Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31 Dia Memang Secantik Itu
Tok
Tok
Tok
Luna mengetuk pintu kamar orang tuanya, tak lama terdengar suara mamanya dari dalam sana mempersilahkan dia masuk. Luna pun segera masuk ke dalam kamar tersebut. Setelah mencari kos dengan Ken siang tadi, Luna memutuskan untuk pulang dan menemui Mamanya.
"Ma, gimana keadaannya?" tanya gadis itu setelah duduk di tepi kasur.
Mamanya yang sedang duduk sambil bersandar di kepala ranjang menoleh, menatap Luna, "Sudah lebih baik, seperti yang kamu lalui hati," jawa wanita itu. "perlu apa?"
Seakan tahu akan kedatangan Luna ke kamarnya, karena biasanya memang seperti itu. Jika tidak ada sesuatu yang dibutuhkan maka Luna akan jarang menemuinya seperti saat ini. Semuanya juga atas larangan darinya.
"Ma, aku mutusin buat keluar dari rumah. Aku mau kos," jawab Luna tanpa basa-basi.
"Terserah kamu, Mama tidak akan mencegah," sahut wanita itu membuat Luna sedikit kecewa.
Kenapa Mamanya tidak melarang saja? Padahal jika Mamanya melarang dia akan memikirkannya lagi. Jika sudah seperti ini, Luna benar-benar akan keluar dari rumah saat itu juga.
"Tapi kamu harus ngomong sama Leo, dia pasti nyariin," ucap mamanya lagi, sebab Luna hanya diam saja.
"Iya Ma udah tadi," jawab Luna lesu, sebelumnya dia memang sudah berbicara dengan Leo, entah anak kecil itu paham atau tidak. "aku keluar ya, semoga Mama lekas sembuh, gak usah sungkan kalau lagi butuh Luna."
Gadis itu melangkah keluar kamar dengan langkah lunglai, meski dia ingin segera pindah dari rumah itu, tetap saja jawaban sang mama membuatnya tak bersemangat. Ternyata Mamanya juga tak peduli dengannya.
"Om kamu masih sering transfer, kan?" pertanyaan Dania membuat Luna menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah sang Mama.
"Masih Ma," jawabnya.
"Yaudah, bagus kalau gitu, soalnya Mama gak bisa ngasih uang jajan lagi sama kamu lagi. Hasil dari toko buat kehidupan sehari-hari Mama dan Leo," jelas wanita itu.
Luna mengangguk, "Iya Ma, aku juga rencana mau cari kerja," ucapnya.
"Yaudah sana keluar," usir Mamanya.
Luna kembali melangkah meninggalkan kamar Mamanya.
Dia memang memiliki satu Om yang begitu baik dengannya. Adik kandung Mamanya yang setiap bulan selalu rutin mentransfer uang. Meski omnya itu jarang sekali kembali ke negaranya, tapi Luna tak pernah lepas dari perhatian lelaki itu.
Sesampainya di kamar, Luna melihat jam ternyata sudah cukup malam. Dia jadi teringat akan sesuatu dan langsung menghubungi seseorang. Tak lama panggilan itu segera di terima oleh orang tersebut.
"Pa kabar sayang? Sudah lama banget kamu gak nelpon Om," terdengar suara di seberang sana di sertai wajah tampan milik Omnya yang masih bertahan hingga saat ini.
"Baik Om, gimana kabar Om di sana? Kapan pulang Om? Gak kangen apa sama Luna?" Luna mengerucutkan bibirnya.
Omnya terkekeh di seberang sana, "Om banyak kerjaan disini, kamu aja ke sini ya, sebelum masuk kuliah, atau mau kuliah di sini saja sama Om?"
Luna menggelengkan kepala, " Gak ah, di sini aja Om, nanti aku betah di sana dan gak mau pulang kaya Om ku ini," sahutnya bercanda.
Omnya terkekeh di seberang sana, "Papa kamu masih sering pukulin anak Om ini?" tanya Om mengalihkan pembicaraan.
Luna menggelengkan kepala, "Papa mau cerai sama Mama Om," sahutnya memberi tahu.
"Oh bagus dong! Akhirnya Mama kamu sadar juga Na," diluar dugaan Omnya itu malah terlihat bersyukur kedua orang tuanya mau cerai.
"Loh?" tanya Luna kaget.
"Om itu dari dulu gak pernah suka Mama kamu nikah sama dia. Dan Om udah bilang berulang kali supaya Mama kamu cerai dari dia, tapi gak mau, heran aja Om Na," ucap lelaki itu, jujur.
"Mungkin ada sesuatu yang buat Mama tetep mempertahankan pernikahannya," sahut Luna dewasa.
"Bisa jadi," sahut Omnya tak berminat.
"Om, Luna boleh tanya gak?" ingat akan tujuan utamanya menelepon Omnya.
"Tanya aja, Om siap jawab, mau tanya apa, hm?"
"Om aku udah tahu kalau aku bukan anak Papa, apa Om tahu siapa Papa ku? Aku pengen ketemu Om," Luna menatap penuh permohonan pada Omnya.
Omnya terkejut mendengar pertanyaan Luna, dia menghela napas sebelum menjawab pertanyaan keponakannya, "Kamu ke sini ya, nanti Om ceritakan, karena kalau lewat telepon susah Na, Om tunggu ya. Deket kok Na, perjalanan gak sampai sehari, biar Om ambil cuti kalau kamu ke sini," ucapnya membujuk Luna supaya mau menemui Om nya.
Kali ini Luna yang menghela napas, "Nanti setelah perpisahan deh, aku pikirkan lagi. Tapi Om tahu kan?" tanyanya memastikan.
Omnya menganggukkan kepala, "Om tahu Na, tapi kamu jangan berharap lebih ya," sahutnya.
"Kenapa Om?" tanya Luna penasaran.
"Nanti Om kasih tahu kalau kamu ke sini. Sekarang udah malam, tidur ya, Om juga capek baru pulang kerja," ucapnya sedikit menghindari dari pertanyaan lain yang akan dilontarkan oleh Luna. Tapi ucapan Luna selanjutnya sukses membuat dia terkejut.
"Iya Om, tapi Luna mau ngasih tahu, kalau besok Luna mau pindah ke kosan, Luna gak mau tinggal disini lagi, Mama juga udah gak mengharapkan Luna," ujar gadis itu berubah sendu.
"Na, kayaknya kamu gak perlu ke sini, nanti Om yang akan pulang dan bawa kamu ke sini. Setega itu Mama kamu, membiarkan anaknya pergi dari rumah!" Omnya terlihat murka mengingat bagaimana kakaknya itu memperlakukan Luna.
"Gak perlu Om, aku masih mau di sini, masih mau ketemu sama Leo," tolak nya. Gadis itu sepertinya memang sering kali menolak.
Omnya menghela napas, "Kamu pikirkan dulu ya, nanti kabari Om kalau kamu siap ke sini. Kalau kamu mau kos, gak apa-apa, nanti Om akan kirim uang lebih banyak dari biasanya, kamu harus kuliah gak boleh kerja atau yang lainnya, urusan uang biar Om yang mikirin," ujarnya panjang lebar.
"Padahal niatnya mau kerja," sahut Luna.
"No! Kamu harus kuliah, gak boleh kerja!" sahut Omnya.
Tak lama setelah itu obrolan pun berakhir, karena beberapa kali Luna sudah menguap. Dan setelah itu, gadis itu pun tertidur.
☘︎☘︎☘︎☘︎
Pagi menjelang siang, Luna sudah membereskan beberapa barang miliknya. Dia bahkan sudah menyewa taksi untuk membawa beberapa barangnya itu. Meski tidak semua dia bawa, tapi barangnya terlihat cukup banyak.
"Lun! Lo mau kemana?" tanya tetangga Luna yang kebetulan baru keluar rumah, sepertinya akan pergi.
"Pindah Bang, Bang Dilan mau kerja?" tanyanya balik.
"Pindah? Lo mau pindah kemana?" tanya pemuda itu heran.
"Ada deh Bang, ntar kalau gue kaish tahu Lo malah datang ke rumah gue. Gak mau gue, Lo kan makannya banyak," jawab Luna bercanda.
"Sialan ni bocil!" Dilan mendekat sambil berkacak pinggang, membuat Luna terkekeh.
"Ada masalah?" tanya Dilan dengan berbisik setelah berdiri tepat di sebelah Luna.
"Bang Di tahu sendiri kan, masalah itu pasti selalu ada," jawab Luna ambigu.
"Iya, tapi kalau ada masalah cerita sama Abang dong Lun, biar perasaan kamu lebih tenang kalau udah cerita," pinta Dilan.
"Gak perlu! Entar Lo cari kesempatan deket dia," sahut seseorang yang langsung membuat Dilan mendengus.
"Kurang aja Lo Ken! Bikin gue kaget!" Dilan berteriak marah.
"Udah selesai semau?" Ken justru mengabaikan Dilan, dia beralih menatap Luna.
"Udah kok, tapi aku belum pamitan sama Mama. Aku mau pamitan dulu ya," jawab Luna.
"Ikut, mau kenalan sama Mama Lo," sahut Ken, ingin sekali dia berkenalan dengan Mamanya gadis itu.
"Gak usah Ken! Lain kali ih!" jawab Luna.
"Ck, kalian ini. Biarin Ken kenalan sama nyokap Lo Luna, dia kayaknya penasaran secantik apa nyokap Lo. Awas ntar naksir lho Ken!" ujar Dilan, menggoda Ken.
"Bacot Lo!" sahut Ken.
"Siapa tahu, tante Dania itu cantik, gue yakin dulu mudanya malah lebih cantik dari Luna!" ucap Dilan lagi, tak mau kalah.
"Wah, kamu benar sekali. Dania memang secantik itu."
Semuanya menoleh ke arah sumber suara.
gak bener nih teman teman nya Luna