Tiga tahun menikah dengan Suami yang bernama Imran laki-laki yang dijodohkan karena sebuah perjanjian kedua Kakek mereka tidak mampu membuat kehidupan Azalea bahagia bahkan berani menggugat cerai Imran karena Imran lebih memilih kekasihnya yang bernama Nathasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5
Setelah mengakui kesalahannya Imran dan Natasha akhirnya menikah,mereka tinggal dirumah Natasha,cepat atau lambat secara terang-terangan Natasha mulai menguasai Imran,setiap kali Imran sibuk dan saat bersama dengan Azalea maka setiap kali ponselnya berbunyi maka Imran akan segera meninggalkan Azalea ataupun pekerjaannya.
Setelah menjalani pernikahan tanpa cinta selama tiga tahun,Azalea berfikir untuk segera pindah keluar kota dimana dia membeli sebuah rumah dengan hasil kerja kerasnya,tempatnya masih dia rahasiakan bahkan Arman teman baiknya tidak mengetahuinya.
"Lea,kenapa kamu membereskan barangmu?"tanya Arman
"Aku hanya bersih-bersih."jawab Azalea
Maher melihat Azalea membersihkan mejanya,dan membuang sesuatu yang tidak dipakai lagi.
"Lea,kamu membersihkan mejamu,kenapa?"tanya Maher
"Sudah waktunya saya mundur Pak,setelah Kakek meninggal rasanya tidak ada lagi harapan."jawab Azalea
"Tapi masih ada Papa."kata Maher
Azalea tidak menggubris Maher,dia menyerahkan surat pengunduran diri,meski Maher menahan namun Azalea sudah bertekad bulat untuk bercerai dari Imran dan mengundurkan diri dari perusahaan.
"Lea,apa karena Imran?"tanya Maher
"Apa harus aku jawab?"tanya Azalea balik
Keluarga Imran tidak merasa keberatan karena pernikahan Imran dan Natasha sudah dikaruniai seorang anak gadis cantik bernama Amalia,secara sekilas tidak ada paras Imran hanya ada wajah Natasha yang lebih dominan.Meski Amalia terlahir dari pernikahan siri namun Imran sangat memanjakan dan selalu menemani Amalia.
Azalea keluar dari gedung,meski sebelumnya dia berpapasan dengan Imran namun tidak ada sapaan hangat atau sekedar memanggil mengajaknya duduk seperti sebelumnya.
Imran lebih sibuk dengan ponsel karena sebuah panggilan,senyumnya mengembang melihat layar yang berkedip.
"Halo sayang."sapa Imran
"Pak bisa pulang dulu gak?Amalia pingsan."kata seseorang dari seberang
Mendengar anak semata wayangnya pingsan membuat Imran berlari keluar begitu saja,dia langsung tancap gas tanpa melihat sesuatu yang ada didepannya,mobil yang dikendarai Imran menabrak pembatas dan menimbulkan suara keras.
"Braaaakkkkkk."terdengar suara keras sebuah mobil menabrak pembatas karena menghindari anak kecil yang menyeberang
Azalea yang masih berdiri langsung berlari karena melihat mobil Imran menabrak pembatas gedung.Melihat Imran terbentur dan pingsan membuat Azalea malah mundur,dia mencari taxi karena merasa saat ini Imran sudah ada yang mengurus.
"Rasa sakitmu tidak sebanding dengan rasa sakit yang sudah kamu berikan kepadaku."kata Azalea dalam hati
Dirumah sakit Maher terus menghubungi Azalea karena Natasha tidak bisa dihubungi,belum lagi kondisi Amalia yang demam tinggi membuat Mama dan Papa terlihat stress.
"Mana menantu pilihanmu itu Ma?"tanya Papa Imran
Mama Imran diam seribu bahasa,beberapa kali menghubungi Natasha namun tidak tersambung sama sekali,hingga akhirnya seorang perawat datang mengejutkan.
"Keluarga Amalia?"tanya perawat tersebut
"Saya Sus,bagaimana dengan cucu saya?"tanya Mama Imran
"Amalia harus rawat inap,silahkan mengurus administrasi."jawab Perawat
Papa dan Maher mengurus administrasi sementara Mama masih sibuk menghubungi Natasha,karena Natasha tidak bisa dihubungi Mama menghubungi Azalea.
"Ada apa Ma?"tanya Azalea
"Lea,kamu dimana sih?Imran terbaring dirumah sakit malah kamu tidak terlihat!"pekik Mama
Azalea menutup panggilan,dia sengaja memblokir nomor mertuanya,sesaat Lea mengingat rasa sakit yang ditorehkan oleh Mama mertuanya.Malam itu Mama sengaja membawa Natasha kerumah,dia sengaja memamerkan perut buncitnya.
"Tasha,kamu mau hadiah apa saat melahirkan nanti?"tanya Mama
"Aku cukup sah menjadi istri satu-satunya Imran Ma."jawab Natasha
Mama sengaja melirik kearahnya,meski Azalea cuek dan tidak ambil pusing dia juga punya perasaan karena Azalea hanyalah manusia biasa,dia bisa merasakan sakit hati apalagi dipoligami dan tidak pernah disentuh.Pernikahannya juga dirahasiakan,selama ini Imran hanya memperkenalkan Natasha kepublik,dalam forum apapun Azalea hanya dilibatkan dalam setiap kali meeting penting dengan rival kerja.
"Mbak mau kemana?"tanya sopir taxi mengagetkan Azalea
"Bandara Pak."jawab Azalea
Bagi Azalea tidak ada lagi harapan,dia memilih menggugat cerai Imran dan pergi meninggalkan kota,rencana untuk mampir kerumah Ayahnya juga dia urungkan karena baginya itu hanya akan menambah sakit hati.
"Ayo Lea,kamu kuat dan bisa."kata Azalea saat pesawat sudah mulai lepas landas
Satu pekan setelah Imran keluar dari rumah sakit dia menanyakan Azalea kepada Maher karena belum melihatnya selama beberapa hari.
"Dimana Azalea?"tanya Imran sambil menghentikan suapan dan meletakkan sendoknya
"Atas dasar apa kamu menanyakan keberadaannya?"tanya Maher balik
"Aku hanya belum bertemu dengannya."jawab Imran
"Sayang sekali,kau tidak akan pernah bisa lagi bertemu dengannya."kata Maher
Imran menoleh kearah Maher yang sibuk dengan sarapannya,dia juga menatap kearah Mama dan Papanya namun Papa sudah tidak perduli,Mama masih tersenyum kearah Imran.
"Ada apa sebenarnya?"tanya Imran
Papa menghentikan sarapan,dia beranjak meninggalkan diikuti oleh Maher sementara Mama masih sibuk menyuapi Amalia yang akhirnya dibawa pulang kerumah karena Natasha sendiri juga pergi.
Maher menemani Papa yang terlihat murung,dia menepuk bahu Papa Imran yang selama ini dia panggil Om,Papa Imran sudah merawat Maher sejak Maher masuk kedalam rumahnya,Ibu Maher adalah kepala pembantu dirumahnya namun Ibu Maher sudah meninggal dunia.
"Om,jangan melamun."kata Maher
"Apa belum ada kabar dari Lea?"tanya Papa
Suara ponsel milik Maher mengalihkan semua,salah satu orang suruhannya sudah menemukan dimana Azalea berada,dia ingin langsung menemuinya namun diurungkan karena mengingat Imran yang saat ini masih membutuhkannya.
"Om,ada kabar dari Azalea,bagaimana kalau kita bawa Imran,biar dia sendiri yang menghadapi Azalea.
"Baik,Om setuju.Terimakasih banyak Maher."kata Papa Imran sambil memeluk anak angkatnya
Hari berikutnya tanpa memberitahu Imran terlebih dahulu,Maher dan Papa membawa Imran kebandara Papa tidak menjawab sepatah kata meski Imran beberapa kali bertanya.
Saat tiba diluar kota Maher sendiri sudah memastikan jika saat ini Azalea sedang berada dirumah.Sebuah taxi berhenti didepan sebuah rumah kecil namun sangat asri dan terawat,didepannya terdapan beberapa bunga Azalea.
"Pa kita ngapain sih disini?tanya Imran
"Cepat masuk kamu!"jawab Papa dengan nada garang
Imran ragu mengetuk pintu,dia masih menoleh beberapa kali karena khawatir dengan kondisi sekarang Papa dan Maher meninggalkannya.
Ketika tangannya mengangkat ingin mengetuk pintu,pintu terbuka dan Imran melihat senyum Azalea yang terlihat sangat manis namun memudar begitu saja saat melihat wajahnya.
Azalea berusaha menutup pintu,namun tangan Imran berusaha dengan kuat menahan pintu dan mendorongnya,pintu terbuka namun Azalea berhasil menghindar,dia mundur saat Imran berusaha masuk kedalam.
Lama mereka hanya diam,hingga terdengar suara Papa dan Maher mengucapkan salam,Azalea membalas salam dan mencium punggung tangan Papa mertuanya.
"Kamu apa kabar?"tanya Papa sambil tersenyum
"Baik Pa,Papa sendiri?"tanya Lea
"Papa gak bisa tidur melihat anak Papa gelisah."jawab Papa
Azalea mempersilahkan Papa dan Maher masuk,sikapnya sangat manis berbeda dengam sikapnya kepada Imran,Imran sendiri sadar karena selama menikah dengannya belum pernah sekalipun Imran menyentuhnya,sekedar ngobrol saja jarang hanya sesekali saat dikantor.
