bagaimana jadinya jika putri seorang pengedar narkoba terpaksa harus bersembunyi dipesantren karna bandar narkoba terobsesi kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aqilaarumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
" Maaf bos sepertinya nona Risa sudah tidak berada dipesantren itu"
Bugh
Bugh
" Bodoh kalian kenapa kalian tidak pernah becus mencari wanitaku"
" Maafkan kami tuan"
" Dan sepertinya nona Risa sudah menikah dengan Gus itu"
" Apa"
Rahang berneto mengeras,ia mengempalkan tangannya hingga memperlihatkan urat urat tanganya.
Plakkkkkk
Satu tamparan mendarat di pipi pria berkulit hitam itu,ia tetap menunduk menujukan rasa hormatnya kepada berneto maharta.
" Kurang ngajar,siapa yang berani menikahi Risaku"
" Dia pemilik lestoran,makanan halal ku tuan,dan kemarin tuan inves secara besar besaran kelestoran mereka"
" Kurang ngajar,akan kubuat perhitungan dengan orang itu"
Brakkkkk
Berneto kembali memukul mejanya lalu kemudian tersenyum.
" Gus Zai ternyata selama ini adalah suami dari Risa, begitu rupanya."
"Tapi sepertinya ia benar benar tidak tau tentang keberadaan nona Risa tuan"
"Cari tahu semuanya tentang Risa dan Gus Zai itu"
"Baik Tuan"
Sementara dipesantren Gus Zai meringis kesakitan saat luka lukanya dibersihkan oleh ummi Fatimah.
" Auuuuuuu"
" Kira kira siapa orang orang itu ummi kenapa mereka mencari istriku,apa mungkin mereka orang jahat"
Gus Zai bangkit dari duduknya.
"Eh kamu mau kemana luka kamu belum selesai diobati nak"
" Aku mau cari istriku ummi,aku takut dia dalam keadaan bahaya"
" Duduklah dulu obati dulu lukamu,memangnya kamu sudah tahu Risa ada dimana"
Gus Zai mengeleng dengan tatapan yang begitu pedih.
" Belum ummi"
Ummi menghembuskan nafas beratnya.
" Mendingan kamu minta bantuan ustadz Aiman untuk mencari Risa"
" Ummi benar mendingan aku minta bantuan keustadz Aiman"
" Dan ummi ingin kamu istirahat dulu malam ini besok baru kamu lanjut mencari Risa"
" Tapi ummi"
" Ngak ada tapi tapian, dengarkan nasihat ummi"
Gus Zai melemah akhirnya memilih kembali duduk.
Keesokan harinya Gus Zai menemui ustadz Aiman.
"Ustadatz aku ingin meminta bantuan mu"
" Maaf ya ustadzh kalau untuk mencari orang hilang aku tidak bisa"
" " Kok kamu tahu aku ingin minta bantuan untuk mencari istri ku"
" Apalagi coba yang membuat wajah Gus Zai kusut begini,lagi pula satu pesantren ini juga sudah tahu tentang perginya Risa,lagian Gus si giliran udah pergi baru dicari"
" Kalau begitu Carikan aku seorang detektif yang bisa menemukan Risa"
" baiklah akan kukenalkan dengan seorang detektif yang terkenal,tapi ingat Gus bayaranya mahal"
" Aku tidak peduli"
_______
Ning Salwa kembali memandangi vas bunganya yang sudah setengah bulan kosong, semenjak ia mendengar tentang perginya Risa dari pesantren ini disaat itu pulalah Gus Zai tak lagi mengirimkanya sesuatu baik bunga,makanan atau apapun itu.
Ning Salwa menghelai nafas beratnya,ternyata apa yang ia takutkan selama ini,kembali membelenggu jiwanya, ketakutan kalau ternyata Gus Zai mempermainkan perasaannya untuk yang kedua kalinya.
Bukankah perempuan itu mengatakan akan pergi dan dia dan Gus Zai akan kembali bersatu tanpa penghalang lagi.
Tapi mengapa disaat Risa telah benar benar pergi,Gus Zai seolah ikut menjauh darinya.
Ning salwa meraih sebuah kertas diatas nakas.
"Sekarang waktunya Gus kita pergi ke Kairo,pergi kekota impian kita"
Setelah mendapat kabar kalau keduanya lulus dikairo,pihak kampus dari sana mempercepat keberangkatan mereka.namun Gus Zai terlalu sibuk mencari Risa sehingga mengabaikan Ning Salwa.
Saat Ning Salwa berjalan tidak sengaja ia berpapasan dengan Gus Zai namun seperti sebelum sebelumnya Gus Zai seperti mengabaikanya.
Ketika ia berjalan beberapa langkah
Melewati Gus Zai.
"Maaf"
Satu kata keluar dari mulut Gus Zai,kata itu sukses membuat dada Ning Salwa merasa sesak.
Ning Salwa tersenyum getir.
"Aku sudah terima surat dari Kairo,maaf aku tidak bisa pergi bersama mu, aku harus mencari istriku.maaf jika aku menyakiti mu lagi"
Setelah mengatakan itu langkah Gus Zai terdengar menjauh darinya.
Ning Salwa hanya diam, lidahnya keluh air matanya tertahan,ia tidak tau harus mengatakan apa.
Gus Zai seperti menekankan kata istri, seolah menjelaskan kepda Ning Salwa akan posisinya.
Dan untuk kedua kalinya ia merasakan kekecewaan yang amat mendalam terhadap laki laki itu.
Disaat dulu ia telah menerima takdirnya tapi Gus Zai datang kepadanya seolah memberi harapan kalau dialah satu satunya perempuan yang pantas berada disisi nya.
Namun kenyataannya harapannya dihempaskan sejatuh jatuhnya.
Hingga beberapa menit Ning Salwa terpaku ditempatnya.
Sampai akhirnya ia melanjutkan langkahnya yang terasa berat seiring dengan air mata yang ingin tumpah tapi berusaha ia tahan.
Sepanjang langkahnya hanya ada sebuah kekosongan kehampaan yang tiada akhir.
Kini dia dan Gus Zai tidak akan pernah menjadi satu, perlahan mimpi mimpi yang mereka Rajuk perlahan mulai tertinggal seiring langkah kakinya.
"Tuntun aku ya Allah,bersihkan hatiku dari perasaan dendam,sembuhkan hatiku dari rasa sakit,bantu aku melupakan semua yang tidak engkau takdirkan untuk ku" lirihnya suara yang tadinya biasa biasa saja kini terdengar serak.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya mencoba menyembunyikan air mata yang tidak bisa terbendung lagi.
Dalam doa terdapat tangis yang begitu tulus.air mata yang selalu kita benci namun nyatanya mampu membuat hati kita sedikit tenang.
Perlahan tapi pasti rasa sakit itu akan sembuh dengan sendirinya jika kita berusaha untuk ihklas dengan takdir yang sudah digariskan untuk kita.
semoga risa bisa jujur sama gus tetang semuanya
kamu harus cerita risa semua yg menimpa keluarga kamu sama zai
pasti bisa ngajk risa plng