Adaptasi dari kisah nyata sorang wanita yang begitu mencintai pasangannya. Menutupi segala keburukan pasangan dengan kebohongan. Dan tidak mau mendengar nasehat untuk kebaikan dirinya. Hingga cinta itu membuatnya buta. Menjerumuskan diri dan ketiga anak-anaknya dalam kehidupan yang menyengsarakan mereka.
Bersumber, dari salah satu sahabat yang memberi ijin dan menceritakan masalah kehidupannya sehingga novel ini tercipta untuk pembelajaran hidup bagi kaum wanita.
Simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Lola Curhat
Bab 30. Lola Curhat
POV Airin
Lama nggak terdengar, apa kabar sepupu ku itu. Setelah lahiran yang ku tahu ia tinggal di rumah mertuanya. Dan sudah sebulan ia berada disana. Entah sudah bisa apa keponakan kecil ku. Melihatnya di status WA yang Lola buat, aku merasa gemas melihatnya, lucu.
"Herlan pulang siang ini? Sepertinya kamu harus masak nasi lagi. Nasi tadi malam baru saja habis."
"Abang nggak pulang Mi. Ada pertemuan di luar kantor. Biar Airin masak aja Mi."
Aku pun meletakkan handphone ku dan menuju ke dapur untuk memasak nasi.
Di dapur, aku sayup-sayup mendengar ada suara yang datang. Sepertinya, itu suara Lola. Panjang umur dia. Baru saja aku mengenang dirinya.
Bergegas aku menuju ruang tamu setelah pekerjaan ku selesai. Dan lihat lah bayi perempuan kecil itu, lucu sekali dia.
"Keysa... aduh lucunya. Sama siapa La?"
"Berdua aja Rin. Tadi yang nganter Jemin tapi dia pergi lagi nganterin Mamanya."
"Ooh. Keysaaa..."
Ku ambil balita kecil itu dari gendong Lola.
"Apa kabar kamu La?" Tanya Umi.
"Gitu-gitu aja Mi."
"Kok gitu-gitu aja. Tapi sehat kan?"
"Iya sehat Mi."
"Jemin masih kerja jadi sales?"
"Udah nggak lagi Mi."
"Loh, jadi kalian makan apa kalau nggak kerja?"
"Sementara ini Lola jualan kue kayak Mamanya Jemin. Nitip di warung-warung."
"Memangnya cukup. Jemin harus cepat cari kerja lagi dong, jangan diam-diam aja. Nanti lama nganggur jadi malas kerja ujung-ujungnya."
Lola terdiam. Wajahnya yang mendung membuat aku jadi berfirasat telah terjadi sesuatu dalam rumah tangga mereka.
"Apa terjadi sesuatu?" Tanya ku memastikan.
Lola tampak ragu-ragu untuk berbicara. Ia memandangi wajah Umi ku juga diriku bergantian.
Ada apa ini? Jika gelagatnya seperti ini, dugaan ku dia sudah membuat kesalahan besar.
"Sebenarnya, aku kesini mau cerita."
Aku dan Umi diam menunggu Lola menceritakan semuanya.
"Rumah ku bakal di jual. Dan aku akan tinggal dengan Mamanya Jemin."
"Loh kok di jual?!" Tanya Umi yang terlihat terkejut.
"Jemin main judi online. Dan dia banyak buat hutang dimana-dimana. Dan juga, sebelumnya... emm, sertifikatnya sudah di gadaikan waktu itu. Buat biaya nikah dan lain-lain."
"Astagfirullah... Lola!"
"Kamu bener-bener ya La! Bego banget sih! Kenapa nggak tanya kami dulu?! Atau kalau ada masalah, cerite ke kami jangan main ambil keputusan sendiri!"
Emosi ku naik ke ubun-ubun. Pantas saja waktu itu dia belanjaan banyak barang hantaran. Dan juga pamer belanjaan jualan. Jangan-jangan hasil uang gadai. Atau malah Jemin nggak keluar uang sama sekali buat biaya mereka nikah?! Kebangetan!!
"Jangan-jangan biaya nikah dan beli barang hantaran pakai uang mu semua hasil gadai, iya?!"
Aku keceplosan saking marahnya.
"Kalau nggak gitu, aku nggak bakal nikah! Kamu tahu nggak susahnya kayak apa bujuk Jemin?! Apalagi harus pindah agama. Kamu mau, dia lari dari tanggung jawab?! Kamu sih enak Abang bisa di andalkan. Kalau aku siapa?!"
Lola melawan. Ugh! Dasar keras kepala! Semua kan pilihannya sendiri!
"Sudah berapa kali aku ingatkan untuk pikir lagi hubungan mu dengan Jemin sebelum terlanjur jauh dulu. Umi juga sudah mengingatkan. Tapi kamu sendiri kan yang bucin setengah mati! Nah, apa akibatnya sekarang?! Apa yang sudah dia berikan ke kamu?! Apa kamu bahagia?! Nggak kaaan???"
"Kalau kamu cuma mau marah-marah mending aku pulang aja! Aku kesini butuh dukungan bukan omelan!"
Lihat! Dableknya luar biasa! Kalau dia bukan sepupu ku, sudah ku getok tu kepala pakai teplon biar waras!
"Sudah, sudah! Airin...."
Aku di tegur Umi. Padahal siapa yang salah coba?! Kesal aku. Ku kebalikan Keysa kepangkuannya. Dan mengambil Ragil yang asik main sendiri di lantai dengan mainannya.
"Terus sekarang kamu bagaimana?" Tanya Umi.
"Mama Jemin nyaranin jual aja rumahnya Mi."
"Kok sampai di jual? Memangnya hutang kalian berapa banyak sih?"
"Lima lebih Mi."
"Lima juta lebih masih nggak bisa ngusahain?"
"Bukan segitu Mi. Tapi Lima puluh juta lebih."
Apa?! Ya Allah..., Dasar Lola bodoh!!
"Astagfirullahal'adzim Lola....!"
Umi terlihat kaget luar biasa sampai terlihat geram hendak menghukum Lola namun ia tahan. Jangankan Umi aku aja kaget dan pengen banget mukul kepalanya yang isinya hanya Jemin itu!
"Kenapa bisa sampai segitu banyaknya?! Ya Allah...!"
"Si Jemin judi Mi. Umi nggak denger tadi? Bener-bener dia itu!!"
Umi terduduk lemah. Kasihan Umi.
"Maaf Mi. Lola juga nggak nyangka akan berakhir kayak gini."
"Denger ya La?! Kalau kamu punya pikiran, harusnya kamu bisa memperkirakan sanggup nggak kamu bayar kalau kamu ngutang sekian banyak! Lihat dari penghasilan, hitung pengeluaran mu tiap bulan. Bukan memaksakan keinginan tapi nggak punya kemampuan bayar! Belum lagi kamu nggak pernah tegas menghadapi suami mu itu! Kamu manjakan dia terus. Lihat, apa hasilnya?! Dia itu laki-laki La, tanggung jawabnya lebih besar dalam rumah tangga dari pada kamu! Suruh dia bekerja keras! Atau kalau nggak, tinggalkan saja suami modelan begitu! Dari awal sudah nyusahin!" Cerocos ku.
"Airin! Nggak baik nyuruh orang berpisah kalau sudah berumah tangga!"
Duh, kena lagi aku kan.
"Haah...! Sekarang kamu harus dapat belajar dari kejadian ini Lola. Umi dan Airin sudah banyak memberi masukan untuk kamu. Tinggal kamunya lagi yang memikirkannya. Jangan kamu selalu turuti kemauan suamimu itu. Nggak menjamin kamu turuti kamu akan bahagia. Dia senang, tapi apa kamu juga senang?"
Nggak bisa bicara Lola. Pasti kena mental sama ucapan Umi. Tinggal lihat setelah ini, apa masih tetap begini atau berubah memperbaiki diri. Yang jelas aku sendiri sudah nggak mau ambil pusing lagi. Terserah dia saja, toh yang merasakan dia juga.
"Lola juga ingin hidup nyaman Mi. Tapi itu dia, si Jemin begitu. Lola juga nggak tahu mesti gimana. Mau pisah tapi Lola sayang dan cinta. Dan kasihan Keysa nya."
Aku dan Umi sama-sama membuang napas. Entah perasaan Umi gimana. Yang jelas kalau aku jengah mendengar pernyataan cintanya Lola untuk suaminya itu.
"Terserah kamu saja La. Sekarang kamu tahukan harus lebih bijak lagi setiap kali mau mengambil keputusan. Semua akan berdampak padamu dan Keysa tentunya di masa depan."
Ya, semua tergantung dari pribadi Lola seberapa kuat dia mampu merubah Jemin. Dan seberapa besar upaya Jemin untuk memperbaiki diri.
"Kamu sudah makan? Makanlah, di dapur ada sayur asem dan ayam goreng."
Meski marah akan tindakan bodoh Lola, Umi tetap nggak sampai hati membiarkannya kelaparan.
Lola pun menuju ke dapur tanpa sungkan seperti biasanya. Dan makan dengan lauk seadanya.
Semoga saja dengan kejadian ini dia bisa berubah. Terutama suaminya itu.
Bersambung...
Jangan lupa dukung Author dengan like dan komen ya, terima kasih 🙏😊