Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Runyam.
Setelah kejadian malam itu, Fia merasa semakin hancur dan terasing. Setiap kali melihat Bang Renes, ia hanya bisa merasakan amarah dan jijik. Ia merasa harga dirinya direnggut paksa, dan semua impiannya tentang cinta sejati telah hancur.
Di sisi lain, Bang Renes dilanda perasaan bersalah dan kebingungan. Ia tau telah bertindak keterlaluan, tapi ia juga tidak bisa memungkiri bahwa dirinya begitu menginginkan Fia. Ia mencintai gadis itu, tapi cintanya bercampur dengan kecemburuan dan amarah.
Siang itu juga, Fia memberanikan diri untuk berbicara dengan Bang David. Ia menceritakan semua yang terjadi, dengan air mata yang terus mengalir. Tak tanggung-tanggung, ia pun dengan beraninya membawa Bang Renes sebagai tersangka utama.
Bang David mendengarkan dengan seksama, hatinya hancur tapi pikirannya tidak menjangkau hal yang melatarbelakangi kekecewaan adiknya, apalagi cerita Fia begitu vulgar seakan tidak ada yang di tutupi. 'Aib' sahabatnya pun ia dengar secara bebas.
"Cukup.. Cukup, dek. Seharusnya kamu bisa memilah apa yang bisa kamu ceritakan dan mana yang tidak. Kita sudah berumah tangga." Tegur Bang Renes,
"Biar saja, biar Bang David tau bagaimana keterlaluannya Om Renes memperk**a Fia. Fia mau laporkan Om Renes ke PM..!!" Omel. Fia.
"Mana ada suami memperk**a, itu ibadah." Kata Bang Renes. "Sudah yuk, ikut saya..!! Kita bicara baik-baik..!!" Bujuk Bang Renes.
Bang David memijat pelipisnya tapi pikirannya mulai menebak duduk perkaranya.
"Nggak mau." Tolak Fia.
"Fiii.. Ikut suamimu..!!" Ujar Bang David tegas.
Bang Renes menggandeng tangan Fia. "Saya bawa Fia ke seberang. Terima kasih atas bantuanmu." Pamit Bang Renes.
"Bawalah, tapi jangan sampai saya mendengar Fia menangis karena kamu. Atau saya akan membawanya kembali..!!" Ancam Bang David.
"Saya paham."
Meskipun dengan setengah hati akhirnya Fia bersedia ikut dengan Bang Renes.
...
Hingga malam Fia masih terus menangis. Bahkan sepanjang perjalanan pun Fia masih terus menangis. Dengan setengah hati, Fia akhirnya bersedia ikut bersama Bang Renes.
Sepanjang perjalanan, air mata terus mengalir membasahi pipinya, mencerminkan luka yang menganga di hatinya. Hingga malam tiba, tangisnya tak kunjung reda, seolah tak ada lagi harapan untuk kebahagiaan.
Di pagi buta, Bang Renes masih harus di kejutkan karena Fia demam, bahkan dokter mengatakan bahwa ada luka lecet di bagian tubuh istrinya itu.
\=\=\=
Di seberang sungai, di sebuah rumah kecil yang terasa asing, Fia duduk termenung di tepi jendela. Air matanya sudah mengering, namun hatinya masih terasa perih dan kosong. Bang Renes berusaha mendekat, namun Fia selalu menghindar. Ia tidak ingin disentuh, tidak ingin mendengar suara Bang Renes. Baginya, pria itu adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan.
Ini adalah minggu ke tiga Fia marah padanya, membuat hati Bang Renes terasa pedih, pengajuan nikah mereka pun tertunda. Belum lagi kalau Fia sudah memintanya pergi dan memintanya 'Pulang ke rumah istrimu.'
"Fia, saya minta maaf..!!" Ucap lirih Bang Renes, suaranya terdengar penuh dengan penyesalan. "Saya tau saya salah. Saya tidak seharusnya memaksa kalau kamu belum siap."
Fia tidak menjawab. Ia hanya menatap kosong ke arah luar jendela, melihat pepohonan yang bergoyang ditiup angin malam. Ia merasa seperti sebatang pohon yang tumbang, kehilangan akar dan harapan untuk tumbuh kembali.
Baru saja tangan Bang Renes menyentuh lengan Fia, istri kecil Bang Renes itu tumbang membuatnya kaget setengah mati.
"Fiaaa.. Deeeekk..!!!!" Bang Renes pun memindahkan Fia di atas tempat tidur.
...
"Pucat sekali, Ren. Kalau memang sejak datang kesini keadaannya tidak sehat, lebih baik sekalian periksa lengkap saja..!!" Saran Bang Zeni yang kini sudah menjabat sebagai wakil komandan batalyon.
"Siap.. Sudah, Bang. Dokternya baru pulang. Besok baru di antar hasil lab nya. Sementara Fia di beri vitamin dan obat biar bisa istirahat." Kata Bang Renes.
Nadia, istri Bang Zeni turut menemani Fia.
"Lagian.. Ini bagaimana ceritanya sampai begini sih, Ren?? Nadia seperti depresi melihatmu." Tanya Bang Zeni.
"Jujur saya sendiri tidak begitu paham apa yang menjadi penyebab sakitnya Fia. Fia hanya sering bilang, 'pulang ke rumah istrimu'..!! Dan........" Bang Renes menggigit kecil bibirnya. Jujur rasa malu seakan sudah menampari wajahnya tapi keadaan Fia membuatnya kalah dan mengakui sekelebat kekisruhan dalam rumah tangganya. "Meminta saya mengembalikan perawannya. Fia berniat menuntut saya karena hal itu."
"Laaahh.. Terus piye?? Sirahku melu ngelu, Ren. Coba kamu selidiki apa penyebabnya. Jangan sampai hal fatal terjadi." Pesan Bang Zeni. Beliau menggeleng heran namun sekaligus geli mendengarnya. "Abang nggak kebayang kalau kasus ini sampai di PM, apalagi Fia menuntut kamu harus mengembalikannya."
"Makanya itu, Bang. Pengen saya garapin bolak balik tapi nggak tega."
Bang Zeni terbahak mendengarnya sampai kemudian Nadia keluar membawa wajah marah. "Ketawa di lapangan, Bang..!!!"
"Ma_af, dek..!!"
***
Pagi hari Bang Renes sudah kedatangan tamu, Bang Wira dan Bang Arial bertandang ke batalyonnya.
"Pagi Mas Danki.." Sapa Bang Wira.
"Masuk, Kang..!! Duduk sini..!!" Bang Renes mengajak kawannya untuk duduk di sofa.
Setelah segala kesibukan yang ada, Bang Wira dan Bang Arial baru bisa mengunjungi sahabat nya hari ini. Mereka juga baru mendengar tentang sakitnya Fia.
:
"Ngomong-ngomong istrimu sudah tau kan, statusmu sudah duda."
Bang Renes terdiam sejenak menatap kedua bola mata Bang Wira.
"Saya rasa Fia tau. Logikanya, saya melamarnya lalu menikahinya. Mana mungkin lah saya berani menikahinya kalau status saya masih punya istri." Jawab Bang Renes.
"Itu logikamu. Kau pikir saja, wanita seperti Fia apa berlogika semudah logikamu??" Balas Bang Arial.
Sejenak Bang Renes kembali terdiam. "Iya juga ya. Kalian tunggu disini sebentar, ya..!!"
Bang Renes keluar dari ruangan. Tapi siapa sangka, Fia sudah berdiri di depan pintu dengan wajah begitu pucat, ia membawa sisa tangis bercampur marah.
"Dek??" Bang Renes menelan ludah dengan kasar. Ia berusaha menghalau perasaan cemasnya sendiri. "Kenapa ada disini?? Ayo saya antar pulang." Ajak Bang Renes.
"Hasil testnya sudah keluar."
Seketika Bang Wira dan Bang Arial beranjak. Kedua sahabat terbawa gelisah karena dia pasutri di hadapan mereka.
"Apa hasilnya?? Coba Abang lihat..!!" Pinta Bang Renes penasaran.
"Bagaimana kalau Mbak Laras tau, bagaimana bisa Mbak Laras punya suami bejat." Fia geram sampai menampar pipi Bang Renes.
Bang Wira mengelus dada melihatnya, saat Bang Arial beranjak maju, Fia tak bisa membendung rasa marahnya. Bang Renes pun sampai kaget, benar saja dugaannya. Fia sama sekali tidak paham situasi.
"Jangan ikut campur, Bang." Cegah Fia.
"Begini lho, Fia......."
"Diaaamm..!!!!!!"
"Kamu yang diam dulu, sayang..!!!" Pinta Bang Renes.
"Beraninya Abang minta Fia untuk diam. Beraninya Abang bilang 'sayang'. Fia terlanjur hamil, Bang." Teriak Fia.
Bang Wira dan Bang Arial saling melempar pandangan kemudian tersenyum tipis penuh arti sementara Bang Renes ternganga seolah tidak percaya pendengarannya.
"Waaa.. Waaaaaa.. Tanggung jawab lah, Ren. Anak gadis orang nih." Celetuk Bang Wira memasang wajah prihatin.
"Tau nih, punya selang nggak aturan amat. Biar Laras buat saya saja." Ejek Bang Arial dengan sengaja.
"Moncongmu, pas memang ya. Bensin campur korek. Bukanny bantu damaikan...."
Setelah mendengar kata-kata tersebut, Fia semakin down dan terpukul.
"Saya pamit ya, mau tahlilan." Kata Bang Wira berjalan menghindar.
Bang Arial juga berniat melipir dan meninggalkan tempat tapi Bang Renes mencegahnya.
"Diam di tempat dan bantu saya jelaskan sama Fia."
Bang Arial pun menghela nafas. "Laras sudah mau melahirkan, hamil tujuh bulan.........."
Fia yang mendengarnya seketika pingsan tak sanggup menghadapi kenyataan.
"Deeekk.. Sayang..!!!" Bang Renes mengangkat Fia dan membaringkannya di sofa.
"B*****t, kenapa kamu bicara sepotong-sepotong." Tegur Bang Renes menatap Bang Arial dengan wajah marah.
"Saya juga belum selesai bicara, istrimu sudah pingsan duluan." Jawab Bang Arial panik.
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂