NovelToon NovelToon
Perlindungan Anak Mafia

Perlindungan Anak Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Himawari Daon

Jameson, anak Mafia yang hidup di Kanada. Dia terpaksa menculik Luna, seorang barista di Indonesia demi melindunginya dari bahaya.

Ternyata, Luna adalah Istri Jameson yang hilang ingatan selama 5 tahun dan perjalanan dimulai untuk mengembalikan ingatan Luna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himawari Daon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 : Ketahuan

Welcome… 

...Happy Reading...

.......

.... ...

.... ...

Dokter Pretty mengerutkan keningnya bingung mengapa Navarro tiba-tiba berkata seperti itu kepadanya. Namun, saat dia menanyakan apa maksud dari perkataan Navarro. Dia tidak mendapatkan balasan darinya. 

Navarro akhirnya membiarkan perempuan itu pergi. Sebenarnya, saat dia melihat wajah perempuan itu. Kenangan masa lalu terbayang dalam ingatannya. 

Masalahnya, ingatan itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Akan tetapi, ingatan yang membuat hati Navarro sehancur-hancurnya. 

“Tuan, baik-baik saja?” tanya Seven sedikit khawatir. 

Navarro mengangguk dengan terpaksa. 

“Maafkan aku, Tuan. Waktu itu aku tidak tahu harus mencari Dokter kemana lagi untuk merawat Nyonya. Jadi, terpaksa aku memanggil Nyonya Pretty kesini.” Ungkap Seven merasa bersalah. 

“Sudahlah, tidak apa-apa. Lagipula, dia patut diapresiasi karena kemampuannya yang luar biasa.” Navarro menghembuskan nafas berat. 

Tiba-tiba, Kevin masuk dengan gelisah. 

“Bos, gawat. Tuan Jameson tiba-tiba pulang, saat ini dia sedang menuju kemari.”

Navarro bangun dari duduknya, dia terlihat cemas. Dia memang Ayah kandung Jameson, akan tetapi dia tahu putranya sangat membencinya. Dia tidak akan mengijinkan dirinya untuk menemui Luna. 

“Kita pergi sekarang!” Navarro menoleh memandang sebentar menantunya itu. Kemudian dia pergi meninggalkan rumah Jameson. 

Tidak lama setelah Navarro keluar dari pekarangan rumah Jameson. Suami Luna itu sampai di rumahnya dengan raut wajah takut dan gelisah. 

Jameson baru sampai di Kanada tadi pagi dan langsung menuju Hotel Noureen. Namun, saat mendapatkan telepon dari Dokter pribadinya, Robby tentang kondisi Luna. Pria itu langsung bergegas pulang saat itu juga. 

Jameson berjalan cepat menaiki anak tangga, matanya menyorot tajam ke arah Seven yang sudah ketakutan. 

“Mana istriku?” tanya Jameson dengan suara yang bergetar. 

“Di-dalam, Tuan.” Seven pun tak kalah takut. Dia bingung, mengapa Tuannya itu bisa mengetahui kondisi Luna. 

Saat kakinya telah berada dalam kamar Luna, pria itu menghentikan langkahnya. Matanya menatap wanita yang terbaring lemas di tempat tidur. Sekilas dia melihat kantong infusan yang tergantung di samping tempat tidur. 

Jameson berjalan mendekati Luna dengan air mata yang masih tertahan di kelopak matanya. Dia duduk di tepi ranjang. 

Tangan kekarnya mulai menyentuh rambut Luna. Jameson mengelusnya dengan sangat lembut. Matanya menatap wajah Luna yang sangat pucat. 

“Sayang, aku pulang.” Mulutnya bergetar dan air matanya luruh seketika. 

“Maafkan, aku yang tak peka.” Jameson menangis sambil mencium punggung tangan Luna. 

Malam sudah datang. Kegelapan menguasai kamar Luna. Wanita itu mulai membuka matanya, tapi dia tak bisa melihat apapun. 

Luna merasa ada seseorang yang menggenggam tangannya erat. Dia tidur di sampingnya. Luna sedikit terkejut akan hal itu. 

“Even, apa yang kau lakukan disini!” kata Luna dengan nada sedikit tinggi, namun suaranya terdengar lemah. Dia berusaha mendorong tubuh di sampingnya yang ia kira adalah Seven. 

Jameson terbangun akan suara Luna, “Sayang, kau sudah bangun?” Pria itu langsung mengelus pucuk kepala Luna. 

Luna terkejut, bukan karena balasannya akan tetapi dia sangat mengenali suara itu. 

“J-Jameson!?” Luna tergagap karena takut, dia berusaha bangun dari tidurnya. 

Jameson mendorong tubuh Luna untuk tetap berbaring sambil menempelkan keningnya pada kening Luna. Hal itu untuk memastikan suhu badan istrinya. 

“Sayang, maaf aku terlambat,” bisik Jameson masih dengan posisi tersebut. 

Luna bisa mendengar deru nafas mereka sangat dekat. Dan saat mendengar Jameson mengatakan hal itu, dia tak kuasa menahan tangisnya. 

“Jame, aku merindukanmu,” kata Luna seakan itu adalah kalimat yang memang sangat ingin diucapkan pertama kali saat Jameson pulang. 

“Aku juga merindukanmu, Luna.” Balas Jameson langsung meraup bibir yang kini sangat dekat dengannya. 

Jameson meluapkan semua kerinduannya selama seminggu ini. Dia melahap dengan rakus bibir mungil yang masih terasa panas itu. Luna mendorong paksa tubuh Jameson dengan sekuat tenaga hingga dia melepaskannya. 

“Jame, nanti kau tertular! Aku masih demam.” Suara Luna sedikit meninggi, dia tidak mau perlakuan Jameson padanya itu malah akan membuat dirinya tertular demamnya. 

“Aku tidak peduli, sayang. Jika itu bisa meringankan sakitmu, aku akan melakukan apapun meski harus mengorbankan nyawaku.” 

Luna menggeleng sambil menangis, “Jame, jangan bilang begitu!” 

Jameson tak membalas perkataan Luna, dia kini mencium kening istrinya dengan lembut. Lalu merapikan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik istrinya. 

Meskipun dalam cahaya keremangan, Jameson masih bisa melihat betapa cantik istrinya. 

“Jame, sejak kapan kau pulang?” pertanyaan itu mulai keluar dari mulut Luna. 

Jameson kini duduk di samping Luna yang masih terbaring lemah. 

“Tadi sore,” jawabnya singkat. 

“Bagaimana kau bisa tahu kalau aku sakit?” Dan pertanyaan itulah yang membuat Luna sangat ingin tahu. 

“Kamu tidak perlu tahu, aku tahu dari mana. Yang ingin aku tanyakan padamu, bagaimana bisa kamu berbohong padaku, huh?” 

Alih-alih mendapat jawaban dari Jameson, dia malah mendapat pertanyaan yang membuat dia kesulitan. 

Luna menghembuskan nafasnya, “Aku tidak ingin membuatmu khawatir dan juga tidak mau mengganggu pekerjaanmu.”

“Berhenti memikirkan hal itu, Luna! Prioritasku adalah dirimu, aku tidak bisa membayangkan kalau kamu tidak ada dalam hidupku. Cukup lima tahun kemarin yang membuatku tersiksa.”

Tok tok tok. 

Mereka berdua menoleh ke arah pintu. Jameson sedikit kesal karena ada seseorang yang mengganggu waktunya saat bersama Luna. 

“Siapa?” tanya Jameson dengan nada kesal. 

“Saya, Tuan. Seven.”

Jameson berdecak kesal nama itu disebut. Karena dia tidak bisa melupakan kalau lelaki itu sudah mulai tidak mendengarkan apa yang dia tugaskan. Lelaki itu malah patuh kepada istrinya dibanding dirinya. 

“Ada apa?” tanya Jameson dengan malas. Dia masih duduk di samping Luna dan tak ingin beranjak dari sana. 

“Tuan Johny datang, katanya dia mendengar kalau Nyonya sedang sakit jadi dia ingin menjenguk, Nyonya.” Jelas Seven dari luar. 

“Dari mana Paman Johny tahu kalau kamu sakit?” Jameson mengerutkan keningnya bingung. “Apa dia sempat kemari saat aku sedang tidak ada di rumah?” tanyanya memastikan. 

“Selama aku sakit, tidak ada seorangpun yang tahu. Kecuali Dokter Pretty, perawatnya, Seven, dan—” Luna menghentikan kalimatnya. 

“Dan siapa?” 

“Hanya mereka saja yang tahu, Jame.” Luna sengaja tidak menyebutkan nama Navarro, karena jika dia mengatakan bahwa Ayahnya sempat merawatnya selama sakit. Itu bisa membuat Jameson marah. 

“Bagaimana Tuan?” tanya Seven dari luar. 

“Tunggu sebentar!” Jameson ingin beranjak dari duduknya namun tangannya ditahan oleh Luna. Seakan dia mengatakan jangan pergi dari sana. 

“Kenapa?” tanya Jameson menoleh. 

“Jangan pergi dari sini aku mohon!” Luna terdengar memohon. 

“Sayang, aku tidak akan meninggalkanmu, aku hanya ingin menemui Pamanku sebentar saja!” Jameson mencoba menenangkan istrinya. 

Luna menggenggam dengan erat tangan Jameson, dia benar-benar tidak ingin suaminya pergi dari sana. 

“Justru itu, aku tidak mau kau menemuinya!” tekan Luna kesal. 

“Kenapa sayang? Dia adalah Pamanku. Dia yang selama ini menghiburku selama kamu tidak ada disini.” Jameson memberi pengertian kepada Luna sambil mengelus kepala. 

“Pokoknya, kalau kamu pergi dari sini. Aku akan langsung mengunci kamarku agar kamu tidak bisa masuk kesini lagi!” Ancam Luna bersikeras. 

Jameson menghembuskan nafas panjang lalu tersenyum tipis. Sebenarnya, dia senang mendengar Luna mengatakannya. Itu berarti bahwa wanita disampingnya sudah mulai menempel padanya. 

Jameson pun terpaksa meminta Seven untuk menitipkan permintaan maaf kepada Johny karena tidak bisa menemuinya. Karena saat ini Luna sedang beristirahat total. 

Luna tersenyum puas saat perintah itu keluar dari mulut Jameson. Akhirnya mereka berdua tidur bersama tanpa ada yang mengganggu. 

To be continued

1
Emmanuel
Bahasanya keren abis.
Himawari Daon: Hehe, terima kasih kakak 🥰 Ini juga baru belajar. Ditunggu bab selanjutnya ya 🤗
total 1 replies
Yoi Lindra
Author, tolong jangan biarkan saya menunggu terlalu lama, update sekarang juga!
Himawari Daon: hehe, siap ditunggu ya gaes😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!