seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
Tangan Joko perlahan menyusup di bawah pakaian Ratna, menyentuh kulit halus di dadanya. Meskipun sudah diperlakukan demikian oleh suaminya, Ratna merasa biasa-biasa saja, tidak ada rasa yang bangkit dalam dirinya. Walau begitu, ia tidak mencoba menolak apa yang dilakukan suaminya, karena merasa itu adalah kewajibannya untuk melayani sang suami. Joko terus berusaha membangkitkan keinginan istrinya, namun Ratna hanya membalas dengan setengah hati, dalam diam membalas sekedarnya. Akhirnya, Joko melepas setiap penghalang pada Ratna, tangan terbujur kaku di sisi kanan dan kirinya, Ratna hanya membiarkan apa yang dilakukan suaminya.
"Sayang, kamu kenapa?, kok seperti tak ingin begini?." tanya Joko setelah melepaskan ciumannya. Dia bertanya begitu, karena melihat istrinya yang hanya diam seperti itu. Biasanya, Ratna akan membalas dengan lebih, ketika dipancing sedikit saja, namun kali ini sangat berbeda..
Joko terus mencoba memancing perhatian Ratna, namun Ratna tampak acuh tak acuh.
"Mungkin aku lagi capek, Mas. Kalau kamu mau, lakukan saja," jawab Ratna dengan nada lelah.
"Apakah kamu tidak mau, Sayang?" tanya Joko, menatap istrinya dengan tatapan yang penuh kekhawatiran.
"Sebenarnya aku juga ingin, Mas. Tapi mungkin tubuhku yang terlalu lelah, habis masak dan mencuci pakaian, juga menyetrika tadi," ujar Ratna. Dia berbicara dengan nada yang lembut, berharap suaminya mengerti kelelahannya.
"Oh, begitu," jawab Joko dengan pengertian.
"Ya, Mas, mungkin begitu. Sudah, Mas, ayo kita istirahat sebentar," ucap sang istri dengan suara syahdu, berusaha menenangkan situasi. Mendengar ucapan istrinya, Joko tersenyum, merasa lega bahwa Ratna masih memperhatikannya.
"Ayo, Mas, kita istirahat sekarang. Nanti kamu terlambat kerja," desak Ratna, mengajak suaminya untuk beristirahat bersama, sekaligus menyudahi aktivitas hari itu dengan penuh kelembutan..
Akhirnya, Joko mendekati istrinya dengan penuh semangat. Meskipun Ratna tidak sepenuhnya memiliki keinginan yang sama, mungkin karena pengalaman yang lebih intens malam sebelumnya, ia tetap berusaha memenuhi keinginan suaminya. Setiap sentuhan Joko hanya terasa ringan bagi Ratna, tidak seperti kedalaman yang pernah diberikan oleh Kakek Surya. Dalam hati, Ratna terus berpura-pura menikmati, meskipun sebenarnya dia tidak merasakan apa-apa. Bahkan, saat Joko menciumnya, dalam benak Ratna hanya terbayang wajah Kakek Surya. Namun, Ratna mulai mencoba merespons dengan menutup mata, berkhayal bahwa yang bersamanya adalah Kakek Surya, meskipun sensasinya berbeda dari malam sebelumnya. Ini membuat Ratna merasa sedikit lebih terlibat..
Saat merasakan respons dari istrinya, Joko semakin meningkatkan intensitas dan mempercepat gerakannya. Hal itu membuat Ratna perlahan mulai merespons, namun tiba-tiba Joko sudah mencapai puncaknya.
Setelah selesai, Joko memisahkan diri dan tertidur terlentang menghadap langit-langit rumah kos-kosan itu.
Lalu Ratna bangun, memperbaiki pakaian, dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. setelah Keluar dari kamar mandi, dia tersenyum melihat suaminya yang tampak kelelahan sudah tertidur pulas sore ini.
Setelah melihat suaminya sebentar, kemudian Ratna keluar untuk belanja ke warung Bu Eti.
Saat di teras, dia melihat Aulia sedang bermain dengan Dion. Namun Ratna hanya menoleh sebentar, lalu melanjutkan langkahnya ke warung. Sesampainya di warung, dia melihat kakek Surya yang sedang berbincang dengan penjual bakso. Sambil tersenyum, Ratna menatap kakek Surya sejenak, lalu teringat kejadiannya di kamar mandi tadi. Pikirannya kembali melayang membayangkan kejadian yang akan terjadi malam itu, hanya membayangkan saja, sudah mampu membangkitkan rasa dalam dirinya, hingga dia terkejut oleh sapaan Bu Eti yang tiba-tiba bertanya, "Mau beli apa?".
Kakek Surya sedang bermain dengan Dion di teras kontrakannya. Dia membantu Aulia untuk menjaga Dion. Saat itulah Edi datang dari tempat kerjanya.
"Pak, terima kasih sudah menjaga Dion," ucap Edi setelah turun dari sepeda motornya, saat melihat putranya sama kakek Surya.
"Iya, Mas, sama-sama." jawab Kakek Surya.
"Oh ya pak, memangnya Aulia ke mana pak?." tanya Edi.
"Neng Aulia lagi masak Mas," jawab Kakek Surya sedikit berteriak.
"Kalau begitu, saya masuk dulu, Pak. Mau ganti pakaian," kata Edi sambil tersenyum ramah.
"Silakan Mas," jawab Kakek Surya sambil terus bermain dengan Dion.
Saat Edi baru saja menutup pintu kosnya, tiba-tiba pintu kamar kos Ratna terbuka. Terlihat Joko yang sudah berpakaian kerja dan diantar oleh Ratna, dan sempat menoleh ke arah Kakek Surya sebentar namun tidak menyapanya.
Joko masih menganggap rendah Kakek Surya, sebab setiap kali melihatnya, tatapan menghina itu tak pernah hilang pada suami Ratna ini.
"Sayang, mas berangkat dulu ya," ucap Joko pada istrinya, lalu mencium kening Ratna.
"Iya Mas. Hati-hati di jalan," jawab Ratna, melepas kepergian suaminya. Joko pun menaiki sepeda motornya. Lalu Ratna melambai-lambaikan tangan, melepas Joko berangkat kerja.
Setelah Joko tak terlihat, lalu Ratna mendekat ke arah Kakek Surya.
"Hai Ganteng," ucap Ratna dengan nada menggoda, seolah-olah menyapa Dion, namun tatapan matanya justru tertuju pada Kakek Surya dengan pandangan yang kurang pantas.
"Mbak Aulia ke mana mas?" tanya Ratna sambil menunduk, seolah-olah menyuguhkan pesona dadanya pada kakek Surya.
"Lagi masak," jawab Kakek Surya.
"Mari pak, biar saya yang gendong Dion dulu," kata Ratna sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil Dion.
Meski Dion sempat berontak, namun Ratna tetap memaksanya. Tapi setelah berada di pangkuan Aulia, Dion tetap ingin turun dan bermain dengan Kakek Surya.
"Pak, sepertinya Dion tidak mau sama saya, ini pak, biar bapak ambil sendiri," ucap Ratna.
"Mari, biar saya yang ajak kalau gitu," kata Kakek Surya sambil menjulurkan tangannya. Namun, Ratna kembali berulah seperti sebelumnya. Alih-alih hanya menyerahkan Dion, malah tubuh Ratna mendekat, entah sengaja atau tidak, dadanya bersentuhan dengan tangan keriput Kakek Surya, hingga langsung menyentuh bagian tubuhnya yang halus itu. Membiarkan saja tangan itu menyentuhnya, malah sambil Ratna terlihat tersenyum dan berkedip sebelah mata.
Kakek Surya memahami apa yang diinginkan oleh istri Joko ini, lalu dengan gerakan yang sengaja, kakek Surya membalikkan tangannya dan segera memegang area dada tersebut. Kali ini, dengan pemahaman yang lebih jelas, kakek Surya meremas dengan kekuatan, membuat istri Joko merasakan sensasi yang meningkat. Perlakuan ini berlangsung cukup lama, dan Ratna membiarkannya terjadi dengan leluasa.
Saat mereka sedang asyik dengan situasi itu, tiba-tiba Aulia keluar dari kosnya. Dia sebenarnya ingin mengambil Dion untuk dimandiin, juga meminta kakek Surya makan di kosnya, namun terkejut melihat pemandangan di depannya.
Mungkin karena mereka terlalu fokus dan merasa situasi aman, hingga tidak ada kewaspadaan dari Ratna. Membuat Aulia bisa memperhatikan kejadian itu cukup lama, namun Aulia sambil menutup mulutnya, karena Ratna dan kakek Surya tak sadar, akhirnya Aulia kembali ke kamar kosnya, dia tidak ingin melihat hal yang tidak senonoh tersebut makin lama.
Namun, tak lama kemudian Aulia kembali membuka pintu kosnya, namun kali ini, istri Edi ini sengaja membuat suara, agar interaksi antara Ratna dan kakek Surya terhenti. Dan benar saja, tindakan Aulia berhasil membuat keduanya terkejut. Hingga Ratna cepat-cepat menjauh dari kakek Surya, dan kakek Surya pun segera menarik tangannya.
"Pak, saya mau mandikan Dion dulu. Juga saya sudah siapkan makan untuk bapak, ini Mas Edi sudah menunggu, mari pak," ucap Aulia. Dia masih berdiri di teras kos-kosannya, sambil berteriak memanggil kakek Surya, namun wajah istri Edi itu tampak merona merah.
"I i iya iya, Neng ya, sebentar Neng," jawab kakek Surya, terdengar sedikit gugup.
"Ya Pak, mari," sahut Aulia lagi. Kemudian, Ratna menyerahkan Dion kepada kakek Surya, karena teriakan Aulia itu.
Namun saat Ratna menyerahkan Dion, mereka jadi berdekatan, dan saat itulah Ratna terdengar berbisik halus, yang tentu saja tidak terdengar oleh Aulia.
"Mas, nanti malam kita lanjutkan yang di kamar mandi tadi itu." bisiknya.
Bersambung....