NovelToon NovelToon
Cerita Horor (Nyata/Fiksi)

Cerita Horor (Nyata/Fiksi)

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Matabatin / Kutukan / Tumbal
Popularitas:842
Nilai: 5
Nama Author: kriicers

Villa megah itu berdiri di tepi jurang, tersembunyi di balik hutan pinus. Konon, setiap malam Jumat, lampu-lampunya menyala sendiri, dan terdengar lantunan piano dari dalam ruang tamu yang terkunci rapat. Penduduk sekitar menyebutnya "Villa Tak Bertuan" karena siapa pun yang berani menginap semalam di sana, tidak akan pernah kembali dalam keadaan waras—jika kembali sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kriicers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14•

Matahari Pekanbaru mulai condong ke barat, sinarnya yang keemasan menyapu dedaunan rimbun di Desa Sungai Enok. Empat sekawan, Roni, pemuda berbadan tegap dengan jiwa petualang; Sinta, gadis cerdas dan pemberani dengan tatapan mata yang selalu ingin tahu; Bima, si jenaka yang selalu mencairkan suasana tegang; dan Maya, yang paling sensitif di antara mereka, berkumpul di bawah pohon beringin tua di tepi desa. Perbincangan mereka sore itu tertuju pada sebuah sumur tua yang terletak di tengah hutan kecil, tak jauh dari desa mereka. Sumur itu telah lama ditinggalkan, ditumbuhi lumut tebal dan dikelilingi semak belukar yang liar. Konon, sumur itu menyimpan kisah-kisah mistis yang membuat bulu kuduk merinding.

“Kalian pernah dengar cerita tentang sumur tua itu?” Roni memulai, suaranya sedikit lebih rendah dari biasanya, mencoba menciptakan suasana misterius.

Sinta mengangguk, “Tentu saja. Katanya, dulu ada seorang wanita yang bunuh diri di sana karena patah hati. Arwahnya gentayangan, menarik siapa saja yang berani mendekat.”

Bima tertawa kecil, “Halah, itu kan cuma cerita kakek-kakek zaman dulu untuk menakut-nakuti anak kecil agar tidak bermain terlalu jauh. Mana ada hantu di zaman sekarang?”

Maya, yang sejak tadi diam, tiba-tiba bergidik. “Aku merasakannya… ada sesuatu yang tidak beres dengan sumur itu. Setiap kali aku membayangkannya, bulu kudukku langsung berdiri.”

Roni tersenyum penuh semangat. “Nah, justru itu menarik! Bagaimana kalau malam ini kita membuktikan sendiri? Kita datangi sumur itu dan lihat apakah benar ada penunggunya.”

Sinta tampak ragu sejenak, namun rasa penasarannya lebih besar daripada ketakutannya. “Baiklah, aku ikut. Tapi kita harus berhati-hati.”

Bima, meskipun awalnya скептический, tidak ingin dianggap penakut. “Oke, aku juga ikut. Sekalian kita bawa senter yang paling terang.”

Maya menelan ludah. Ketakutannya masih menyelimutinya, namun ia tidak ingin mengecewakan teman-temannya. “Aku… aku juga ikut,” ucapnya pelan.

Malam itu, setelah memastikan seluruh desa terlelap, keempat sekawan itu berjalan menuju hutan kecil dengan membawa dua buah senter dan sebotol air. Suasana malam begitu sunyi, hanya suara jangkrik dan desiran angin yang sesekali terdengar. Semakin dekat mereka dengan sumur, semakin kuat aura mistis yang mereka rasakan. Pepohonan tampak lebih gelap dan menyeramkan, seolah mengawasi setiap langkah mereka.

Akhirnya, mereka tiba di depan sumur tua itu. Penampilannya persis seperti yang mereka bayangkan: gelap, berlumut, dan dikelilingi semak belukar yang tampak seperti tangan-tangan kurus yang siap mencengkeram. Bau tanah lembap dan sesuatu yang amis samar-samar tercium di udara.

Roni menyalakan senternya dan mengarahkannya ke dalam sumur. Kegelapan pekat menyambut mereka, hanya sesekali terlihat pantulan cahaya di permukaan air yang tampak tenang dan dalam.

“Ada apa-apa?” bisik Sinta, merapatkan jaketnya.

“Sepertinya tidak ada,” jawab Roni, masih mengamati kegelapan di dalam sumur.

Tiba-tiba, Bima berteriak kaget. “Lihat itu!”

Mereka semua menoleh ke arah yang ditunjuk Bima. Di permukaan air sumur, tampak samar-samar bayangan seperti rambut panjang yang mengapung.

“Itu pasti rambut wanita yang bunuh diri itu,” bisik Maya dengan nada gemetar.

Rasa takut mulai mencengkeram hati mereka. Namun, rasa penasaran masih mengalahkan keinginan untuk segera melarikan diri.

Roni mengambil sebuah batu kecil dan melemparkannya ke dalam sumur. Bunyi “byur” terdengar memecah kesunyian malam. Mereka semua menahan napas, menunggu reaksi. Beberapa saat kemudian, tidak terjadi apa-apa.

“Mungkin hanya ilusi,” kata Sinta, mencoba menenangkan diri dan teman-temannya.

Tiba-tiba, dari dalam sumur terdengar suara gesekan pelan, seperti kuku yang menggaruk dinding batu. Suara itu semakin lama semakin keras dan mendekat. Mereka semua mundur beberapa langkah, jantung mereka berdegup kencang.

Lalu, munculah sebuah tangan dari dalam sumur. Tangannya pucat pasi, kurus kering dengan kuku-kuku panjang yang menghitam. Jari-jemarinya bergerak-gerak, seolah mencari sesuatu untuk digenggam.

Ketakutan yang selama ini hanya mereka dengar dalam cerita kini menjadi kenyataan yang mengerikan. Tanpa berpikir panjang, mereka semua berlari menjauhi sumur secepat mungkin. Mereka tidak peduli lagi dengan rasa penasaran, yang ada di benak mereka hanyalah bagaimana caranya selamat dari kejaran makhluk mengerikan itu.

Mereka terus berlari tanpa menoleh ke belakang, hingga akhirnya tiba kembali di desa yang tampak sepi dan damai. Mereka langsung menuju rumah Roni dan mengunci semua pintu dan jendela.

Napas mereka masih tersengal-sengal, dan keringat dingin membasahi tubuh mereka. Mereka saling bertukar pandang, wajah mereka pucat pasi karena ketakutan.

“Apa… apa itu tadi?” tanya Maya dengan suara bergetar.

“Aku tidak tahu, tapi yang jelas itu bukan hantu biasa,” jawab Roni, matanya masih memancarkan ketakutan.

Sinta tiba-tiba teringat sesuatu. “Dulu, kakek pernah cerita kalau sumur itu dulunya adalah tempat penyimpanan harta karun seorang saudagar kaya. Katanya, ada penjaganya yang akan muncul jika ada orang yang mencoba mengambil harta itu.”

Bima terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. “Tidak mungkin. Cerita hantu wanita bunuh diri itu lebih masuk akal.”

Namun, Roni menggelengkan kepalanya. “Aku rasa Sinta benar. Tangan itu… tidak terlihat seperti tangan hantu. Terlalu… nyata.”

Mereka semua terdiam, mencoba mencerna semua kejadian mengerikan yang baru saja mereka alami. Rasa penasaran mereka telah membawa mereka pada sebuah kenyataan yang jauh lebih menakutkan daripada sekadar cerita mistis.

Keesokan harinya, mereka memberanikan diri untuk kembali ke sumur itu di siang hari. Mereka membawa beberapa peralatan sederhana, seperti tali dan ember. Dengan hati-hati, Roni mencoba mengintip ke dalam sumur. Airnya tampak keruh, dan tidak ada tanda-tanda tangan mengerikan yang mereka lihat semalam.

Dengan bantuan tali, Bima mencoba menurunkan ember ke dalam sumur untuk mengambil air. Namun, setelah beberapa saat, ember itu terasa tersangkut sesuatu. Bima menarik talinya dengan sekuat tenaga, dan akhirnya ember itu berhasil diangkat.

Betapa terkejutnya mereka ketika melihat isi ember tersebut. Bukannya air, mereka menemukan beberapa kepingan tulang belulang manusia dan sebuah kotak kayu kecil yang sudah lapuk.

Dengan hati-hati, Roni membuka kotak kayu itu. Di dalamnya, mereka menemukan beberapa perhiasan emas kuno dan beberapa koin perak yang tampak berharga.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki mendekat. Mereka semua menoleh dan melihat seorang kakek tua, kepala desa mereka, berdiri tidak jauh dari mereka dengan wajah terkejut.

“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya kakek itu dengan nada curiga.

Roni mencoba menjelaskan apa yang mereka temukan, namun kakek itu tampak semakin marah.

“Kalian tidak seharusnya mengganggu tempat ini!” bentaknya. “Sudah puluhan tahun rahasia ini terkubur dengan aman!”

Melihat reaksi kakek itu, Sinta mulai curiga. “Rahasia apa, Kek?” tanyanya dengan nada hati-hati.

Kakek itu menghela napas panjang, lalu mulai bercerita. “Dulu, memang ada seorang saudagar kaya yang menyimpan harta karunnya di sumur ini. Namun, ia tidak mempercayai siapa pun untuk menjaganya. Jadi, ia menyewa seorang pria dengan gangguan jiwa untuk tinggal di dekat sumur dan menakut-nakuti siapa saja yang berani mendekat. Pria itu memang memiliki tangan yang cacat dan kukunya sangat panjang. Setelah saudagar itu meninggal, pria itu tetap tinggal di sana, menjaga harta karun itu sampai akhir hayatnya.”

Keempat sekawan itu terdiam mendengar cerita kakek kepala desa. Jadi, tangan mengerikan yang mereka lihat semalam bukanlah hantu, melainkan tangan seorang penjaga harta karun yang sudah meninggal dunia.

“Lalu… tulang belulang ini?” tanya Maya, menunjuk kepingan tulang di dekat mereka.

Kakek itu kembali menghela napas. “Pria itu… dia tidak benar-benar waras. Siapa pun yang berani mendekat ke sumur, akan dianggapnya sebagai ancaman. Sudah beberapa kali ada orang yang hilang di sekitar sini. Aku… aku selalu berusaha menyembunyikan kebenaran ini demi menjaga ketenangan desa.”

Pengakuan kakek kepala desa itu membuat keempat sekawan itu terkejut sekaligus merasa bersalah. Rasa penasaran mereka telah membawa mereka pada sebuah rahasia kelam yang selama ini disembunyikan.

“Lalu, apa yang akan kita lakukan sekarang, Kek?” tanya Roni.

Kakek itu tampak berpikir sejenak. “Kita harus mengembalikan semua ini ke tempatnya semula. Dan kita tidak boleh menceritakan kejadian ini kepada siapa pun. Biarkan rahasia ini tetap terkubur, demi kedamaian desa kita.”

Malam itu, dengan bantuan kakek kepala desa, mereka mengembalikan tulang belulang dan kotak berisi perhiasan ke dalam sumur. Mereka menutup kembali sumur itu dengan batu-batu besar dan menimbunnya dengan tanah.

Sejak saat itu, sumur tua di tengah hutan kecil itu kembali menjadi tempat yang sunyi dan terlupakan. Keempat sekawan itu belajar sebuah pelajaran berharga tentang bahaya rasa penasaran yang berlebihan dan pentingnya menghormati batasan-batasan yang ada. Mereka sepakat untuk menyimpan rapat-rapat rahasia mengerikan yang mereka temui di dalam sumur, demi menjaga kedamaian dan ketenangan Desa Sungai Enok. Namun, bayangan tangan pucat dengan kuku-kuku hitam panjang itu akan selamanya terukir dalam ingatan mereka, sebagai pengingat akan petualangan malam yang nyaris merenggut nyawa mereka.

1
Kriicers
terimakasih bagi yangg sudahh membaca ya gaes ,apakah enak di gantung?😭🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!