NovelToon NovelToon
Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Dendam Di Balik Gaun Pengantin

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: riniasyifa

Anya gadis cantik berusia 24 tahun, terpaksa harus menikahi Revan CEO muda anak dari rekan bisnis orangtuanya.

Anya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan kesepakatan kedua keluarga itu demi membayar hutang keluarganya.

Awalnya ia mengira Revan mencintai tulus tapi ternyata modus, ia hanya di jadikan sebagai Aset, untuk mencapai tujuannya.

Apakah Anya bisa membebaskan diri dari jeratan Revan yang kejam?

Jika ingin tahu kisah Anya selanjutnya? Langsung kepoin aja ya kak!

Happy Reading...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Di mansion, tepatnya di ruang kerja Revan duduk di kursi kulit mahalnya, tatapannya dingin dan tajam. Asap dari rokok yang ia hisap mengepul di sekelilingnya, menambah kesan gelap dan misterius. Di hadapannya, seorang pria berseragam hitam berdiri dengan tegap, namun wajahnya terlihat tegang.

"Jadi, apa yang kalian temukan?" tanya Revan, suaranya berat dan mengintimidasi, seperti raungan singa lapar.

Pria itu menelan ludah dengan susah payah sebelum menjawab. "Maaf, Tuan. Kami tidak menemukan Nona Anya dan Damian di dalam mobil yang kecelakaan itu. Bahkan jasad mereka juga tidak ditemukan di sekitar lokasi kejadian. Mereka menghilang seolah ditelan bumi," lapornya dengan nada menyesal, kepalanya tertunduk dalam.

Revan terdiam sejenak, pikirannya berkecamuk bagai badai di lautan. Ia merasa sedikit lega mendengar laporan itu. Entah kenapa, ada harapan yang tiba-tiba muncul di hatinya, seperti setitik cahaya di tengah kegelapan. Harapan bahwa Anya masih selamat, dan ia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan Anya kembali.

"Hm," gumam Revan, menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya di balik topeng dingin.

"Sudah ku duga, pria itu tidak akan menyerah begitu saja," batin Revan, sudut bibirnya tertarik membentuk seringai tipis.

"Apa kalian sudah memastikan jika keduanya benar-benar tidak ada di sekitar lokasi?" tanyanya, memastikan, matanya menyipit curiga.

"Sudah, Tuan. Kami sudah menyisir seluruh area, bahkan sampai ke dasar jurang di dekat sana. Tapi, tidak ada jejak mereka," jawab pria itu dengan yakin.

Revan mengangguk pelan. "Oke, tetap lanjutkan pencarian. Aku yakin mereka berdua masih hidup," perintahnya dengan tegas.

"Temukan Anya, dan bawa dia ke hadapanku. Hidup atau mati," tambahnya, matanya berkilat penuh ambisi.

Pria itu mengangguk cepat, merasa lega karena Revan tidak marah. "Siap, Tuan," jawabnya lugas.

"Dan Damian?" tambah Revan lagi, alisnya terangkat.

"Tuan ingin dia dihabisi?" tanya pria itu hati-hati.

Revan terdiam sejenak, menimbang-nimbang.

"Biarkan dia hidup. Untuk saat ini," jawab Revan akhirnya. Ia ingin Anya melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Damian akan menderita di tangannya.

"Baik, Tuan. Ada perintah lain?" tanya pria itu.

"Tidak ada. Sekarang, pergi dan lakukan tugasmu," perintah Revan, mengibaskan tangannya.

Pria itu membungkuk hormat dan segera keluar dari ruangan. Revan menyandarkan tubuhnya di kursi, memejamkan matanya. Pikirannya kembali dipenuhi dengan bayangan Anya. Senyumnya, tawanya, dan tatapan matanya yang polos. Ia tidak bisa membiarkan Anya lepas dari genggamannya.

"Anya, kau akan kembali kepelukkanku lagi. Cepat atau lambat," gumam Revan, seringai licik menghiasi wajahnya. Ia membuka matanya, tatapannya penuh dengan tekad dan obsesi. Ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Anya, bahkan jika ia harus menghancurkan seluruh dunia.

Revan meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. "Aku ingin kau mencari tahu semua tentang Anya Forger," perintahnya dengan suara dingin.

Setelahnya langsung menutup telepon, Revan kembali menyesap cerutunya. Ia merasa seperti seorang pemburu yang sedang mengintai mangsanya. Ia akan menunggu saat yang tepat untuk menyerang, dan ia akan memastikan bahwa Anya tidak akan bisa melarikan diri.

Di luar sana, anak buah Revan mulai bergerak. Mereka menyebar ke seluruh penjuru kota, mencari jejak Anya dan Damian. Mereka tidak akan berhenti sampai mereka menemukan keduanya, dan membawa mereka ke hadapan Revan.

***

Sementara itu, Anya dan Damian sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat yang aman menurut Damian. Mereka tidak tahu bahwa Revan sedang mengintai mereka, dan bahwa bahaya selalu mengintai di setiap sudut, seperti bayangan yang selalu mengikuti langkah mereka. Mereka hanya bisa berharap bahwa Revan tidak akan menemui mereka, dan mereka bisa memulai hidup baru yang tenang dan damai.

Anya dan Damian akhirnya sampai di sebuah rumah sederhana yang terletak di pinggiran kota. Bangunan itu tampak usang, dengan cat yang mengelupas di beberapa bagian dan tanaman merambat yang menutupi dindingnya, namun terpancar kehangatan dari lampu-lampu yang menyala di dalamnya, seolah menyambut kedatangan mereka. Anya mengerutkan kening, bertanya-tanya tempat apa ini, perasaannya campur aduk antara penasaran dan khawatir.

"Ini rumah siapa, Damian?" tanya Anya, suaranya penuh kebingungan, namun juga sedikit harapan.

Damian tersenyum tipis, menenangkan, tangannya menggenggam tangan Anya dengan lembut. "Ini tempat yang aman, Anya. Percayalah padaku," jawabnya yakin, matanya menatap Anya dengan penuh keyakinan.

Belum sempat Anya bertanya lebih lanjut, seorang anak laki-laki berusia sekitar delapan tahun berlari keluar dari rumah dengan wajah berseri-seri, rambutnya acak-acakan dan pipinya merah merona karena berlari.

"Om ganteng datang!" serunya dengan semangat, suaranya nyaring memanggil teman-temannya yang lain, seperti lonceng yang berdering memecah kesunyian.

Mendengar teriakan itu, beberapa anak lain keluar dari rumah, wajah mereka juga dipenuhi dengan kegembiraan, mata mereka berbinar-binar penuh harap. Mereka mengerubungi Damian, menarik-narik tangannya dan menyambutnya dengan riang, seolah Damian adalah pahlawan yang mereka tunggu-tunggu.

Anya terkejut melihat pemandangan itu. Ia menatap Damian dengan tatapan penuh tanda tanya, seolah meminta penjelasan, bibirnya sedikit terbuka karena keheranan. "Om ganteng? Siapa mereka, Damian?" tanyanya, rasa ingin tahunya semakin besar, hatinya mulai dipenuhi dengan berbagai pertanyaan.

Damian tertawa kecil melihat ekspresi bingung Anya, tawanya renyah dan menenangkan. Ia berjongkok, menyamai tinggi anak-anak itu, matanya menatap mereka dengan penuh kasih sayang. "Hai, anak-anak. Apa kabar kalian?" sapanya dengan ramah, suaranya lembut dan penuh perhatian.

"Baik, Om! Om lama tidak datang," jawab salah seorang anak perempuan berusia sekitar 7 tahunan dengan rambut di kepang asal, ia memasang wajah cemberut, menunjukkan rasa rindunya pada Damian.

"Maaf, Nina cantik, Om sibuk. Lagian om punya kabar bagus, Om akan tinggal di sini bersama kalian," balas Damian, mengusap kepala anak itu dengan sayang, seolah Nina adalah adiknya sendiri.

"Yee! Om tidak bohong, kan?" tanya gadis kecil yang bernama Nina memastikan, matanya menatap Damian dengan penuh harap.

"Ya, sayang Om, tidak bohong," jawab Damian, meyakinkan Nina dengan senyum manis.

Mereka semua menoleh ke arah Anya, "Om, siapa Kakak cantik ini?" lanjut Nina dengan penasaran, menunjuk Anya dengan jari kecilnya.

Damian tersenyum tipis, ia kemudian berdiri dan menoleh ke arah Anya yang sedang menatap kearahnya, menunggu penjelasannya dengan sabar. "Anya, kenalkan, ini adalah rumah singgah yang kubangun untuk anak-anak jalanan. Mereka sudah kuanggap seperti adik-adikku sendiri," jelas Damian, matanya berbinar saat melihat anak-anak itu, menunjukkan betapa ia menyayangi mereka.

Anya terkejut mendengar penjelasan Damian. Ia tidak menyangka bahwa pria yang selama ini ia kenal sebagai CEO dingin sekaligus agen rahasia itu ternyata memiliki sisi lembut dan peduli terhadap sesama, seperti ada dua sisi yang berbeda dalam diri Damian. Hatinya menghangat melihat interaksi Damian dengan anak-anak itu, ia merasa tersentuh dengan kebaikan hati Damian. Ia mulai menyadari bahwa Damian adalah sosok yang jauh lebih kompleks dari yang ia kira, dan ia ingin mengenal Damian lebih dalam.

"Rumah singgah?" tanya Anya, masih tak percaya, suaranya lirih dan penuh keheranan. "Jadi, selama ini kamu ..."

Bersambung ....

1
Rita
mulai penasaran yah
Rita
mengerti kekhawatiran Damian soalnya yg dihadapi berbahaya
Rita
lg bantuin nenek kakak Anya nya
Rita
untung ada yg nolong
Rita
milikmu tapi g dijaga layaknya pasangan yg disayang dicintai ini mlh bikin trauma
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏😄
Apriyanti
knp gak lgsg kamu ungkapin aja Damian KLO kamu mencintai Anya,,biar Anya gak salah paham,, lanjut thor 🙏
Rita
semoga berhasil lolos
Rita
sdh ditraining
Rita
istri atau boneka
Rita
duh Van kerjaan mu marah2 mulu awas meledak
Rita
jgn takut Anya lawan
Rita
firasat itu
Marsya
penyesalan Revan sudah terlambat
Rita
kmu sdh terlalu menyakiti
Rita
hayoloh
Marsya
semangat Thor karyanya sangat menarik,
Rita
tinggal ungkapin aja drpd salah paham lagian rumah tangga Anya sdh salah dr awal
Rita
ternyata sdh lama suka /mengagumi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!