Seorang wanita bernama Tania dijodohkan dengan teman masa kecilnya bernama Ikrar Abraham. Mereka berdua sama - sama saling mencintai. Namun, mereka mulai terpisah saat Ikrar melanjutkan pendidikannya di luar negri.
Saudara tiri Tania yang menginginkan semua milik Tania termasuk Ikrar, lelaki yang dijodohkan Tania, berusaha memisahkan mereka berdua. Bahkan demi melancarkan niat jahatnya itu. Ia dan ibunya mengusir Tania dari Rumah besarnya.
Saat Ikrar kembali untuk menikahi Tania, ia sudah tidak mendapatkan Tania di rumah besar keluarga Tania. Demi perjodohan antar keluarga, Ikrar harus bertunangan dengan Belinda, saudara tiri Tania.
Sementara Tania kini hidup sebagai wanita miskin yang tidak punya apa - apa.
Untuk mendapatkan uang biaya hidupnya, ia harus bekerja apa saja bahkan ia rela mengubah penampilannya menjadi wanita culun saat mulai bekerja sebagai asisten Ikrar. Tidak sampai disitu saja, Ikrar bahkan sering menghina dirinya sebagai wanita bodoh, pengganggu dan wanita penggoda.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Tania sampai ia harus menyembunyikan jati dirinya dari semua orang?
Apa yang akan dilakukan Ikrar saat ia tahu kalau wanita yang sering ia hina adalah wanita yang sangat ia cintai?
Simak yuk.
IG: @dewimutiawitular922
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13 Kekesalan Belinda
Pukul 3:00 sore
Nyonya Maya tengah duduk santai bersama dengan seorang pria yang merupakan pengacara Keluarga Gunawan. Ia duduk di sofa sambil menyandarkan tubuhnya di dada pria tersebut.
“Oh, ya. Bagaimana kabar putrimu itu? Apa dia sudah bisa mengambil hati keluarga tunangannya?” tanya lelaki yang bernama Hedy.
“Dia sekarang ada di kantor Ikrar. Aku menyuruh Bel membawakannya makan siang. Mungkin dia sudah mendapatkan pujian dari tunangannya itu!” jawab Nyonya Maya.
“Belinda juga harus mengambil hati semua Keluarga Abraham, jangan hanya berfokus pada Tuan Ikrar saja. Belinda juga harus mendekati Nyonya Adelia dan Nona Gressia. Mereka berdua adalah orang yang dekat dengan Tania dulu. Buat mereka sepenuhnya melupakan Tania!” kata Hedy.
“Tenanglah. Belinda pasti bisa mengambil posisi Tania di hati mereka. Aku yakin kalau suatu hari nanti, mereka semua berpihak pada Belinda!” balas Nyonya Maya.
“Lalu bagaimana kalau Tania sampai muncul? Apa itu tidak terlalu bahaya untuk kita?” tanya Hedy menurunkan bola matanya menatap Nyonya Maya.
“Makanya aku menyuruh Belinda bersikap lembut agar dia bisa mengambil hati mereka. Dan kalau suatu hari Ikrar mengetahui Tania masih hidup, aku sudah menyiapkan rencana untuk Tania. Ikrar pasti akan membenci Tania!” kata Nyonya Maya tersenyum licik.
“Jangan – jangan kau ingin memanfaatkan keluarga angkat Tania!” ucap Hedy.
Nyonya Maya tersenyum jahat mendengar ucapan Hedy, kemudian berkata: “Lebih tepatnya Galang, kakak angkat Tania. Aku pernah bertemu dua kali dengannya. Dan aku bisa melihat dari sorot mata lelaki itu, kalau dia menyimpan rahasia dalam dirinya!”
Tiba – tiba terdengar pintu rumah terbuka yang membuat Nyonya Maya dan Pak Hedy menegakkan tubuh mereka. Mereka berdua duduk tegak dengan pandangan mengarah ke pintu, tatapan mata mereka sedikit kaget karena mengira yang datang adalah orang lain. Bisa – bisa rahasia hubungan mereka diketahui orang, namun yang datang bukanlah orang lain melainkan Belinda anak Nyonya Maya sendiri.
Selama ini Nyonya Maya dan Pak Hedy memang menyembunyikan hubungan mereka dari orang – orang. Nyonya
Maya takut kalau hubungan asmara mereka di ketahui orang akan berdampak pada pertunangan Belinda dan Ikrar. Apalagi tentang masalah harta warisan Keluarga Gunawan yang sengaja ia rebut. Ia takut kalau hal itu terbongkar.
Nyonya Maya dan Pak Hedy berdiri dari tempat duduknya saat langkah kaki Belinda terdengar jelas di telinga mereka. Pandangan mereka masih tertuju pada suara langkah kaki Belinda. Saat mereka sudah melihat kalau yang datang adalah Belinda, Nyonya Maya langsung bernafas lega.
“Ternyata kau Bel?” kata Nyonya Maya.
“Memang siapa lagi ma?” balas Belinda sambil berjalan menghampiri ibunya.
Belinda langsung melemparkan tubuhnya di sofa, bersandar di tempatnya itu dengan wajahnya yang cemberut.
Nyonya Maya mengerutkan keningnya, tersadar dengan muka cemberut anaknya saat Belinda duduk meyandarkan tubuhnya di sofa.
“Ada apa denganmu?” tanya Nyonya Maya yang kembali duduk di sofa diikuti Pak Hedy di sampingnya.
“Hari ini aku kesal sekali sama Kak Ikrar!” keluhnya.
“Ada apa dengan Nak Ikrar?” tanya Nyonya Maya kembali.
“Aku sudah susah payah mengantarkannya makanan, tapi dia malah mengabaikanku dan sibuk dengan pekerjaannya. Aku, kan tunangannya, Ma. Harusnya dia lebih fokus padaku dong!” Belinda semakin mengeluh di depan ibunya dengan ekspresinya yang sangat kesal.
Nyonya Maya menghela nafasnya melihat Belinda, kemudian berkata: “Pelan – pelan Bel. Mungkin saja Nak Ikrar memang sangat sibuk. Dia itu, kan, baru saja menggantikan posisi Tuan Reqy di Perusahaan Keluarganya. Besok kau ajak lagi dia menemanimu makan siang. Kau harus bersikap lembut dan manja padanya, seperti yang dilakukan Tania!” kata Nyonya Maya yang berusaha membujuk anak gadisnya itu.
Belinda hanya terdiam dengan muka cemberutnya tanpa membalas lagi perkataan ibunya.
Belinda memang sangat kesal dengan Ikrar, karena semenjak ia ada di kantor Ikrar, Ikrar sama sekali tidak peduli dengannya. Jika bukan ia yang duluan bicara pada Ikrar, Ikrar tidak akan bicara padanya. Dan tanggapan Ikrar paling hanya emm atau iya. Hal itu yang membuat Belinda sangat kesal, bahkan Ikrar tidak memakan bekal makan siang Belinda dan hanya menyuruh Belinda menyimpan makan siangnya di atas meja, kemudian menyuruh Belinda pulang.
Sementara di tempat lain.
Tania kini turun dari taksi, tepat di depan rumah kontrakannya. Ia baru saja pulang kantor setelah menyelesaikan semua pekerjaan kantornya.
Ia segera masuk ke dalam setelah membayar uang taksinya. Ia berlari masuk ke dalam rumah menuju meja makannya. Tanpa mengatakan apa – apa, Tania langsung menyantap makanan yang ada di atas mejanya dengan lahap. Begitu laparnya ia sampai mengganti pakaiannya pun tidak ia lakukan.
Nyonya Kristin yang mendengar suara pintu terbuka, langsung keluar dari kamarnya. Matanya tertuju pada Tania yang kini menyantap makanan di atas meja yang baru saja ia buat.
“Tania!” panggil Nyonya Kristin sambil berjalan menghampiri Tania.
Tania menoleh tanpa membalas ucapan ibu angkatnya, karena saat itu, mulutnya sudah di penuhi makanan yang membuat ia tidak bisa menggerakkan bibirnya untuk bicara.
Nyonya Kristin duduk di depan Tania dengan ekspresi bingung melihat Tania yang makan dengan lahap, kemudian berkata: “Kau pelan – pelan saja makannya. Tidak ada yang akan mengambil makananmu, Nak!”
Tania menelan semua makanan di mulutnya, kemudian menjawab: “Aku lapar sekali bu.”
“Memangnya kau tidak makan di tempat kerjamu?” tanya Nyonya Kristin.
“Tidak sempat bu. Aku cuma menyukai masakan ibu dari pada makanan yang ada di kantor,” jawab Tania.
Tania memang menyukai masakan ibu angkatnya, namun Tania terpaksa membohongi Nyonya Kristin kalau ia tidak makan di kantor karena ingin memakan masakan ibunya melainkan karena ia sibuk bekerja. Bisa – bisa Nyonya Kristin melarangnya untuk bekerja lagi. Dan Tania tidak mau kehilangan pekerjaannya sebelum ia mendapatkan uang banyak.
Nyonya Kristin menghela nafas pendek sambil tersenyum, kemudian berkata: “Ya sudah, makanlah yang banyak. Besok ibu akan masak bekal untuk kau bawa ke kantor. Kau itu jangan telat makan, Nak. Nanti lambungmu kambuh lagi!”
“Iya, bu. Tenang saja!” balas Tania tanpa melihat ibunya dan hanya menundukkan kepalanya, sibuk dengan makanan di piringnya.
Tania kemudian mengangkat kepalanya melihat Nyonya Kristin.
“Oh, ya bu. Dimana Kak Galang?” tanya Tania.
“Kakakmu ada di Toko Bunga. Katanya banyak bunga yang harus dia antar ke pelanggannya,” jawab Nyonya Kristin.
Tania menatap ibu angkatnya sambil minum air di gelasnya. Ia kembali meletakkan gelasnya di atas meja, kemudian berkata: “Aku ganti baju dulu ya bu. Baru ke sana!”
“Kau istirahat saja Tania. Tidak usah kesana. Kau itu baru pulang kerja loh!” kata Nyonya Kristin melarang Tania.
“Tidak apa – apa bu!”
Tania pun berjalan menuju kamarnya dan mengganti baju kantornya di sana. Hanya beberapa menit, ia keluar dari kamarnya dengan baju kaos putih dan celana jeans ketat yang ia pakai. Ia pamit pada ibu angkatnya, kemudian pergi mendatangi Galang di Toko Bunganya.
.
.
.
Bersambung.
.
.