NovelToon NovelToon
Menikahi Mantan Idola

Menikahi Mantan Idola

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Enemy to Lovers / Nikah Kontrak
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rumi Midah

Vina sangat terobsesi diterima menjadi pemeran wanita utama di casting sebuah drama. Dia juga seorang penggemar garis keras dari seorang aktor. Suatu hari saat melakukan casting, ia ditolak tanpa di tes dan parahnya lagi, orang yang menolaknya adalah si idola. Merasa terhina, Vina pun berubah menjadi pembenci sang aktor. Belum juga mulai menabur benih kebencian, ia justru terpaksa menikah secara kontrak dengan sang Aktor.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumi Midah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu kawan lama

Arka membawa Vina, Vano beserta Meta ke taman. Selagi kedua orang dewasa berbicara, kedua bocah itu pergi bermain. Tidak lupa Vina memesankan agar keduanya tidak pergi jauh-jauh.

"Kenapa tidak bilang padaku, kalau kamu hamil saat itu?" tanya Arka lirih.

"Untuk apa? Di dalam suratmu kau sudah sangat jelas mengatakan jika kau begitu mencintai Anna." Sebulir air mata jatuh di pipi Vina. Rupanya luka bekas dikhianati Arka waktu itu masih ada.

Arka terluka saat melihat penderitaan orang terkasihnya, terjadi hanya karena kesalahannya sendiri. Lelaki itu berjongkok di hadapan Vina.

"Maafkan aku Vina," katanya lirih.

Vina menyeka air matanya. Ia menggeleng. "Sudahlah Arka, tidak perlu meminta maaf. Kumohon menjauhlah dari anakku."

"Kamu tidak bisa egois seperti itu, Vin, biar bagaimana pun Vano adalah anakku."

"Kenapa kau harus mengusik kami, Arka. Bukankah kau sudah memiliki anak dengan Anna."

Arka menggeleng, ia menjelaskan kalau dia telah lama berpisah. Lelaki itu juga menambahkan juga kalau Anna menikah dengan pria yang dijadikannya selingkuhan.

"Meski sudah tujuh tahun berlalu, aku masih sangat mencintaimu, Vina."

Wanita itu mendengkus. Baginya pernyataan cinta yang dilontarkan Arka hanyalah omong kosong belaka.

"Lalu kau berpikir apa?" Vina menghela napas. Ia berdiri. "Maaf, tapi aku akan segera menikah," katanya, "sekarang jauhi Vano dan biarkan kami berdua bahagia, sama seperti sebelum kau hadir." Ketika Vina beranjak Arka menahan Vina.

"Tunggu Vin." Arka berdiri dan mendekati Vina. Lelaki berdiri di hadapan mantan istrinya. "Aku ingin kau membebaskan aku untuk bertemu Vano."

Vina mengerutkan kening, matanya memicing. "Kau gila! Aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi!"

"Baiklah kalau kau masih keras kepala. Aku akan membawa masalah ini ke pengadilan." Arka mendesah, lalu mengeluarkan raut wajah angkuhnya. "Hukum di negeri ini masih belum berbenah, Vina, jadi kamu pasti tau, kalau orang kecil akan selalu kalah dari orang besar." Perkataan Arka persis dengan tujuh tahun lalu. "Vano ...." Bocah yang dipanggil namanya itu langsung berjalan ke sisi Arka.

"Ada apa, Om?"

Arka berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan sang putra. "Vano mau ikut Om jalan-jalan ke mall, tidak?"

Vano tersenyum dan tanpa ragu mengangguk. Vina yang melihat itu merasa tidak senang. "Vano tidak bertanya dulu, apa Mama setuju kalau kamu pergi dengan orang asing?"

Arka memandang Vina, kemudian lelaki itu menyeringai. "Aku bukan orang asing untuk Vano, Vin." Lelaki itu memandang anaknya lalu merangkul pundak bocah itu. "Kami adalah sahabat sejati, iyakan Van?"

Vano tersenyum lebar sampai menunujukan gigi ompongnya di salah satu bagian depan. "Iya, Mama, yakinlah padaku kalau Om Arka tidak akan menculik, lalu menjadikanku pengemis ataupun dijual ke—"

"Baiklah-baiklah, Mama setuju," ucap Vina risau. Wanita itu kemudian bergumam, "Astaga dari mana kau mendapatkan kecerewetan seperti itu."

"Tentu saja dari kau Vina," jawab Arka.

"Hey!"

Mendengar nada bicara Vina yang tinggi, Arka dengan cepat menggendong tubuh Vano, sambil berseru, "Kabur ada mama galak." Vano tertawa geli mendengar itu.

Dari kejauhan, Vano melambaikan tangannya. "Dada Mama dan Meta."

Vina tersenyum lalu melambaikan tangannya. "Anak dan ayah sama, saja." Cukup lama Vina baru tersadar kalau Arka masih baru di kota ini. Ia memandang Meta, lalu menggendongnya. "Kita susul Vano, ya."

Meta yang tadi sebenarnya ingin diajak juga. Tersenyum lebar. Ia akan bersenang-senang juga.

****

Genap sebulan sudah Arka tinggal di Pontianak. Kini Arka cukup familiar dengan jalanan kota ini. Bahkan ia sering bersantai untuk sekedar minum kopi. Sang aktor senang karena tidak banyak orang yang meminta tanda tangan atau pun berswafoto.

Malam sepulang dari bersantai, Arka merasakan mobilnya berjalan timpang. Setelah memeriksa, ternyata satu ban belakang lelaki itu kempes.

Tak lama dari belakang datang satu motor yang dinaiki dua orang lelaki mirip preman. Rupanya dua orang tersebut sudah mengintai Arka. Mereka juga yang dengan sengaja mengempeskan ban mobil lelaki itu.

"Minta duet, Bang!" ujar salah satu pria sambil menodongkan pisau.

"Jangan macam-macam, Anda."

"Alah banyak omong!"

Ketika satu teman lelaki itu ingin menusuk Arka. Sebuah mobil berhenti. Seorang pria berseragam polisi keluar dari mobil. Lelaki berseragam tersebut menodongkan pistol.

"Turunkan senjata kalian!" Teriak pria berseragam itu lantang.

Dua lelaki berandalan itu langsung naik ke motor dan secepat mungkin kabur. Sepeninggalan dua berandal, itu pria berseragam polisi langsung mendekati Arka.

Waktu sinar lampu jalan mengenai wajah pria berseragam polisi yang membantunya, kening Arka berkerut.

"Satria Wijaya, 'kan?"

Satria terkekeh. "Arka, itu kau? Ah, kupikir siapa tadi."  Kedua lelaki itu adalah teman lama di SMA. Setelah Satria masuk Akpol, kedua orang tersebut terjadi lost contact.

Keduanya melakukan tos khas mereka saat di SMA. "Wah, sudah berapa lama kita tidak bertemu, ya?" ujar lelaki tampan bertubuh tegap. Ia tersenyum sampai menampakkan lesung pipinya.

"Sepuluh tahunan mungkin," jawab Arka. "Kau sudah berapa lama bertugas di Pontianak?"

"Dari awal diangkat menjadi polisi," jawab Satria, "oh ya, kenapa mobilmu?"

"Tiba-tiba saja bocor. Mana aku tidak membawa mobil cadangan lagi."

"Ya sudah biarkan saja di sini, nanti kutelepon pihak dishub untuk menderek mobilmu." Arka mengangguk setuju, "oh iya, ayo kita ngobrol-ngobrol santai di warung kopi."

Tidak mau menolak ajakan kawan lama Arka tetap mengiyakan, walau sebenarnya lelaki itu telah menghabiskan dua gelas kopi hitam.

***

Keesokan harinya Arka menjemput Vano. Vina dan Arka sepakat kalau selama seminggu ini, Arkalah yang menjemput Vano. Ketika menunggu, tanpa sengaja ia bertemu dengan Satria.

"Ka, ngapain kau di sini?" tanya Satria yang telah duduk di sebelah Arka.

"Aku menjemput anakku. Kau sendiri?"

"Sama aku juga menjemput anakku."

Setelah bel berbunyi, Vano dan Meta keluar dari kelas. Kedua bocah itu menghampiri ayah masing-masing.

Satria mengerutkan keningnya saat mengetahui kalau Arka dan Vano, dekat. "Jadi Vano itu anakmu?"

"Iya."

"Eh, tapi 'kan, ayah aku udah meninggal tersambar petir." Celetukan Vano membuat Arka mendesah. Tega sekali Vina mengataiku telah mati, ujarnya dalam hati.

"Maksudnya, Vano sudah Om anggap seperti anak sendiri," kilah Arka.

"Ooh, oh ya, Om. Papa Satria adalah calon ayahku, loh." Perkataan Vano barusan, sungguh membuat Arka terkejut.

1
Fathi Raihan
Apa, masalah server atau apa, thor? Update dong! Semua udah pada gila nih 🤯
Decapitator
Jangan tanya deh, aku udah addicted banget sama cerita ini!
Rahman: ayo mampir kak, kali aja suka sama cerita nya
total 1 replies
Cô bé mùa đông
Bisa nggak si thor update cepat-cepat ya? Jangan biarkan kami tinggal menunggu terus.
Rahman: ayo mampir kak, kali aja suka sama cerita nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!