LANJUTAN NOVEL "AKU BUKAN WANITA MURAHAN"
Zaline Haena Cruise harus menjadi seorang Presdir di usianya yang masih muda. Wanita itu menjadi pemegang saham terbesar di PT. Cruise Kontruksi setelah kakeknya meninggal dunia.
Banyak sekali yang telah ia alami saat masih kecil karena keserakahan keluarganya sendiri. Namun kini ia bisa menjalani hidup lebih baik atas bantuan kakaknya Zionel Cruise.
Perusahaan yang ia pegang bersama kakaknya tentu saja tidak mudah menuju kesuksesan, apalagi ada perusahaan konstruksi baru yang terus saja menjadi pesaing mereka.
Namun siapa sangka, Zaline Haena Cruise justru harus jatuh cinta pada pemilik perusahaan pesaing tersebut.
Bagaimana kisah cinta mereka???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💞💋😘M!$$ Y0U😘💋💞, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memilih Gaun
Dua hari sebelum serah terima jabatan...
Benny mempercepat langkah kakinya menuju ruang kerja Alvaro, saat ia sudah sampai di depan pintu. Ia langsung mengetuknya dan masuk setelah mendengar jawaban dari sahabatnya. Benny tersenyum lebar sambil menyembunyikan sebuah kartu undangan berwarna merah di belakang tubuhnya.
Alvaro mendongakkan kepalanya seraya menatap Benny yang tersenyum tidak seperti biasanya. Pria itu langsung menyipitkan matanya.
"Jika kau tersenyum seperti ini, artinya ada sesuatu yang sangat menyenangkan buatmu namun mengesalkan buatku Ben." celetuk Alvaro.
Benny akhirnya terkekeh lalu memperlihatkan undangan itu pada Alvaro.
"Sudah kuduga, kita pasti menerima undangannya." ujar Benny seraya memberikan undangan itu pada sahabatnya.
Alvaro sontak mengambil dan membacanya. "Lalu?"
"Tentu saja kita harus pergi Al. Setidaknya perusahaan Cruise sudah mengakui keberadaan kita."
"Aku tak perlu mengatakannya lagi padamu. Kau saja yang pergi bersama Leo."
"Kau harus pergi Al. Aku tahu kau tak suka keramaian, tapi sudah saatnya kau keluar dari zona nyamanmu itu. Pesta ini adalah kesempatan bagi kita untuk mengenal para pembisnis kontruksi juga klien penting mereka. Bukankah kau ingin perusahaan kita mengalahkan mereka. Bukankah kau ingin menunjukkan pada ayahmu jika perusahaan yang kau bangun sangatlah berhasil."
Alvaro berpikir sejenak lalu ia beranjak dari tempat duduknya seraya mendekati Benny.
"Haruskah ke pesta untuk membuat perusahaan kita maju?" tanya Alvaro sambil menepuk pundak Benny.
"Ck... ini bukan masalah pestanya Al, tapi siapa saja yang akan datang itulah yang penting. Dan sungguh aku sangat ingin melihat Presdir baru itu." jawab Benny.
"Dasar buaya air tawar." ejek Alvaro membuat Benny melepaskan tawanya.
"Aku hanya penasaran, wanita ini tentu saja tidak akan bisa aku dapatkan Al. Setidaknya aku bisa melihatnya, dan bisa mengobati rasa penasaranku ini."
"Apa kau tahu, di apartemenku ada orang cepat mati karena selalu penasaran."
Seketika Benny mengumpat. "Kau sedang menyumpahiku? Sebelum aku mati, aku akan mencekikmu terlebih dahulu yang keras kepala ini."
Alvaro akhirnya melepaskan tawanya.
"Jadi bagaimana?" tanya Benny lagi.
"Kapan aku bisa menolak ucapanmu Ben. Ini demi perusahaan kan, aku akan ikut." jawab Alvaro.
"Keren... itu baru Alvaro Yugosa."
"Berhentilah memanggil nama itu Ben."
"Pada kenyataannya itu memang namamu Al."
"Nama belakangku Ben, jangan pura pura bodoh."
"Ya ampun, Yugosa itu ayahmu. Suka atau tidak itu kenyataannya. Kau tidak bisa lari dari hubungan darah itu."
"Keluarlah jika kau ingin membahas soal itu." ucap Alvaro kesal.
"Ckckck... entah kenapa aku paling suka melihatmu kesal." ejek Benny.
"Buaya air tawar sialan." balas Alvaro.
Keduanya saling bertatapan, lalu melepaskan tawanya bersama. Persahabatan mereka memang sudah tidak diragukan lagi. Walaupun sering saling mengejek, itu tidak akan membuat mereka sakit hati. Dan hal yang paling utama adalah sekeras apapun sikap Alvaro, jika Benny sudah berbicara, maka pria itu akhirnya akan tetap mengalah dan mengikuti keinginan Benny. Itulah cara balas budi Alvaro pada sahabatnya.
*****
Zaline berada di butik langganan keluarga Cruise. Ia berkali-kali mencoba gaun berwarna putih kesukaannya, ia tetap terlihat seperti pengantin wanita membuat Falera terus menggelengkan kepalanya tidak setuju.
"Ya Tuhan mom, sudah berapa gaun yang aku coba, mommy tetap saja menggeleng." gerutu Zaline.
"Demi apapun sayang, gaun gaun itu terlihat sangat cantik saat kau memakainya. Tapi mommy tidak suka." jawab Falera.
Zaline mengerutkan keningnya. "Cantik tapi tidak suka, mommy aneh. Kenapa mom?"
"Karena kau terlihat seperti pengantin. Gaun sederhana pun berubah saat kau memakainya. Bagaimana jika memakai warna lain nak?"
Zaline seketika mengerucutkan bibirnya. Ia memang sangat menyukai warna putih karena warna tersebut terlihat sangat bersih baginya.
"Jangan menekuk wajahmu seperti itu jika kau tidak setuju sayang. Carilah sesukamu." kata Falera setelah melihat putrinya merajuk.
Zaline tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, tapi saat ia mulai memilih gaunnya lagi, ia akhirnya menemukan gaun cantik berwarna coklat muda. Karena ia tak ingin membantah permintaan ibunya, ia pun mengambilnya dan kembali mencobanya.
"Mommy... bagaimana dengan gaun ini?"
Falera mengangkat kepalanya dari majalah yang sedang ia baca. Mata Falera kembali terbelalak saat melihat putrinya. Warna apapun tetap sama, Zaline tetap terlihat sangat cantik seperti seorang pengantin.
"Mom..." panggil Zaline membuyarkan lamunan Falera.
"Ya Tuhan... bukan salah warnanya, tapi salahku memiliki putri yang seperti seorang peri." ujar Falera seraya melepaskan tawanya.
"Nyonya Cruise benar, gaun seperti apapun terlihat sangat cantik saat nona Zaline memakainya." ujar Laras pemilik butik.
"Hm... kalian berlebihan. Jadi bagaimana mom? Yang mana gaunnya?" tanya Zaline.
"Yang ini cantik, juga tidak terlalu terbuka di bagian dadanya. Tapi apa kau yakin ingin memakai warna ini?"
"Jangan membuatku jadi bingung mom. Bukankah mommy yang tidak ingin aku memakai gaun berwarna putih."
"Kau adalah tokoh utama dalam acara serah terima jabatan lusa. Kau tentu akan menjadi sorotan mata siapapun yang akan datang nanti. Tapi mommy tak ingin para pria yang datang nanti terus menatapmu nak. Tapi..."
"Haruskah aku memakai topeng?" potong Zaline membuat pemilik butik itu tertawa.
"Nyonya Cruise, anda pasti sangat bangga memiliki putri secantik ini. Tapi anda tak bisa terlalu posesif juga padanya. Nona Zaline juga sudah cukup umur untuk mencari pasangan hidup, bukankah kesempatan baginya tampil di depan publik. Mungkin saja diantara tamu undangan nanti ada jodohnya." ujar Laras.
"Aku masih menganggapnya gadis berusia 13 tahun Laras." jawab Falera sambil terkekeh.
"Haisssss... aku belum memikirkan jodohku tante. Aku harus fokus dengan pekerjaan baruku nanti." kata Zaline.
"Tetap saja anda harus memikirkan soal itu nona. Anda sangat cantik, pasti banyak pria yang akan tertarik nanti. Tante Laras mendoakan semoga jodoh nona adalah pria tampan yang sangat baik."
"Aamiin... Tapi jangan membahasnya terlalu jauh tante. Aku benar-benar belum memikirkannya." jawab Zaline. "Mom... ayolah... kita hampir seharian disini, aku bahkan meninggalkan pekerjaan di perusahaan demi memilih gaun ini." imbuhnya.
Falera menghela nafasnya. "Laras... bungkus semua gaun yang ia coba tadi termasuk yang ia pakai ini. Aku akan memilihnya di rumah."
"Semua?" tanya Zaline seraya membelalakkan matanya.
"Sudah diam saja, kita memilihnya setelah di rumah." jawab Falera.
Tentu saja Laras tersenyum lebar karena gaun yang ia rancang diborong oleh langganannya. Laras menyuruh pelayannya untuk membungkus semua gaun cantik itu, sedangkan Zaline terus menggerutu pada ibunya.
"Semua jumlah gaunnya ada dua puluhan lebih mom, untuk apa aku gaun sebanyak itu?"
"Kau akan tahu setelah menjabat sebagai Presdir nanti nak."
"Pertemuan bisnis tidak mungkin memakai gaun kan?"
Falera kembali tertawa. "Kau akan menerima banyak undangan pesta, percayalah dengan mommy. Kau akan memakai semua gaun itu."
"Mengapa terdengar akan sangat melelahkan?"
"Berhentilah menggerutu sayang, kau masih ingat sebelum ke Inggris. Bagaimana daddy dan mommy selalu pergi ke pesta? Kau bisa menghitungnya dalam sebulan berapa kali kami pergi."
"Nyaris setiap hari, bahkan daddy kelelahan karena setelah bekerja harus menghadiri pesta. Tapi aku tidak harus menjadi kalian."
"Kau akan tahu setelah resmi nanti. Sudahlah, kita pulang sekarang. Masih banyak yang harus dipersiapkan sebelum lusa nanti." ucap Falera.
Zaline menghela nafas panjang. Ia menghentikan perdebatannya karena para pelayan butik juga mulai membawa gaun gaun itu keluar menuju mobilnya. Falera mulai melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, Zaline pun mengikuti ibunya. Tentu saja Falera tidak perlu membayar semua gaun itu di kasir, ia akan melakukan pembayaran lewat transfer ke pemilik butik langsung.
Setelah para pelayan butik itu memasukkan gaunnya ke bagasi mobil, Falera dan Zaline pun masuk ke dalam mobilnya.
"Pak... langsung pulang." perintah Falera pada supirnya.
"Baik nyonya." jawab supir tersebut seraya mulai mengendarai mobilnya menuju rumah besar Cruise.
Sepanjang perjalanan Zaline terus memeluk lengan ibunya sambil merebahkan kepalanya di pundak wanita itu. Falera terus tersenyum dengan sikap manja putri cantiknya. Sesekali Falera pun mengelus pipi putrinya membuat Zaline senang dan bisa memejamkan matanya.
*****
Happy Reading All...
Episode berikutnya adalah pertemuan yang sudah kalian tunggu tunggu...
So... sabar ya... semoga besok bisa up...
selamat untuk AlZa atas kebahagiaan nya dengan lahir nya putra pertama
selamat dan sukses selalu untuk mamiku author missyou terima kasih sudah menghibur kami dengan cerita mu yang luar biasa 😘😘😘
dan yang terpenting mamii sehat selalu 😘😘😘
kecuali bocil belum paham 😂😂😂🚴
akhir nya anuu juga kala ada kata malam pertama
selamat ya AlZa 😘😘😘