Cintai Aku Kumohon

Reeva menggeliatkan tubuhnya, cahaya matahari pagi yang mengintip dari celah-celah gorden, seakan menyambut reeva di pagi yang cerah itu. Ia turun dari ranjang empuknya, reeva menyibakkan gorden dan membiarkan cahaya matahari masuk dengan bebas, reeva mengerjap-ngerjapkan mata indahnya.

"tok..tok.."

Suara ketukan di pintu kamar terdengar pelan, reeva menyeret langkahnya membuka pintu. Buk normah, istri pak lukman ART di rumah ini, wanita berusia sekitar 50 tahunan itu tersenyum di ambang pintu, begitu reeva membuka pintunya.

"selamat pagi nyonya, sarapan sudah terhidang di meja makan, apakah nyonya butuh sesuatu, atau perlu saya antar kemari sarapannya?" senyum sopan bu normah, membuat reeva tersenyum sungkan,

"jangan panggil nyonya buk, cukup reeva saja" pinta reeva dengan wajah manyun manjanya,"udah 2 minggu loh saya minta buk normah jangan panggil nyonya, risih buk" rengek reeva mengerjap-ngerjapkan matanya lucu. Buk normah tergelak melihat tingkah lucu istri majikannya itu, "saya panggil eneng saja, boleh?"

"itu juga bagus, oke deal yah" ujar reeva meraih tangan buk normah, menjabatnya erat dan mengoyang-goyangkan tangannya, buk normah semakin tergelak. Sejak hari pertama reeva berada di rumah ini, suasana rumah sudah terasa hangat, suara tawanya yang riang, matanya yang selalu berbinar indah membuat buk rosmah sangat menyayangi nyonya ciliknya itu, usianya yang sebaya dengan satu-satunya putrinya yang tinggal di kampung bersama orangtuanya, membuat buk rosmah menyayangi reeva, walau ada rasa iba di hatinya. Nyonya ciliknya itu bukanlah pengantin yang diinginkan tuannya, apalagi di hari pertama pernikahan mereka, reeva di tinggal pergi begitu saja oleh tuan birru yang memilih pergi ke eropa dengan teman-temannya untuk menonton pertandingan bola. Keceriaan gadis cilik ini, mencuri hati buk normah dan suaminya yang setiap hari menemani.

"buruan mandi neng, trus turun sarapan, karena sebentar lagi nona kelly akan datang" ujar bu rosmah mengingatkan reeva yang terlihat terkejut, rasa malas melanda reeva, dengan mendengus malas, ia menganggukkan kepalanya, dan tersenyum manis pada buk normah yang mengelus lengannya lembut.

Kelly, asisten pribadi yang birru siapkan untuk reeva, benar-benar wanita yang disiplin, ia selalu tepat waktu, hadir setiap pukul 8 pagi tepat, wanita berusia 29 tahun itu, cukup pendiam dan juga tegas, penampilannya yang selalu bercelana dan jas, terlihat sedikit tomboy di mata reeva, rambut panjangnya selalu diikat kuda, rambut hitam tanpa poni, memiliki hidung mancung, dan berkulit kuning langsat. Kelly wanita cantik, tomboy dan pendiam di mata reeva, tidak pernah berbicara hal yang tidak penting sekalipun. wanita cantik itu tetap bersikukuh memanggil reeva nyonya, walaupun gadis itu selalu protes dan meminta kelly hanya memanggil nama.

"sudah sarapan, mbak?" tanya reeva yang sudah berpakaian rapi, mengenakan blouse berbahan rajut berwarna mocca bergaris putih, dan bawahan rok berwarna putih tulang yang mengembang. Penampilan reeva mulai berubah, kulitnya semakin bersih, karena kelly membawanya treatment ke berbagai tempat klinik kecantikan, rambutnya yang mulai panjang melewati garis telinganya, juga sudah dirapikan kemarin di salon yang cukup ternama di jakarta. Cara berpakaian reeva juga tak luput dari perhatian kelly, cara berpakaian reeva terlihat lebih feminim dan anggun, namun disesuaikan dengan usianya yang masih remaja.

"sudah nyonya.." sahut kelly singkat menganggukkan kepalanya sopan.

"hehhhhh" desah nafas reeva terdengar kesal, namun ia tak lagi protes, panggilan nyonya itu sungguh menyebalkan di telinganya.

"kita berangkat sekarang?" reeva bertanya riang, namun ia tetap melangkah keluar,tanpa menunggu jawaban kelly menuju ke tempat pak lukman yang sudah menunggu dengan mobil. Kelly tidak menjawab, ia hanya mengangguk dan mengikuti istri majikannya itu dari belakang.

"hari ini kita kemana mbak?" tanya reeva sopan. Ia duduk di belakang dengan tenang, netranya menatap kelly yang membuka tabnya.

"hari ini kita ke tempat les etika, nyonya. jadwal nyonya hari ini hanya di tempat itu"

"heumm.." reeva menggumam seraya mengetuk- ngetuk dagunya, bola matanya berputar-putar lucu, dan tingkahnya itu tak urung membuat kelly dan pak lukman tersenyum.

"kalau kita seharian di situ?, gimana dengan makan siang kita?" reeva menatap kelly penuh tanya, asisten itu menganggukan kepalanya sebelum menjawab.

"saya sudah mereservasi sebuah restoran, untuk makan siang nanti, nyonya. Sekaligus mempraktekkan hasil latihan anda nanti"

"hadeuhhh.." gumam reeva sebel, "makan saja pun pakai-pakai latihan segala"

"harus nyonya, karena anda adalah nyonya besar di keluarga naratama, tuan satu-satunya keturunan laki-laki, dari anak laki-laki, tuan besar farhan, kakek tuan birru, jadi nyonya harus bisa dan siap" kata kelly terdengar seperti sebuah peringatan.

"iya, aku tahu" sahut reeva pelan, ia menyandarkan tubuhnya dan menatap jalanan dengan tenang. Tak ada lagi pembicaraan di dalam mobil, reeva hanya diam seribu bahasa.

"hai..adrian" sapa reeva riang, menepuk lengan seorang pria yang juga berada di halaman restoran yang sama, kelihatan pria itu baru saja tiba. Pria itu menoleh, ia mengernyitkan matanya, tatapan heran terlihat. Ia kelihatan sedang berpikir, siapa gadis yang sedang menyapanya ini.

"ohhh..astaga" serunya sembari menepuk jidatnya,"reeva.." matanya menatap tak percaya, "apa yang kamu lakukan disini, tunggu..apa yang terjadi denganmu?" tanya adrian mengamati penampilan reeva dari atas ke bawah, gadis belia ini, ternyata..cantik.

"nyonya..kita pulang sekarang" ajak kelly cepat, tangannya menuntun tangan reeva menuju ke mobil mereka yang parkir tak jauh dari mobil adrian. Mata kelly sempat memindai adrian dengan tatapan dinginnya. Reeva melambaikan tangan, senyum manisnya terlihat melebar, sementara adrian masih terperangah, dengan mulut setengah terbuka.

"ada apa denganmu?, katupkan mulutmu itu, atau lalat akan bertelur di dalam mulutmu" tegur birru yang baru keluar dari toilet yang berada di samping restoran, menepuk bahu adrian yang masih menatap ke arah reeva hilang tadi.

"reeva..birru, reeva..." tergeragap adrian menyebut nama istri temannya itu, mata birru memicing tak suka,

"ada apa dengan reeva?" cecarnya tak sabar, menatap adrian yang seperti orang linglung. Jari telunjuk adrian menunjuk ke arah mobil yang membawa reeva pergi, birru menoleh ke arah jari adrian, namun ia tidak melihat apapun.

"ada apa adrian?, kamu seperti melihat hantu saja" tukas birru hendak melangkah meninggalkan adrian.

"reeva..., dia cantik sekali" ucap adrian satu nafas, hembusan nafasnya terdengar lega.

Birru menoleh kembali, ke arah jari adrian tadi menunjuk, keningnya berkerut, menandakan birru sedang kebingungan.

"kita langsung ke rumahmu saja birru, aku penasaran, kenapa reeva bisa berubah sedrastis itu" ceracauan adrian terdengar mendesak dan penasaran, wajah birru langsung berubah

"kenapa kamu penasaran dengan istriku?" tukas birru cepat menatap adrian tak suka, adrian memicingkan mata, rasa heran menguasainya, selama ini ia tahu birru tidak pernah menyematkan kata 'ku' kepada seorang wanita manapun,namun ucapannya barusan membuat adrian terdiam. ia tersenyum penuh arti dan itu semakin membuat birru kesal.

"ada apa dengan senyumanmu itu?" tanya birru semakin kesal, melihat adrian tersenyum dan mengedipkan matanya sebelah.

Bersambung...