NovelToon NovelToon
DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cintapertama / One Night Stand / Beda Usia / Identitas Tersembunyi / Dark Romance
Popularitas:24k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Kevia tak pernah membayangkan hidupnya berubah jadi neraka setelah ayahnya menikah lagi demi biaya pengobatan ibunya yang sakit. Diperlakukan bak pembantu, diinjak bak debu oleh ibu dan saudara tiri, ia terjebak dalam pusaran gelap yang kian menyesakkan. Saat hampir dijual, seseorang muncul dan menyelamatkannya. Namun, Kevia bahkan tak sempat mengenal siapa penolong itu.

Ketika keputusasaan membuatnya rela menjual diri, malam kelam kembali menghadirkan sosok asing yang membeli sekaligus mengambil sesuatu yang tak pernah ia rela berikan. Wajah pria itu tak pernah ia lihat, hanya bayangan samar yang tertinggal dalam ingatan. Anehnya, sejak malam itu, ia selalu merasa ada sosok yang diam-diam melindungi, mengusir bahaya yang datang tanpa jejak.

Siapa pria misterius yang terus mengikuti langkahnya? Apakah ia pelindung dalam senyap… atau takdir baru yang akan membelenggu selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Tamu

Di sebuah klub malam, dentuman musik menghantam dinding, membuat lantai bergetar. Lampu strobo menyalak bergantian, kadang menyorot wajah-wajah penikmat malam yang mabuk, bercumbu di sudut gelap, atau berjoget liar tanpa kendali.

Di salah satu sudut, di sofa hitam dengan cahaya remang, seorang pria bermasker duduk diam. Kedua lengannya terlipat di dada, sorot matanya tajam menembus kerumunan. Ia tidak seperti bagian dari tempat itu. Terlalu tenang, terlalu dingin untuk dunia penuh euforia.

Ia menarik napas pelan, lalu mengambil sebuah map dari meja di depannya. Kertas-kertas terselip rapi. Saat map itu dibuka, cahaya lampu sempat menyorot selembar foto. Wajah Kevia Amelia.

Di balik foto itu, ada hasil tes darah dan laporan DNA.

Pria bermasker itu menatap lama, rahangnya mengeras.

“Bos,” suara seorang anak buah terdengar sopan di sampingnya, menunduk hormat. “Klien kita sudah datang.”

“Hm.” Sahutnya singkat. Pria itu bangkit, gerakannya tenang namun penuh wibawa.

Langkahnya berhenti sejenak. Suaranya terdengar datar, tapi mengandung ketegasan yang menusuk.

“Jangan lupa. Urus produser itu sampai tuntas.”

Anak buahnya mengangguk. “Siap, Bos.”

“Berani sekali dia menyentuh orangku. Pastikan tak ada lagi yang jadi korbannya.” Tatapannya dingin menembus lampu berkelap-kelip. Tak ada kompromi dalam nada suaranya, hanya perintah yang harus dijalankan.

Ia lalu berjalan meninggalkan sofa, bayangannya menyatu dengan kerumunan, namun auranya tetap berbeda. Gelap. Mengintimidasi.

Tiga Hari Kemudian...

Langit malam menaungi jalanan sepi ketika motor gambot berhenti tepat di depan pos satpam. Dari balik helm yang dilepas, tampak seorang pria tampan dengan celana bahan dan kemeja lengan panjang. Sederhana, rapi, nyaris biasa saja. Padahal, bila ditelisik lebih dalam, harga pakaiannya jelas tak sesederhana penampilannya.

“Permisi, Pak,” sapa Yoga sopan, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Apa benar Kevia Amelia tinggal di sini?”

Satpam itu menatapnya dari ujung rambut hingga kaki, ragu. “Maaf, Anda siapa, ya?”

Yoga menghela napas singkat, tetap tersenyum. “Kevia pernah menyelamatkan nyawa saya. Saya hanya ingin berkunjung… sekaligus berterima kasih.”

Satpam itu terdiam, lalu menunduk. Dalam hati bergumam, “Aku dengar Pak Ardi dan keluarganya kabur dari rumah ini. Tapi belum tahu pasti kebenarannya. Kalau benar kabur, ya… siapa tahu masih balik lagi. Soalnya, katanya Bu Rima nyuruh bodyguard-nya buat nyari mereka.”

Kening Yoga berkerut tipis. “Pak…” panggilnya, tapi si satpam terdiam, menimbang.

“Ah, begini saja.” Satpam itu buru-buru meraih ponsel, menekan nomor yang sudah sangat ia hafal. “Saya tanya dulu sama Nyonya rumah, ya.”

Yoga mengangguk. "Silakan."

Nada sambung terdengar singkat sebelum suara dingin Rima menyambar dari seberang.

“Ada apa?”

“Bu… eh, Nyonya… ada seorang pria mencari Non Kevia.” Suara satpam terdengar kikuk, kepleset lagi menyebut Bu, padahal sejak usahanya melesat, Rima lebih suka dipanggil Nyonya.

Sejenak hening. Lalu suara itu terdengar lagi, datar, nyaris tanpa emosi.

“Suruh masuk.”

Di ruang tengah, Riri menatap ibunya dengan mata penuh rasa ingin tahu.

“Siapa, Bu?” suaranya nyaris berbisik, tak mampu menahan rasa penasaran.

Rima mendengus kasar. Rahangnya mengeras, matanya berkilat tajam.

“Ibu juga nggak tahu. Katanya seorang pria nyari anak sialan itu.”

“Seorang pria?” Riri mengerutkan kening. “Nyari Kevia?”

Rima bersedekap, tarikan napasnya berat, terdengar seperti amarah yang ditahan.

“Kita lihat saja sebentar lagi,” ucapnya dengan nada dingin. “Ibu juga ingin tahu… siapa pria itu, dan buat apa nyari si anak sialan itu.”

Tak lama kemudian, bel rumah berbunyi, dan pintu besar itu terbuka. Dari dalam, Rima muncul bersama Riri. Senyum tipis mengembang di bibir keduanya, sopan, tapi tatapan mata mereka menyapu Yoga dari ujung kepala hingga kaki.

“Selamat malam,” sapa Yoga pelan, suaranya dalam.

“Kamu siapa?” suara Rima akhirnya terdengar, lembut tapi penuh wibawa. Bibirnya melengkung tipis, sekilas lebih manis dari biasanya. Matanya jatuh pada sosok pria tampan di depan pintu. Pria muda dewasa dengan rambut rapi, wajah tenang, tatapan mata tajam tapi sopan.

“Saya Yoga. Saya ke sini untuk bertemu dengan Kevia,” jawabnya singkat, sopan.

“Oh…” Riri terkekeh kecil, menutup mulutnya dengan tangan seolah malu-malu. “Ternyata pria yang mencari Kevia itu… begini rupanya. Lumayan juga.”

Rima melirik sekilas ke arah putrinya sebelum menatap Yoga lagi. Senyumnya berubah lebih lembut, seolah ingin memberi kesan ramah pada pria di depannya.

“Silakan duduk,” ucap Rima dengan suara manis.

“Terima kasih,” jawab Yoga, suaranya tenang. Ia duduk dengan punggung tegak dan bahu rileks, sikap seorang pria yang terbiasa menghadapi banyak mata. Kedua tangannya bertaut ringan di pangkuan, memberi kesan santun namun berwibawa.

Rima mengamati cara duduk itu. Tenang, penuh percaya diri, tidak ada kesan tergesa.

“Maaf, ada perlu apa, ya?” tanyanya akhirnya, suara dibuat selembut mungkin.

Yoga tersenyum sekilas. “Saya ingin berterima kasih. Karena dia sudah menolong saya.”

“Oh…” Rima mengangguk pelan, menahan napas sejenak. “Hanya untuk itu?” ucapnya lembut, tapi matanya berkilat, menelisik. Ia melirik halus ke arah motor besar yang diparkir di depan rumah, lalu kembali menatap wajah Yoga. Tidak kaya raya seperti lingkaran bisnis kelas atas, tapi ada aura mapan dan percaya diri. Bukan pria sembarangan.

"Benar," sahut Yoga singkat.

Riri menyilangkan tangan di dada, kepalanya dimiringkan dengan senyum jail. “Kupikir pacarnya Kevia. Tampangnya sih oke… tapi kelihatannya sudah dewasa, ya? Hmm… jangan-jangan sudah beristri?” Ia terkikik pelan, tatapannya melirik motor besar yang terparkir di luar. “Motor, ya? Bukan mobil? Unik juga.”

Rima menoleh sekilas pada putrinya, alisnya terangkat tipis memberi isyarat agar diam. Senyumnya kembali melunak pada Yoga.

“Maaf, tentu saja kami tidak bermaksud lancang. Hanya saja… agak mengejutkan ada pria datang jauh-jauh hanya untuk bilang terima kasih.” Ia tersenyum manis, tapi intonasi suaranya terasa menusuk halus.

Yoga membalas senyuman itu seadanya. “Terima kasih bukan hal sepele bagi saya. Jadi, kalau boleh… saya ingin bertemu langsung dengan Kevia.”

“Oh, sayang sekali…” Rima mendesah kecil, nadanya dibuat selembut mungkin, meski matanya tampak menilai. “… Kevia tidak ada di rumah. Kalau hanya untuk menitipkan sesuatu, saya bisa sampaikan padanya.” Suaranya terdengar tulus, namun ada nada samar yang menjerat.

Yoga menatap Rima sebentar, lalu menggeleng halus. “Terima kasih, Nyonya. Saya lebih memilih menyerahkan langsung kepadanya.”

“Ingin bertemu langsung, ya." Rima mendesah pelan. "Begini, sebenarnya…” nadanya dibuat selembut mungkin, meski matanya tampak menilai. “Kevia sudah beberapa hari ini tidak pulang. Kabarnya… entah ke mana.”

Riri menyeletuk cepat, suaranya ringan seakan bergurau. “Kevia memang begitu. Dia suka gak pulang tanpa kabar. Hobi sekali dekat dengan pria-pria dewasa. Hati-hati, jangan-jangan pertolongan itu cuma caranya menarik perhatian. Dia bisa tampak polos, padahal genit dan pandai menggoda.”

Yoga terdiam sejenak. Tatapannya berubah, dingin menusuk, meski bibirnya tetap tenang. Ada sedikit keterkejutan di matanya, tapi ia tidak memberi celah.

Rima menangkap sorot itu. Ia tersenyum samar, lebih halus, seolah mencoba menenangkan suasana. “Tentu saja kami hanya khawatir. Gadis muda seperti dia… kadang susah ditebak.”

Senyum Yoga tipis, namun dingin.

“Terima kasih atas informasinya. Saya akan tetap menunggu kesempatan bertemu dengannya sendiri. Kalau tak keberatan, boleh saya minta nomor ponselnya?”

Rima tersenyum, suaranya lembut namun berlapis kilah.

“Ah, maaf… Kevia itu anaknya suka gonta-ganti nomor. Nomor terakhir yang saya tahu saja… sudah tidak aktif.”

Riri menghela napas panjang, pura-pura sebal.

“Dia memang begitu. Banyak teman pria, jadi sering ganti nomor. Katanya biar nggak dikejar-kejar. Hehe…” Senyumnya manis, tapi matanya berkilat licik.

Yoga menatap keduanya sejenak, sorotnya sulit terbaca. “Seperti itu, ya? Kalau begitu… saya pamit.”

...🌸❤️🌸...

Next chapter...

“Kemala…! Astaga, Kemala!”

Kevia bergegas, hampir terjatuh ketika melangkah tergesa masuk ke kamar.

To be continued

1
Siti Jumiati
jangan diam aja kevia kalau kamu benar2 cinta dan engak mau kehilangan pria misterius itu,
ayo semangat kejar cintamu sebelum ia diambil orang lain ntar nyesel Lo...
walaupun kamu belum tau wajahnya tapi kamu kan tau ketulusan cintanya itu benar2 nyata,
dia rela memberikan apapun yang ia miliki kalau kamu mau menikah dengannya,tunggu apalagi kevia...
selama kamu bersama ia terasa nyaman dan terlindungi itu sudah cukup.
semangat lanjut kak Nana sehat selalu 🤲
Cicih Sophiana
karena kamu sdh merasa nyaman dengan dia... maka kamu sekarang sdh mencintai nya Kevia tanpa sadar kamu takut kehilangan dia..
abimasta
begitulah disaat dekat di tolak setelah pergi baru mikir,semangat kevia..yoga pasti datang lagi
Cicih Sophiana
SINTING tunjukan wajah ganteng mu yg paripurna nya dong... biar Kevia meleleh seperti coklat kena panas
Hanipah Fitri
Kevia ternyata cinta nya sama sinting bukan yoga, walaupun dgn org yg sama
love_me🧡
kalau kamu dipecat lamar aja di bos Yoga kalian itu sebenarnya orang baik cuma salah tempat kerja aja
Endang Sulistiyowati
pahamilah perasaan dan mantabkan hatimu dulu Via. setelah yakin kejarlah. kamu memang masih muda, tp ga ada salahnya kalo kamu kejar impian kamu setelah menikah. Toh kamu nikahnya sama orang kaya, ga perlu masak,cuci baju, beresin rmh, wkwkwkkk 😂
anonim
Belum ada dua puluh empat jam setelah ketemu Sinting hari ini kamu gelisah sendiri Kevia.
Takut kehilangan - salah kamu sendiri selalu bicara tidak mengenakkan Sinting. Sinting cinta sama kamu - sepertinya kamupun sudah ada rasa terhadap Sinting. Kamu masih bocah jadi belum bisa berfikir jernih - marah-marah mulu bawaanmu.
Siti Jumiati
kalian itu sebenarnya sama2 cinta dan juga sama2 bucin...
knapa kamu gk rela kehilangan pria misterius karena dia sebenarnya yoga orang yang selama ini kamu sukai
kalau cinta yang bilang aja cinta jangan kamu bohongi dirimu sendiri.
anonim
Posesif banget nih Sinting - Kevia tak boleh bersama pria lain.
Menyuruh Kevia keluar dari Kafe dengan mengirimi foto intim Kevia bersamanya - bikin emosi saja nih orang 😁.

Akhirnya Kevia masuk ke mobil Sinting - terjadi pembicaraan yang bikin Kevia marah. Benar nih Kevia tidak mau menikah sama Sinting - ntar kecewa lho kalau sudah melihat wajahnya.
Kevia menolak menikah - disuruh keluar dari mobil.
Apa benar Sinting mulai hari ini tidak akan menghubungi atau menemui Kevia lagi. Bagaiman Kevia ??? Menyesal tidak ? Hatimu sakit ya...sepertinya kamu sudah ada rasa sama Sinting - nyatanya kamu tidak rela kehilangan dia kan ??
Dek Sri
semoga Rima tidak menemukan kevia
Anitha Ramto
Yoga anak buah si Rima ajak kerja sama saja sama kamu...untuk menjebak si Rima
Anitha Ramto
sekarang kamu baru tahu rasanya kehilangan kan Via...,kamu jangan egois jadi orang,di ajak hidup bersamanya kamu selalu meolak,,,

biarkan Yoga menjauhi Kevia dulu biar Kevia sadar bahwa Pria misterius itulah yang selalu melindunginya dan menginginkannya dengan sepenuh hati,,dengan tulus
Hanima
ya rugi lah kalau di lepas Viaaa 🤭
Felycia R. Fernandez
naaah kan,makanya tahan emosi,kontrol omongan...
klo sekarang jadi serba salah kan...
sabar aja dulu,Selami hati mu.ntar juga ayank mu balik lagi kok Via...
setelah itu jangan sering marah marah lagi ya,hati dan tubuh mu butuh dia.
Felycia R. Fernandez
ingat dulu mau makan aja mereka sulit...
sekarang udah bisa pesan...
hidup seperti roda,dulu dibawah, sekarang diatas...🥰🥰🥰🥰
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Felycia R. Fernandez
😆😆😆😆😆😆
abimasta
hatimu sudah terpaut dalam di hati yoga jadi sakit jika ditinggalkan
Puji Hastuti
Kevia kenapa kamu membohongi diri sendiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!