NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Reinkarnasi / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:22.9k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

Noura mati dibunuh suaminya dan diberi kesempatan hidup kembali ke-3 tahun yang lalu. Dalam kehidupannya yang kedua, Noura bertekad untuk membalaskan dendam pada suaminya yang suka berselingkuh, kdrt, dan membunuhnya.

Dalam rencana balas dendamnya, bagaimana jika Noura menemukan sesuatu yang gila pada mertuanya sendiri?

"Aah.. Noura." Geraman pria itu menggema di kamarnya. Pria itu adalah Zayn, mertua Noura yang sering menyelesaikan kebutuhan diri sambil menyebut nama menantu wanitanya.

"Kenapa dia melakukan itu sambil menyebut namaku..?" Noura harus dihadapkan mertua gilanya yang sudah duda. "Anaknya gila.. ayahnya juga lebih gila, eh tapi.. besar juga ya kalau dilihat-lihat."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keributan

Noura tidak bisa menjawab, bahkan ia tidak bisa lagi berpikir jernih.

Sentuhan Zayn yang semakin dalam, pagutan yang begitu menguasai, dan cara pria itu membuatnya kehilangan kendali—semuanya membuat tubuhnya gemetar dalam sensasi yang sulit dijelaskan.

Saat jari-jari Zayn bergerak lebih jauh, menyentuh kulitnya yang panas, Noura memejamkan mata, membiarkan dirinya hanyut dalam sentuhan itu.

Nafasnya semakin berat, tubuhnya sudah merespons dengan sendirinya.

Namun, tiba-tiba saja, segalanya berhenti.

Zayn menarik diri, melepaskan sentuhannya, dan hanya menatapnya dengan senyum kecil di sudut bibirnya.

"Maaf ya…" Katanya dengan nada ringan "Aku masih ingat janjiku untuk melakukannya saat kamu siap."

Noura membuka matanya, masih dalam keadaan terengah-engah. "Eh?"

Otaknya berusaha memproses kata-kata Zayn, tapi tubuhnya yang masih menginginkan lebih membuatnya kesulitan menerima kenyataan bahwa pria itu benar-benar berhenti.

Dia menatap Zayn dengan ekspresi tidak percaya. "Daddy… benar-benar bisa menahan diri.."

"Ya, aku akan menahannya demi kenyamananmu." Zayn tertawa kecil, lalu beranjak dari atasnya, merapikan pakaian dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa.

Sementara itu, Noura justru masih terdiam, termenung seperti orang bodoh.

'Apa-apaan ini? Kenapa malah aku yang nggak mau berhenti?' Batinnya agak panik.

Wajah Noura memerah, dan tanpa sadar, dia membenamkan kepalanya ke bantal. "Ughhh…!"

Zayn yang sudah berdiri hanya tersenyum melihat tingkahnya. "Jadi kamu tetap mau berangkat sendiri?" Tanyanya sambil bersandar di pintu.

Noura masih menempelkan wajahnya di bantal, lalu mengangkat tangan dan mengacungkan jempol tanpa melihat ke arahnya.

Zayn terkekeh. "Baiklah… sampai jumpa di kantor," ucapnya santai sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar.

Begitu pintu tertutup, Noura menarik nafas panjang. Tubuhnya masih panas, jantungnya masih berdegup tak karuan.

"Sial… kenapa aku yang malah mau lagi ya?" Gumamnya pelan, merasa kesal dengan dirinya sendiri.

"Ah udah ayo siap-siap telat." Noura segera bersiap. Wanita itu beranjak ke meja rias dan mengenakan riasan tipis, memastikan wajahnya tetap segar dan menawan.

Namun, pikirannya terus saja melayang ke kejadian sebelumnya.

Duh…

Tangannya yang memegang lipstik mendadak gemetar. Ia menatap dirinya di cermin, wajahnya masih sedikit memerah.

"Tapi kalau boleh jujur, Daddy emang lebih mantep daripada mainanku…" Gumamnya tanpa sadar.

Begitu menyadari pikirannya sendiri, Noura mengerang pelan, lalu membanting lipstiknya ke meja.

"Ih! Aku ini mikirin apa sih?!"

Noura mengatur nafas, mencoba menenangkan diri. Tak peduli seberapa berantakan pikirannya, ia tetap harus terlihat seperti wanita berkelas dan percaya diri di tempat kerja.

Setelah merasa cukup tenang, Noura mengusap dahinya, lalu teringat sesuatu.

"Sebelum berangkat, aku mau melakukan sesuatu dulu."

Darrel pasti masih di garasi dan Noura ingin menyaksikan penderitaan pria itu.

Noura turun ke ruang makan lebih dulu dan melihat sarapan sudah tersaji di atas meja. Matanya tertuju pada dua sandwich yang disiapkan rapi, masing-masing dengan tulisan kecil di kertasnya.

Untukmu. Yang ada dagingnya.

Tulisan itu jelas milik Zayn.

Di sebelahnya, ada satu lagi dengan catatan berbeda.

Kasih Darrel di garasi. Dia sudah lemas menahan lapar. Dia tidak akan menyakitimu. 

Noura terkekeh kecil, mengambil sandwich miliknya. Saat menggigit roti lembut itu, rasa daging yang lezat langsung memenuhi mulutnya.

Lalu, matanya kembali melirik sandwich milik Darrel. Entah kenapa, ingatannya mundur ke masa lalu. Masa kelam kehidupan sebelumnya.

Saat itu, Darrel sering memberinya makanan sisa dan kotor. Noura harus makan itu untuk bertahan hidup, ia benar-benar tidak punya pilihan lain.

Tanpa sadar, Noura mengambil sandwich Darrel dan menggigitnya juga.

"Aku akan bikin kamu ngerasain penderitaanku dulu," gumamnya.

Noura lalu meremukan sandwich itu di tangannya hingga tak terbentuk. Ia mengambil segenggam saus dari botol di meja, lalu dengan sengaja menumpahkannya ke sandwich Darrel sampai berantakan.

Kini sandwich itu sudah tidak berbentuk lagi, penuh saus yang meleleh ke mana-mana.

Noura tersenyum puas melihat hasil karyanya. "Dekorasi yang sempurna," katanya sambil tertawa kecil.

Dengan langkah ringan, ia membawa sandwich itu ke garasi, siap memberikan "sarapan spesial" untuk Darrel.

...****************...

Noura pergi ke garasi dengan hati-hati, langkahnya ringan tetapi penuh tekad. Begitu sampai di garasi, matanya langsung menangkap sosok Darrel yang terbaring di sudut ruangan.

"Pantas saja Daddy bilang dia nggak akan bisa nyakitin aku.." Gumam Noura kecil, melihat pemandangan Darrel.

Kedua kaki dan tangan Darrel diikat kencang. Bajunya kusut, rambutnya berantakan, dan bibirnya tampak kering. Ia benar-benar tampak tak berdaya.

Astaga…

Noura mendekat perlahan, memperhatikan bagaimana pria itu tampak begitu lesu.

"Tch lemah, padahal baru sehari." Gumam Noura lagi.

Nafas Darrel berat, dan jelas sekali ia kehausan serta kelaparan. Melihat hal itu, ada rasa puas yang menggelitik hatinya.

"Hm… ini seperti penampilanmu di kehidupan lamaku," gumamnya sambil tersenyum kecil.

Noura berjongkok di depan Darrel, lalu menepuk pipinya pelan.

"Heh, bangun," tegurnya.

Kelopak mata Darrel bergerak sedikit sebelum akhirnya terbuka. Begitu menyadari siapa yang ada di hadapannya, pria itu menatap Noura dengan sorot mata kesal bercampur frustasi.

"H-hei… lepaskan aku…" Suaranya lemah, nyaris tak terdengar.

Noura memiringkan kepala, pura-pura peduli. "Hmm… aku juga mau lepasin kamu sayang, tapi nggak bisa.." Ia tersenyum manis, tetapi nada suaranya penuh ejekan.

"Ayahmu nggak kasih izin." Lanjut Darrel lagi.

Darrel mendengus, mencoba menggerakkan tangannya, tetapi tali itu terlalu kuat. "Ah menyusahkan saja.." Gerutu Darrel sulit bergerak.

Sementara itu, Noura menunjukkan sepiring sandwich yang tadi ia ‘modifikasi’ dan mengangkatnya di hadapan Darrel.

"Apa ini?" Tanya Darrel, suaranya penuh kecurigaan.

"Sarapanmu," jawab Noura santai. "Dimakan ya, nanti kamu mati kelaparan loh."

Darrel menyipitkan mata, merasa ada sesuatu yang aneh. "Ini dari siapa? Menjijikan sekali." Tanyanya lagi, masih enggan menerima makanan yang seperti sampah stu.

Noura tersenyum lebih lebar. "Ayahmu yang buat khusus untukmu," katanya, sengaja menekankan kata terakhir dengan nada menggoda.

Darrel langsung mengumpat pelan. "Ayah sialan…" Gumamnya dengan wajah kesal.

Noura bisa melihat pria itu mulai frustrasi, tetapi dengan kondisi seperti ini, ia tidak punya pilihan.

"Tolong lepaskan aku, sayang," ucap Darrel memohon. "Aku janji nggak akan pukul kamu lagi…"

Noura tertawa kecil. Matanya menatap Darrel dengan penuh kepuasan. "Udah aku bilang, aku nggak bisa lepasin kamu sayang, itu tergantung ayah kamu."

Noura mendekat, mengangkat sepiring sandwich yang sudah rusak dan penuh saus itu ke depan wajah Darrel.

"Dimakan ya?" Batanya, suaranya terdengar begitu manis tetapi jelas penuh sindiran.

Darrel berdecak, masih berusaha menahan harga dirinya. Tetapi tubuhnya yang lemah dan rasa lapar yang mulai menyiksa membuatnya tak punya banyak pilihan.

Dengan enggan, ia mencoba meraih sandwich itu dengan mulutnya, tetapi gerakannya terbatas karna terikat.

Noura memiringkan kepala, berpura-pura iba. "Ah, susah ya?" Tanyanya lembut. "Mau aku bantu?"

Tanpa menunggu jawaban, ia meraih rambut Darrel dan menariknya cukup keras, membuat kepala pria itu terdorong ke depan.

"Selamat makan," bisiknya, lalu mendorong sandwich itu ke mulut Darrel.

Pria itu meringis, tetapi akhirnya membuka mulutnya dan mulai menggigit sandwich itu dengan enggan.

Sementara itu, Noura hanya tersenyum puas.

Rasakan itu, Darrel. 

Ia bersenandung kecil, menikmati setiap detik ketika pria yang dulu pernah memperlakukannya dengan buruk kini berada dalam posisi yang tak berdaya di hadapannya.

Noura menghela nafas pura-pura bosan, lalu menekan sandwich itu lebih dalam ke wajah Darrel.

"Ayo dong, Darrel. Makan yang lahap," bisiknya dengan nada menggoda, tetapi tangannya justru semakin menekan, membuat roti itu menutupi hampir seluruh wajah pria itu.

Darrel terbatuk, tubuhnya menegang saat saus dari sandwich itu berantakan, menodai pipi dan dagunya. Ia berusaha menghindar, tetapi dengan tangan terikat, gerakannya terbatas.

"N-Noura…!"

Noura malah terkekeh pelan, menikmati bagaimana pria itu berusaha menarik wajahnya ke belakang, tetapi tak bisa.

"Hmm? Susah makannya ya?" Katanya dengan nada polos. "Tapi ini sayang banget loh kalau nggak dihabiskan."

Darrel menggeram pelan, nafasnya terengah, berusaha berbicara, tetapi setiap kali ia membuka mulut, Noura mendorong sandwich itu lagi.

Saus yang lengket berlumuran di wajahnya, beberapa belepotan di sudut bibirnya, bahkan ada yang mengalir ke lehernya.

Noura menatapnya dengan senyum puas.

"Enak kan, sayang?" Tanyanya dengan suara lembut penuh ejekan.

Darrel menggigit bibirnya, menahan rasa frustrasi. "SIALAN!" Darrel berteriak frustrasi, nafasnya tersengal di antara rasa pedas dan perih di matanya.

Pria itu menggeliat dengan sia-sia, tangannya masih terikat, sementara saus yang melekat di wajahnya membuatnya semakin frustrasi.

Namun sebelum ia bisa melontarkan sumpah serapah lainnya, terdengar suara ketukan tergesa-gesa di pintu garasi.

Tok. Tok. Tok. 

"Siapa yang datang pagi-pagi begini?" Noura bingung sesaat sekaligus penasaran.

Noura melirik ke arah sumber suara, lalu berjalan santai menuju tombol otomatis untuk membuka pintu garasi. Saat pintu mulai terangkat perlahan, sosok seorang wanita muncul—Mia.

Noura mendecak pelan, matanya berkilat penuh kejengkelan. Oh, pelakor ini lagi, pikirnya.

"Darrel nggak jawab pesanku jadi aku kesini tedus dengar teriakan dari garasi." Ucap Mia lalu melihat sekeliling dan  matanya membelalak saat melihat Darrel dalam kondisi berantakan.

Wajah pria itu belepotan saus, nafasnya memburu, dan matanya berair karna pedas.

"Darrel!" Mia berseru panik dan berlari mendekat.

"Kenapa kamu panik Mia? Dia habis makan sarapan yang enak kok." Suara Noura terdengar ringan tapi menusuk, sebuah senyum tipis bermain di bibirnya.

Mia menoleh cepat, matanya menyipit penuh amarah. "Kamu gila?! Kamu apain Darrel sampai jadi kaya gini?!"

Darrel, yang masih terengah-engah, berusaha berbicara, tapi hanya bisa mengerang pelan, matanya terasa panas dan berair akibat saus yang masuk.

"Mia… tolong aku…" Gumamnya.

Melihat ekspresi pria itu yang tampak begitu tersiksa, Mia semakin panik. Ia ingin segera menolong Darrel, tapi sebelum bisa mendekat, Noura sudah bergerak lebih cepat.

"Oh, kau ingin membantu? Silakan."

Tanpa peringatan, Noura mengambil piring yang masih menyisakan sandwich sampah itu, lalu melemparkannya langsung ke wajah Mia.

BYUGH!

Saus yang lengket dan berminyak langsung menciprati wajah perempuan itu. Mia terkejut, matanya membesar, tangannya terangkat refleks untuk menghapus kekacauan yang kini menutupi wajahnya.

"A-Apa…?" Mia tergagap, terdiam beberapa detik sebelum akhirnya tersadar dan menjerit kesal. "KAmU GILA, NOURA!"

Noura terkekeh pelan, menikmati bagaimana Mia sekarang juga ikut berantakan seperti Darrel.

"Silakan bantu Darrel menghabiskan sarapannya ya," ujarnya santai, matanya berkilat puas.

Mia menatapnya dengan marah, wajahnya merah karena amarah dan rasa jijik akibat saus yang meleleh turun ke lehernya.

"Dasar perempuan gila!" Teriaknya.

Namun Noura hanya tersenyum tipis dan menyilangkan tangan di dadanya. "Aku gila? Kamu kali yang gila karna masih terus mengemis perhatian pria padahal kamu nggak bisa melindungi diri sendiri."

Mia menggertakkan giginya, sementara Darrel hanya bisa mengerang, masih berusaha mengatasi rasa pedih di matanya.

"SIALAN!!" Mia lalu berlari menarik rambut Noura.

1
nur adam
ljut
nur adam
lnjut
nur adam
lnjut.. crita bgs thoor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!