Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.
Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!
Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Undangan Pertunangan
Susan dan Abell melanjutkan pembicaraan mereka sambil menuju ke kamar pribadi Susan. Sebenarnya Abell datang bersama dengan Dokter Joshua. Karena hari ini Dokter Joshua harus mengecek kondisi Peter.
Abell juga memberikan sebuah undangan pertunangannya dengan Joshua. Acaranya seminggu lagi.
"Dresscode hitam?" Tanya Susan saat sampai di depan pintu kamarnya.
"Iya, aku ingin suasana seperti.. Hmm, mewah, elegan, misterius, ya pokoknya seperti itu lah." Jawab Abell.
Susan dan Abel tertawa bersama. Beruntung perempuan ini datang tepat waktu, sehingga bisa membuat suasana hatinya berubah dengan cepat.
Saat memasuki kamar, terlihat Joshua sedang menuliskan sebuah resep untuk Peter. Dia memberikan resep obat itu kepada Olivia untuk mengurusnya. Sedangkan Peter masih terbaring di atas tempat tidur.
Namun, tak terlihat Traver disana. Dimana pria itu? Biasanya dia akan dengan setia menemani Peter dimanapun dan kapanpun. Bahkan dia juga setia menyimpan rahasia perselingkuhan Peter selama ini.
Mata Susan dan Joshua bertemu. Saling memandang satu sama lain. Pria bergelar dokter itu menatapnya seakan mengumpat sesuatu dan memaki Susan dalam diamnya.
Namun Susan tak memperdulikan Joshua. Dia segera menghampiri Peter dan duduk di tepi ranjang.
"Dari mana?" Tanya Peter.
"Aku ke perusahaan, karena ada beberapa hal yang kita tinggal selama beberapa hari ini." Jawab Susan memegang tangan Peter.
Joshua yang melihat itu membuang wajah. Seakan muak dengan pemandangan di depannya. Dan gelagatnya dapat terbaca jelas oleh Abell. Bagaimana tidak? Abell adalah seorang psikolog terkenal di negara ini. Dia bisa membaca pikiran pikiran orang di sekitarnya. Melalui gerak gerik, nafas yang memburu, mata yang tak berani menatap, tangan gemetar, dahi berkeringat, bahkan diamnya seseorang dia bisa memahami itu semua.
Kerja bagus Abell. Setidaknya dia bisa membaca gelagat Joshua jika sudah menjadi suaminya nanti. Sehingga dia tidak akan di khianati seperti Susan.
Abell terus memperhatikan dalam diam. Masih berusaha mencerna keadaan.
Lalu Susan memberi tau jika dirinya dan Peter di undang di acara pertunangan Joshua dan Abell. Yang akan di adakan seminggu lagi.
"Oia? Kenapa kau tidak memberitahu ku, Jos?" Tanya Peter pada Joshua.
Pria itu hanya tersenyum. "Abell bilang, biar dia yang memberitahu Susan dulu. Tapi sepertinya Susan sibuk sekali hari ini."
Oh ucapan Joshua selalu menyindir Susan. Sontak Susan melirik Joshua dengan kesal. Dia selalu saja seperti itu, padahal dirinya sedang salah paham pada Susan.
"Pria ini memang harus di sumpal mulutnya!" Batin Susan.
Ya. Abell tau sekarang. Joshua sepertinya mengetahui sesuatu tentang Susan. Sebuah rahasia yang tidak di ketahui oleh Peter. Tapi apa itu? Biarkan Abell menanyakan hal itu nanti pada Joshua. Sekarang dia hanya berdiri di dekat Joshua sembari menggandeng lengan Joshua. Seakan mengisyaratkan untuk berhenti dari tindakannya.
Bukan hanya Abell, namun Peter juga merasa ada yang aneh disini. Antara Joshua dan Susan.
Akhirnya Abell mengajak Joshua untuk segera pulang. Karena tugas Joshua disana sudah selesai, urusan Abell dengan Susan juga sudah selesai.
Mereka pun berpamitan pulang. Sedangkan Peter masih memandang Susan dengan penuh tanda tanya. Ada apa? Ada apa? Begitu terus yang terngiang di telinga dan otaknya.
Abell juga di buat penasaran. Dia tidak sabar untuk segera menginterogasi Joshua. Saat sudah di dalam mobil dan mobil mulai keluar dari halaman mansion, Abell sudah tidak bisa membendung rasa penasarannya lagi.
"Sayang.." Panggil Abell pada Joshua yang sedang fokus menyetir.
"Ya?"
"Ada apa kau dengan Susan?"
Sontak Joshua melebarkan matanya. Wajahnya juga berubah karena terkejut.
"Ada apa? Apa maksud mu?"
"Iya, ada apa? Kenapa kau menyindirnya seperti itu tadi?" Tanya Abell menyilangkan kedua tangannya di dada.
Joshua memejamkan mata sejenak. Pertanyaan macam apa ini? Dia tidak mungkin memberi tahu Abell tentang kecurigaannya pada Susan. Soal tuduhannya pada Susan. Bahwa Susan berselingkuh dengan Edward. Karena sebenarnya dia juga tidak begitu yakin dengan hal itu.
Tapi, jika mengingat kondisi Susan waktu itu dan ranjang yang berantakan. Serta cairan putih kental di lantai. Dan Edward lah yang memintanya untuk memeriksa Susan. Dengan kondisi rambut Edward yang berantakan, keringat memenuhi sekujur tubuhnya. Bukankah sudah jelas, bahwa mereka baru saja berperang di atas ranjang?
Namun, Joshua masih diam. Tidak menjawab. Karena masih memikirkan jawabannya.
Tapi, jika dia tidak segera menjawab. Bukankah Abell akan mengira dirinya lah yang sedang bermain serong dengan Susan?
"Aarggg pertanyaan macam apa ini!" Batin Joshua.
Namun, panggilan Abell kembali menyadarkannya.
"Joshua, jawab!"
"Tidak ada apa-apa, Abell! Semua baik-baik saja!"
"Tidak mungkin! Aku tidak pernah melihat mu menyindir orang lain seperti itu sebelumnya!"
Joshua menarik nafas dengan berat. Menggigit bibir bawahnya.
"Jawabbb!!!" Abell menaikkan suaranya beberapa oktaf.
"Aku sudah menjawabnya!"
"Tidak! Ayo jawab yang benar!"
"Itu akan melanggar kode etik seorang dokter, Abell!"
"Kode etik apa! Aku rasa tidak ada hubungannya!"
Joshua terlihat frustasi menghadapi Abell yang super cerewet. Dia mulai terdiam lagi. Membuat Abell melebarkan kedua matanya. Terbakar amarah sedikit demi sedikit.
"Turunkan aku di depan!" Celetuk Abell.
Joshua menoleh ke arah Abell. Terkejut dengan permintaannya itu. Mulutnya terbuka.
"Abell.. Ayolah sayang! Untuk apa kita bertengkar hanya gara-gara Susan!"
"Hanya? Dia itu sahabat baik ku, Joshua!"
"Oke!"
"Oke apa? Beri tahu aku ada apa sebenarnya!" Abell tetap saja fokus dengan pertanyaannya.
"Aku tidak bisa, sayang!" Jawab Joshua.
Abell tak bertanya lagi. Dia berusaha membuka pintu mobil yang terkunci.
"Abell stopp!! Bahaya!!" Kata Joshua memperingatkan.
"Aku mau turun!!"
Abell terus berusaha membuka pintu mobil sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil. Karena belum berhasil dia beralih memegang setir mobil untuk mengarahkannya ke tepian jalan. Membuat mobil mereka oleng. Namun, Joshua dengan sigap mengambil alih setirnya sambil mendorong tubuh Abell untuk kembali ke kursinya.
"Ok, ok! Aku bari tau! Duduklahh!!" Akhirnya Joshua menyerah.
Dia mengarahkan mobilnya ke tepian jalan. Berhenti disana. Di bawah sebuah pohon yang besar dan rindang. Keduanya sama-sama mengatur nafas. Abell juga sedikit tersenyum kemenangan.
"Kena kau!" Batin Abell.
Ide klasik. Tapi berhasil. Abell tau betul mengelola emosi Joshua.
Keduanya saling memandang. Joshua terlihat menyerah. Namun juga ragu untuk menjelaskan ini pada Abell sekarang. Sedangkan dirinya juga tidak memiliki bukti atas prasangka buruknya itu.
"Jadi...?? Ada apa?" Tanya Abell memulai pembicaraan
Joshua mengusap wajahnya dengan kasar. Masih mengatur nafas perlahan. Dia memegangi tengkuknya yang terasa berat.
"Aku tidak yakin dengan ini, jadi kau cukup tau saja ya! Jangan menanyakan apapun atau melakukan apapun kepada Susan ataupun Peter. Apalagi Edward! Aku tidak mau kau berurusan dengan pria itu!"
Abell mengangguk setuju. Namun Joshua masih ragu untuk mengatakannya. Jadi Abell berusaha untuk menggebrak Joshua lagi. Dia berpura-pura membuka pintu mobil. Membuat Joshua menarik lengannya untuk kembali duduk.
"Ok!" Teriak Joshua.
Dia menarik nafas. Nafasnya nampak berat sekali. "Intinya, aku curiga Susan berselingkuh dengan Edward."
"Mana mungkin!" Bantah Abell seketika. Dia mengerutkan dahinya.
"Maka dari itu! Sudahlah ayo pulang!" Kata Joshua.
"Jelaskan dulu, kenapa kau bisa berpikiran seperti itu!" Pinta Abell.
Joshua mulai menjelaskan kejadian di rumah sakit sebelum Tuan Sanders meninggal dunia. Dia menceritakan secara detail agar Abell dapat mengerti. Wanita itu mendengarkan dengan seksama.
Namun, dia tetap tidak percaya dengan pemikiran Joshua yang masih awang sinawang.
"Itu tidak mungkin, Joshua! Susan tidak akan melakukan itu! Edward memang mantan kekasihnya, tapi Peter sekarang sudah menjadi suaminya! Kalaupun memang mereka melakukan hubungan s*ks, pasti ada sesuatu di belakangnya. Ada yang memaksa Susan untuk melakukan itu!"
"Apa? Sesuatu apa? Tidur dengan mantan kekasih karena belum bisa move on, aku rasa itu jawabannya!" Kata Joshua.
Sekarang giliran Abell yang menghela nafas berat. Mereka berdebat tentang sesuatu yang masih belum pasti. Keduanya saling menerka-nerka apa yang terjadi di antara Edward dan Susan.
"Aku akan cari tau! Dan aku akan pastikan dugaan mu itu salah!" Kata Abell.
"Abell stop! Kau akan berurusan dengan Edward! Aku tidak mau kau berurusan dengan dia! Kita sebentar lagi akan menikah, untuk apa kita berdebat soal ini!"
"Edward tidak akan menyakiti ku! Aku sudah mengenalnya lama dan dia tau ayah ku salah satu pemegang saham terbesar di perusahaannya. Dia akan berpikir dua kali jika ingin menyakiti ku!" Bantah Abell sekali lagi.
"Tidak! Aku bilang tidak! Kau tidak tau bagaimana dia menghabisi musuhnya, apalagi kalau kau sampai di serahkan ke James!" Joshua menaikkan suaranya beberapa oktaf.
"Tapi aku bukan musuhnya!"
Sekali lagi, Joshua mengusap wajahnya yang gusar. Benar-benar keras kepala! Dia pun berusaha mengendalikan emosinya lagi. Menatap Abell dengan tajam.
"Ok! Tapi jangan bersikap gegabah! Beri tau aku apapun yang akan kau lakukan!" Ucap Joshua.
"Ok." Jawab Abell singkat.
Akhirnya berakhir sudah perdebatan mereka hari ini. Joshua kembali melajukan mobilnya. Sedangkan Abell masih memikirkan kebenaran dari cerita Joshua.
Bersambung...