NovelToon NovelToon
Balada Cinta Suratih

Balada Cinta Suratih

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Cinta membuat seorang gadis bernama Suratih, menentang restu ayahnya. Damar, pemuda yang membuat hatinya lebih memilihnya daripada apa yang dikatakan orang tuanya, membuatnya mengambil keputusan yang sebenarnya mengecewakan sang ayah. Apakah Suratih akan bahagia membangun rumah tangga bersama Damar, setelah jalan yang dia tempuh salah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 9

Damar kembali ke kamarnya, dia memutuskan untuk beristirahat. Membujuk ibunya saat dalam keadaan marah seperti itu. Juga tidak mungkin bisa berhasil. Yang ada, ibunya akan semakin marah.

Malam ini, Damar sepertinya sulit untuk tidur. Tapi dalam hatinya, dia terus berusaha untuk menguatkan cintanya dan tekad untuk tetap mempertahankan Ratih di sampingnya.

"Apa pun yang terjadi, aku pasti akan mempertahankanmu Ratih! Hanya kamu, wanita yang abang cinta!" gumam Damar, dengan perlahan memejamkan ke dua matanya yang sudah dihinggapi rasa kantuk.

Damar mengerutkan keningnya, meski dalam keadaan mata terpejam. Sementara jam di dinding sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.

Ratih menghentikan langkahnya, saat ke duanya sudah berada di depan gerbang kediaman Sumi. Tampak dua mobil yang terparkir di halaman rumah Damar yang terbilang luas, satu mobil sedan jelas milik Sumi dan satu lagi entah milik siapa.

"Sepertinya bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya pada ibu mu, bang! Ibu lagi ada tamu itu, bang!" ujar Suratih dengan tatapan meragu.

"Sepertinya kerabat jauh dari almarhum bapak sudah datang, Tih!"

"Abang sudah tahu ada kerabat yang ingin datang? Mending kita cari waktu lain hari aja bang, buat ngomong sama ibu!"

"Harus sekarang, Tih! Ibu berniat menjodohkan abang dengan Laras, anak dari cing Sari dan Darmanto, kerabat jauh bapak." terang Damar apa adanya.

Jegerrr

Suratih menatap gak percaya Damar, bak sambaran petir di siang bolong baginya. Membuat hatinya begitu terpukul. Ternyata ibunya Damar ingin menjodohkan Damar dengan wanita lain.

"Apa?" wajah Suratih begitu terkejut, dia merasa begitu sedih. Dia sangat takut kehilangan Damar. Dia sangat mencintai Damar.

Namun melihat wajah Suratih yang tampak begitu sedih. Damar pun segera bicara untuk meyakinkan wanita pujaan hatinya itu.

"Cuma kamu satu-satunya wanita yang akan abang nikahi! Gak ada wanita lain selain kamu! Kalo pun ibu gak setuju, kita bisa kawin lari" tutur Damar, mempererat genggaman tangannya pada Suratih.

Suratih menatap Damar mata berkaca kaca, dia bisa melihatnya. Rasa cinta yang begitu besar dari Damar untuknya. Karena dia juga merasakan perasaan yang sama. Dia juga sangat mencintai Damar.

"Ratih juga cinta sama abang! Ratih gak bisa hidup tanpa abang! Tapi Ratih gak mau menikah tanpa restu, Ratih ingin dapat restu dari ibu abang! Restu dari orang tua yang akan buat rumah tangga kita kelak sakinah, mawadah, warohmah!" ungkapnya mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya.

Damar mengangguk setuju. Dia juga menginginkan hal yang sama.

"Kita pasti bisa mendapatkan restu dari ke dua orang tua kamu dan orang tua abang." ujar Damar yang langsung di angguki Suratih.

Sementara itu, Inah yang melihat Damar dan Suratih melewati pagar rumah, langsung masuk ke dalam untuk menghampiri Sumi.

"Den Damar udah dateng, mak! Tapi bersama dengan Ratih, anak perempuannya bang Ali!" bisik Inah, saat sudah berada di sisi Sumi.

Sumi mencengkram erat sofa yang ia duduki, wanita paruh baya itu terlalu marah sekali. ‘Suratih, pasti kamu wanita pembawa sial yang sudah meracuni pikiran putra ku, menghasut Damar untuk menentang ku! Benar benar kalian keluarga beracun, gak bisa melihat keluarga orang lain bahagia.’ batinnya sangat marah, kesal dan sangat emosi.

"Ada apa, mpok Sum? Apa yang Inah katakan pada mpok? sampai Mpok kelihatannya tidak senang begitu?" tanya Sari, menyadari perubahan pada ekspresi Sumi.

Sumi beranjak dari duduknya, mempertahankan senyum meski hatinya tengah bergemuruh kesal.

"Damar sudah pulang, biar aku lihat ke depan dulu ya! Kalian tunggu di sini! Anggap saja rumah kalian sendiri!" ujar Sumi dengan seramah mungkin, pada Sari supaya tidak terkesan kalau dia sedang sangat kesal pada putranya sendiri itu.

Laras beranjak dari duduknya, "Boleh aku ikut, ibu?" tanya gadis itu dengan suara lembut dan pelan.

Laras, wanita berparas cantik, berjilbab dengan suaranya yang di buat selembut mungkin di depan Sumi. Terlihat begitu dewasa, jauh dari usianya yang sebenarnya. Dirinya hanya berbeda satu tahun dari Damar.

"Boleh dong sayang! Kamu pasti udah gak sabar pengen ketemu calon imam mu!" tanpa ragu Sumi merangkul Laras, menuntunnya meninggalkan ruang tamu menuju ke arah pintu utama, dia ingin menunjukkan pada Suratih, siapa menantu pilihannya yang jauh lebih layak menurutnya daripada Suratih yang merupakan anak pria yang dia benci itu.

Sementara itu di luar, Damar masih terlihat menenangkan Suratih yang begitu takut untuk bertemu dengan Sumi.

"Bismilah ya, Tih! Niat kita baik! Semoga di permudah! gumam Damar, hendak menginjak kan kakinya di teras rumah. Dia berusaha mengatakan kata-kata yang baik agar Suratih tidak lagi takut.

"Iya, bang!" timpal Suratih yang memang sangat percaya pada Damar.

Namun baru saja berkata seperti itu, kemunculan Sumi dan wanita berparas cantik di depan pintu. Mau tidak mau membuat Suratih sedikit down. Senyum pun hilang di bibirnya hanya ada tatapan canggung untuk Laras. Dia kembali menjadi gugup dan takut.

"Akhirnya kamu pulang juga, Damar!" oceh Sumi jelas bicara dengan Damar. Namun tatapan tajam ia tujukan pada Suratih.

'Anak perempuan di pincang ini benar-benar tidak tahu malu. Sudah di marahi, sudah di maki-maki, masih berani bergandengan tangan dengan Damar! dia dan ayahnya memang sama-sama tidak tahu malu!' maki Sumi dalam hatinya.

Damar langsung mencium punggung tangan kanan Sumi, mengabaikan Laras yang sejak tadi tersenyum simpul padanya.

‘Apa dia, wanita yang di maksud bang Damar?’ batin Suratih melirik sekilas Laras, lalu tangannya terulur hendak meraih tangan kanan Sumi.

"Kamu bukan anak saya! Lagi pula… saya gak sudi tangan kotor mu sampai menyentuh tangan saya yang bersih ini!" sarkas Sumi dengan angkuhnya. Dia menolak salam dari Ratih.

"Bu! Jangan bicara begitu dengan Ratih!" protes Damar mencoba melindungi dan membela kekasihnya.

"Kamu juga yang salah, buat apa bawa anaknya si pincang ke rumah kita? kamu kan tahu dari dulu, rumah ibu ini selalu tertutup untuk keluarganya, Damar!” tegas Sumi dengan tatapan marah pada anaknya.

"Damar jelas harus membawa Ratih bertemu dengan ibu. Karena secepatnya Damar ingin …"

Sebelum Damar selesai dengan kata katanya. Sumi sudah lebih dulu menyelanya. Dengan gerakan tangan. nya yang menarik maju Laras, menyandingkan nya dengan Suratih yang masih di buat terpaku dengan keadaan yang gak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Lihat dia Damar! Dia calon istri mu, Damar! Wanita yang ibu jodohkan dengan mu! Lebih cantik, dewasa dan matang pikiran serta usianya jika di bandingkan dengan Ratih! Lihat Laras baik baik Damar!" tegas Sumi dengan penuh penekanan.

Suratih benar-benar merasa sedih. Kata-kata ibunya Damar itu jelas menunjukkan kalau dia memang tidak akan pernah diterima.

Sreeek.

Damar menarik Suratih ke dalam rangkulan nya. Laki laki itu merengkuh pinggang ramping Suratih tanpa jarak. Membuat Suratih terkesiap dengan sikap Damar.

"Cukup, bu! Pilihan ku tetap pada Ratih! Dia satu satunya wanita yang Damar cintai!" tegas Damar.

Sumi bertambah emosi, dia bertambah Heram. Berani-beraninya anaknya bersikap seperti itu di depannya dan Laras.

"Cinta kamu bilang? Ratih tidak pernah mencintai mu, Damar! Dia hanya melihat mu sebagai seorang pewaris. Yang Ratih dan keluarganya incar, hanya harta warisan yang di tinggalkan mendiang ayah mu untuk mu Damar! Bukan semata karena cinta! buka matamu! mereka itu orang susah. Apalagi yang mereka incar kalau bukan harta kita, warisamu!" pekik Sumi panjang kali lebar.

Suratih menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat, dia menyangkal pernyataan Sumi,

"Itu gak bener, bang! Ratih mencintai abang bukan karena harta. Tapi karena Ratih … "

Plakkk

Sreek.

***

Bersambung...

1
Gaby
Geregetan sama author, Suratih kenapa dibikin begitu
Irawan Hadi MM: makasih kak udh mampir,
salam kenal kak
total 1 replies
Liliana
gemes bener ini sama Suratih, cinta boleh oon jangan dong. Thor bikin gemes bener
Irawan Hadi MM: salam kenal kak
makasih udah mampir
total 1 replies
Jia
saya nonggol thor
Jia
lanjutkan up thor
Shafa Adeena
hadir
Be-Trhee
semangat untuk upgrade
Kinanti Putri
terus kan kak, di tunggu bab berikut nya
Kinanti Putri
semangat ya kak
Ummu Marhamah
bagus untuk karya mu kak, jangan lupa jaga kesehatan biar selalu up
Kiki Fitri
lanjutkan up nya kak
Kiki Fitri
is the best
Dinda Shaza
hadir kak
Amanda
sipppp keren banget thor
Amanda
keren
Alana
semangat terus thor
Nesia
keren banget nih💪💪💪😍
Sonia
💪💪💪💪💪 semangat terus thor
Nona
lanjutkan up nya kak
Ayah Fifi
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Donita
Bagus sih, lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!