NovelToon NovelToon
Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Dimahkotai Mafia Dengan Cinta Dan Kekuatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Spiritual / Mafia / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:601
Nilai: 5
Nama Author: Eireyynezkim

Hari yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan Eireen justru berubah menjadi neraka. Dipelaminan, di depan semua mata, ia dicampakkan oleh pria yang selama ini ia dukung seorang jaksa yang dulu ia temani berjuang dari nol. Pengkhianatan itu datang bersama perempuan yang ia anggap kakak sendiri.

Eireen tidak hanya kehilangan cinta, tapi juga harga diri. Namun, dari kehancuran itu lahirlah tekad baru: ia akan membalas semua luka, dengan cara yang paling kejam dan elegan.

Takdir membawanya pada Xavion Leonard Alistair, pewaris keluarga mafia paling disegani.
Pria itu tidak percaya pada cinta, namun di balik tatapan tajamnya, ia melihat api balas dendam yang sama seperti milik Eireen.

Eireen mendekatinya dengan satu tujuan membuktikan bahwa dirinya tidak hanya bisa bangkit, tetapi juga dimahkotai lebih tinggi dari siapa pun yang pernah merendahkannya.
Namun semakin dalam ia terjerat, semakin sulit ia membedakan antara balas dendam, ambisi dan cinta.

Mampukah Eireen melewati ini semua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ingatan

"Hei, kok melamun? Terpesona?" Eireen menggerak-gerakkan tangan di depan wajah Xav.

Laki-laki itu pun tersadar dari lamunan.

"Tanganmu tidak sakit?" tanyanya.

"Tangan?" Eireen memeriksa tangannya sendiri, hingga terlihatlah darah dari lengan yang ia pegang.

"Lho, kenapa? Kok berdarah?"

Semakin aneh, karena Eireen seolah tidak merasakan sakit. 'Harusnya, minimal masih terasa perih kan? Tapi ekspresinya, seolah tidak ada luka saja.'

"Hei, kok diam saja? Ada apa ini? Kok aku terluka, tapi tidak tahu karena apa?"

Jangankan Eireen, Xav saja tidak mengerti, tentang apa yang terjadi. Tanpa bicara, ia segera melirik Dokter Nathan untuk mengurusnya.

Paham, Dokter Nathan berkata, "Ayo, kita periksa dulu di dalam!"

Eireen mengikuti Dokter Nathan, bersama dengan Xav juga, yang lebih dulu masuk ke dalam rumah dengan warna dominan hitam itu.

Tidak ada orang lain terlihat di rumah yang cukup luas itu. Suasananya sangat sepi, sampai bunyi hewan malam terdengar cukup jelas di sana.

Rumah ini jauh dari perkampungan warga, karena benar-benar di pinggiran hutan letaknya.

"Silakan!" Dokter Nathan membukakan sebuah pintu ruangan, Eireen masuk ke dalamnya.

Eireen mulai diperiksa, Xav mengamati sambil berdiri, bersandar dinding punggungnya.

"Dari pemeriksaan fisik, tidak ada tanda-tanda keracunan. Sebentar, akan kuambil sample darahnya dulu, untuk uji lebih lanjut."

Eireen menurut saja. Sesekali ia melihat ke arah Xav, yang entah kenapa tampak jauh lebih curiga lagi tatapannya.

Dokter Nathan kemudian merawat luka goresan peluru di lengannya, sambil bertanya, "Ingatanmu sampai sejauh apa, kalau aku boleh tahu, Eir?"

"Ingatan? Aku hanya ingat dibelikan makan olehnya, kemudian ketiduran dan bangun-bangun sudah di sini. Kapan aku terlukanya?" Eireen menatap Xav penuh tanya.

'Berarti dia melupakan kejadian di hutan itu. Bagaimana bisa? Dan kenapa? Apa ini pengaruh gas itu?' Xav justru berpikir sendiri.

"Hei, kenapa diam saja? Aku terluka kenapa?"

Dokter Nathan lebih tertarik kepada, Xav yang bersama Eireen, padahal seluruh anggota Keluarga Alistair sedang mencarinya.

Belum lagi, membelikan makan, bahkan sampai mengantarnya mencari pengobatan, di tengah pelarian begini.

'Ada hubungan apa mereka sebenarnya?' Dokter Nathan penasaran sendiri, tapi tidak berani tanya.

"Selalu saja, ditanya tidak jawab!" ketus Eireen lelah diabaikan begitu.

Xav justru meninggalkan ruangan tanpa kata.

"Lha, pergi? Kenapa sih dengannya? Aneh sekali!"

Dokter Nathan tersenyum tipis. Ia pun mengambil sebuah alat, seperti alat bantu pernapasan.

"Buat apa, Dok?"

"Buat mencari tahu dari sample hembusan napas. Alat ini bisa sedikit mendeteksi jika ada sisa-sisa zat berbahaya yang mungkin masih tersisa."

"Oh, baiklah. Tinggal pakai saja?"

"Ya, sementara kau berbaringlah, bernapas dengan rileks. Aku mau mengambilkan satu alat di ruangan sebelah. Ok?"

"Ehm." Eireen menurut, berbaring di atas ranjang dengan santai.

Dokter Nathan meninggalkannya, keluar menemui Xav, yang berdiri sambil menatap taman dalam rumah itu. "Tuan Muda?"

"Sungguh tidak ada jejak keracunan?" tanyanya tanpa menoleh.

"Tidak ada, Tuan Muda. Tapi, kita harus melihat hasil tes darahnya dulu, biar lebih jelas. Apakah itu gas untuk membuat hilang ingatan sebagian? Seperti ingin menghilangkan jejak musuh yang menyerang tadi begitu?"

"Buat apa? Toh ada aku yang ingat. Lebih aneh lagi, sepertinya mereka sengaja memancingku menjauh, baru menargetkan dia, hanya untuk memaparkan gas itu kepadanya."

"Hmm. Kalau begitu, pasti ada sesuatu dengan gasnya. Tidak mungkin hanya sekadar untuk membuat hilang ingatan."

"Ehm. Tadi dia sempat mengigau, teriak, menangis, kemudian menatap nanar, hawa membunuhnya sangat tinggi. Menurutmu?"

"Apa mungkin, itu gas yang sama dengan gas yang membuat masalah dengan Putri Keluarga Vladimih, Tuan Muda? Kebetulan, Nona Xev pernah bercerita tentang itu."

"Tidak. Aku yakin bukan itu. Entahlah, feelingku, ini masih ada hubungannya dengan ingatannya di masa lalu."

"Maksudnya, Tuan Muda curiga, gas itu memantik ingatan masa lalunya yang hilang begitu?"

"Ehm. Tapi entah apa tujuannya?" Xav lalu menatap ke arah Dokter Nathan. "Bukankah kau kenal dengan Bosnya? Laki-laki itu tahu sesuatu."

"Tuan Kalan sempat menghubungi saya, Tuan Muda. Tapi, waktu itu, saya sedang mengikuti konferensi daring, karena Nyonya Besar menyatakan kondisi darurat mencari Anda. Jadi, saya tidak bisa menerima panggilannya. Anehnya, setelah saya coba hubungi kembali, nomornya tidak aktif, bahkan nomor markasnya juga."

"Hmm." Xav menghembuskan napas cukup panjang. Harusnya ia menuruti Eireen menghubungi Bos Kalan waktu itu.

Ia pikir, bukan hal penting tadinya. Sekarang ia menyesal, karena ternyata, keanehan Eireen muncul tiba-tiba begini.

Xav bahkan sekarang berpikir, dari tatapan mata Eireen, mungkin saja, masa lalunya, ada hubungannya dengan dirinya juga.

"Apa... saya perlu cari tahu tentang Tuan Kalan, Tuan Muda?"

"Ehm. Cari tahulah! Sementara, kau urus juga gadis itu. Sementara, aku akan pergi, jangan katakan pada ayahku. Kau mengerti?"

"Tapi..."

Xav sudah menepuk lengannya, kemudian beranjak pergi menuju mobil.

Sayang, baru beberapa langkah, suara Eireen terdengar. "Tunggu!"

Xav menoleh. "Kau di sini saja! Aku..."

"Tidak, aku ikut!"

Xav menatap penuh curiga padanya, Eireen justru bertanya, "Kenapa sih? Apa aku melakukan hal yang tidak seharusnya? Sampai kau jauh lebih curiga lagi padaku begini?"

Xav tetap diam. Dokter Nathan mengamati.

"Baiklah. Katakan saja dimana lokasi yang seharusnya kapal itu tuju. Aku akan ke sana sendiri."

Eireen menatap Dokter Nathan. "Boleh pinjam mobil, atau motornya, kan, Dok? Nanti akan kukembalikan, atau kuganti kalau ada masalah."

Dokter Nathan menatap ke arah Xav, seolah mencari persetujuan. Tidak berselang lama, telepon genggam Dokter Nathan justru berbunyi.

Ia melihat nomor yang tertera di layar, kemudian memperlihatkan kepada Xav. Melihat nama ayahnya, Xav menghela napas, kemudian beranjak pergi begitu saja.

Eireen juga mengikutinya, tidak peduli boleh atau tidak. Ternyata, Xav membiarkannya saat masuk ke dalam mobil dan duduk di posisi semula.

"Padahal lebih enak, kalau kau memberikanku alamatnya saja."

Xav tidak membalas ucapannya, langsung saja melajukan mobilnya pergi, meninggalkan rumah Dokter Nathan, seolah buru-buru.

Ia sudah tahu, Dokter Nathan tidak akan bisa bohong jika ditanya oleh ayahnya, makanya segera pergi begitu.

Benar saja, sesuai protokol, Dokter Nathan menjawab jujur, jika Xav ada di sana, tapi membiarkan Xav kabur juga.

......................

Di sisi lain, sepi sekali suasana di dalam mobil mereka. Eireen yang merasakan gelagat aneh dari Xav bertanya, "Aku melakukan apa? Sampai kau sebegini waspada?"

"Apa... aku menyerangmu?" imbuhnya ragu-ragu.

Xav tidak menjawab. Ia sendiri tidak yakin harus mengatakan atau tidak kejadian tadi.

Firasat Eireen pun tidak enak sekali. Gadis itu mulai takut, kepada apa yang bisa ia perbuat nanti.

"Boleh aku minta satu hal saja?" ucap Eireen setelah diam beberapa menit.

Xav tetap tidak menyahut, tapi telinganya mendengarkan sedari tadi.

"Nanti... kalau aku bertindak tanpa sadar, mau menyakiti orang, termasuk jika aku menyakitimu. Tolong hentikan aku, dengan cara apapun, bahkan jika kau harus membunuhku."

Xav menoleh, menatap gadis itu lamat-lamat. Ekspresi ketakutan tergambar jelas di mata Eireen.

"Kau ingat sesuatu?"

Eireen menggelengkan kepala. "Tidak. Tapi, melihatmu jauh lebih waspada seperti sekarang, kupikir, aku sudah melakukan hal yang menurutmu berbahaya. Iya, kan?"

"Maaf, aku sungguh tidak sadar, apapun yang kulakukan itu. Ingat pun tidak. Tapi, sesuai kataku tadi, aku sungguhan memohon, jika aku berbahaya, terlebih untukmu, bunuh aku, jangan biarkan aku menyakitimu!"

Xav tertegun. Eireen berbeda sekali dengan Aleysha. Gadis itu sudah ia tolak mentah-mentah, tapi masih peduli padanya, bahkan rela kehilangan nyawa untuknya.

Sedang Aleysha, gadis yang ia beri apa saja, termasuk cinta, justru mengkhianatinya.

Bukan hanya sekadar kata. Eireen sudah menyelamatkannya, sampai hampir tertembak pula.

"Kenapa diam?" tanya Eireen. "Aku serius dengan permintaanku tadi."

"Membunuhmu atau tidak, itu keputusanku. Jangan ikut campur, atau sok mengatur!" ketus Xav, untuk menyembunyikan, keengganannya melakukan yang diminta Eireen.

Sementara itu, di tempat lain, seorang laki-laki terlihat melapor. "Semua berjalan sesuai rencana, Bos. Kita tinggal menunggu mereka sampai di tempat itu saja!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!