Rahul adalah Seorang pemuda tingkat kelas bawah, tidak sengaja memperoleh bokor kecil dan mengubah segalanya.
Ia menguasai jalan kultivasi, pengobatan, teknik abadi yang mengguncang langit dan bumi.
Simak jalan ceritanya, lucu, lugu, penuh trik dan intrik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wang Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amar Zoni.
Bagian 19.
Wang Lee benar benar tidak tahan dengan gaya feminim Push Mother, melihat ekpresi kesal di wajah Rahul. Push Mother akhirnya menghentikan permainannya.
Rahul berkata, aku akan berjanji "Abisek tersayang, dalam beberapa hari aku akan memberikan sesuatu yang bisa membuatmu lebih cantik lagi"
"Tapi ingat, kamu harus berhenti mencuci mukamu pakek urine anak lelaki"
Mendengar janji Rahul, kembali mata Abisek berbinar binar dan rona wajahnya membaik.
Dalam hati ia berkata.
"Ia selalu yakin bahwa Rahul memiliki resep kecantikan rahasia, bagaimana tidak, kulit Rahul begitu halus lebih lembut dari kulit gadis manapun yang pernah ia kenal"
"Rahul, jangan bohong aku lagi iya....Kalau tidak aku akan membencimu seumur hidup!"
"Aku tidak berbohong, sudah.. Sana pergi. Dengar suaramu membuat aku merinding" Kata Wang Lee mengusir Abisek.
Namun Abisek tidak marah sama sekali, ia sudah menganggap dirinya gadis, siapapun yang mengaggapnya lelaki maka ia akan mengajaknya berkelahi bahkan langsung menyerang tanpa ada peringatan.
Setelah Abisek pergi, Rahul duduk termenung memikirkan resep dari ilmu kecantikan.
Soal mencari uang, ia semakin terdesak. Kehidupan nenek dan adik perempuannya yang harus segera di perbaiki.
Meski sejak masuk perguruan tinggi ia tidak pernah meminta uang dari neneknya.
Rahul tahu, betapa sulit perjuangan neneknya membesarkan ia dan adiknya.
Masuk perguruan dengan nilai tertinggi di kabupaten adalah harapan neneknya dan Rahul tidak ingin mengecewakan harapan neneknya itu.
Saat sedang memikirkan nenek dan adiknya, tiba tiba ponselnya berdering.
Ia mengambil dan melihat siapa yang meneleponnya.
Lalu Rahul keluar dari ruangan dengan wajah gembira untuk menjawabnya.
Telepon itu datang dari Amar Zoni, sahabat masa kecilnya seperti teman sendiri, mereka tumbuh bersama dari SD Sampai SMU.
Amar Zoni yang sejak dari kecil mengagumi tentara, ia keluar dari sekolah dan menjadi prajurit.
Hingga dia telah selesai masa dinasnya dan mulai bekerja.
Hari ini ia melihat panggilan dari Amat Zoni, Rahul merasa sangat rindu.
Sudah dua bulan sejak terakhir bertemu, ia berencana menjenguk akhir pekan ini.
Begitu mengangkat telepon, Rahul tersenyum dan berkata.
"Halo,Amar Zoni , apa kabarmu. Aku ingin bertemu denganmu akhir pekan ini. Gimana?"
Namun suara di ujung telepon terdengar lesu, dia menjawab.
"Rahul, kamu punya uang ngak?"
"Aku baru saja dapat uang dua puluh juta dari bar, kenapa? Keluargamu butuh uang, ya?"
Rahul tidak banyak tanya, uang hasil pemerasannya masih banyak dalam sakunya. Belum ia pakai.
"Aku butuh semuanya, dua puluh juta" Kata Amar Zoni pelan, tapi tidak jelas.
Nada suaranya yang murung, tidak jelas membuat Rahul merasa ada yang tidak beres.
Ia sangat mengenal sahabatnya Amar Zoni, ia tipe orang yang tidak mudah bicara soal uang, apa lagi meminjam uang dari mahasiswa seperti dirinya.
Sebagai mantan tentara, Amar Zoni punya gaya bicara tegas dan langsung. Tapi hari ini dia benar benar berbeda.
"Ada apa sebenarnya?" Tanya Rahul langsung.
"Ngak ada apa apa, Kamu transfer aja langsung, nanti aku ganti!" Jawab Amar Zoni buru buru dan langsung mematikan ponselnya.
Rahul menatap ponselnya, kini yang terdengar.
"TUUUUUUT"
Panjang dan kening Rahul berkerut dalam.
Ia tahu betul, sesuatu telah terjadi pada Amar Zoni.
Memutuskan untuk membolos kuliah hari ini, Rahul segera keluar dari kampus dan naik taksi.
Ia menuju ke perusahaan tempat Amar Zoni bekerja sebagai satpam, toh besok adalah hari Sabtu.
ia tidak berniat mentransfer uang uang itu, Rahul berniat mengantarnya langsung. Sekaligus melihat kondisi sahabatnya itu.
Sampainya di depan perusahaan tempat Amar Zoni bekerja, Rahul langsung menelepon sahabatnya.
Tapi tak ada jawaban, hal itu semakin memperkuat kekhawatirannya.
Tiba tiba matanya menangkap keramaian dalam lobi gedung, sepertinya ada pertengkaran.
Hatinya langsung tidak enak, ia langsung bergegas masuk dan benar saja.
Rahul mendapati seorang pria gendut botak sambil menunjuk dan memaki maki Amar Zoni.
Di dalam lobi Rahul mengepalkan tinjunya kuat kuat, wajahnya merah padam. Ia melihat Amar Zoni berdiri di samping sang manager berpakaian bagus sedang tersenyum canggung pada dua orang yang ada di depannya.
Di lantai terlihat sebuah keramik besar tampak pecah berserakan.
Melihat itu Rahul segera paham situasinya.
Sepertinya Amar Zoni tidak sengaja memecahkan guci antik itu dan sekarang di minta ganti rugi.
Jika itu memang barang asli dari zaman kuno, pasti harganya sangat mahal.
Tak heran Amar Zoni sampai meneleponnya meminta uang pasti dia sedang terdesak.
Rahul mendengar si pria botak berkata lantang.
"Lebih dari seratus juta, kau pikir ini dunia lelucon, ini guci giok embun dari zaman kuno barang kesukaan Chandra Gupta. Harganya lebih dari tiga seratus Miliar, kau mau ganti rugi lebih dari seratus juta. Ha..."
Lalu ia melirik kearah pemuda di sampingnya dan berkata.
"Tuan Muda Chandra ini sudah menandatangani surat perjanjian pembelian dan sekarang kau menghancurkannya, kau mau bilang apa ke dia. Ini bukan cuma rugi pribadi, kau telah membuat malu Tuan Muda Chandra!"
Pemuda yang di panggil tuan muda Chandra akhirnya angkat bicara dengan tenang.
"Pak Mangadha, saya rasa saudara ini tidak sengaja tadi, lagi pula saya sudah tangani kontrak dengan anda, tapi tidak ada transaksi final!"
"Mungkin saya akan jadi mengecewakan orang yang ingin saya beri hadiah. Tapi itu bukan masalah besar, orang ini cuma satpam gedung dan kelihatan jelas bukan orang berada. Kalau anda meminta Seratus miliar, tentu saja sama dengan membunuhnya!"
"Bagaimana kalau kita kompromi satu miliar saja, anggap amal. Pak Mangadha kan orang terpandang, jangan sampai orang orang bilang anda memeras orang kecil?"
Pak Mangadha terdiam sejenak, berpikir dan berkata.
"Baiklah, demi Tuan Muda Chandra, saya terima satu miliar!"
Lalu Tuan muda Chandra menoleh kearah Amar Zoni dan manajer di sampingnya.
"Manajer Mahatma, saudara ini apakah bawahan anda? Saya sudah bicara, kalian pikir bagaimana yang terbaik? Ganti rugi ke Pak Mangadha?"
Amar Zoni menggenggam ponselnya erat erat, dan ia berkata lirih.
"Aku hanya punya seratus juta, itupun semuanya hanya uang tabunganku dan uang pinjaman dari temanku!"
"Saya mengakui kesalahan saya, saya akan membayar uang itu, tapi beri saya batas waktu satu tahun dan saya akan pergi mengumpulkan uang itu"
Amar Zoni setuju, pada saat ini Tuan Muda Chandra melirik kearah Manager Mahstma lagi.
Manager Mahatma mengertakkan giginya dan berkata.
"Tuan Muda Chandra, Tuan Mangadha. Jangan khawatir, saya akan mengumpulkan sisa uangnya, tolong beri saya waktu satu bulan"
"Baiklah, kalau begitu cepatlah. Sekarang cari seratus juta dulu, saya tidak punya banyak waktu di sini!" Kata tuan Muda Chandra.
"Pemimpin pleton!" Kata Amar Zoni.
"Baiklah, kamu prajuritku, selamanya tetap seperti itu. Jangan khawatir soal uang itu. Aku akan cari cara apapun, karena kita telah merusak barang milik orang lain sudah sewajarnya memberi ganti rugi" Kata Manager Mahatma.
Saksikan kisah selanjutnya cerita ini pada episode selanjutnya Bersambung ke bagian 20.