dimatikan oleh Bening.
"Apa Bening menangis karena ulahku??"