Mafia Tampan Dan Gadis Manja

Mata sean melebar tajam , dia berpikir bagaimana hana bisa mengeluarkan darah sebanyak ini. sedang tadi dia jelas melihat kalau hana tidak jatuh sama sekali, waktu ada mobil yang hampir menabraknya. karena Vino telah menangkap tubuhnya dengan tepat waktu.

" Sayang,,, apakah kamu ada jatuh tadi? apakah kamu terbentur atau terluka? " tanya sean yang sedikit panik.

Hana menggeleng dengan Wajah yang terlihat menahan sakit "tid,,, dak,,,, aakh, seaaaaannn,,, sakiiit,,,, hiks,,!" ringis hana dengan wajah yang benar-benar sangat kesakitan.

Sean terbengong sebentar untuk mencerna alasan darah itu keluar. dan ketika dia mulai menyadari sesuatu, matanya semakin melebar karena panik.

Tangannya dengan cepat mengutak-atik tombol di mobilnya, sampai akhirnya dia mengemudikan kendaraannya dengan manual. dia menyetir sendiri mobil itu, karena tujuannya tidak lagi sama dengan apa yang ada di GPSnya.

Sean menyetir mobil seperti seorang pembalap, selip sana sini dengan kecepatan yang tidak kira-kira. membuat asya yang duduk di sampingnya langsung berpegangan dengan erat pada tali sabuk pengamannya.

Di situasi yang begitu menegangkan, sean sama sekati tidak fokus ada jalan, meskipun dia menguasainya. karena fokusnya saat ini adalah pada hana.

Setelah sampai di sebuah rumah sakit, sean langsung membawa tubuh hana cepat untuk masuk ke ruang UGD.

Asya terlihat tidak suka dengan situasi saat ini. karena jelas kalau rumah sakit bukanlah tujuan awal. dan dia merasa kalau hana benar-benar merusak momen dan rencananya.

Begitu kejam hati asya, hanya karena saking terpikatnya pada sean., bahkan dia melupakan persahabatan dirinya dengan hana yang sudah lumayan dekat. dan seolah dirinya sudah tidak lagi punya nurani. bahkan dengan darah yang begitu banyak di tangan sean sama sekali tidak bisa membuatnya khawatir atau iba pada keadaan hana.

Dari bangku tunggu di depan ruangan, sean tampak cemas dengan hana yang tertahan di dalam. entah apa yang terjadi pada istri kecilnya saat ini. sehingga dokter harus lama dalam menanganinya.

Melihat sean yang terus diam dan termenung penuh kecemasan. ternyata asya masih melihat celah untuk mendekati sean. "Hai,,, apakah kamu benar-benar menyukai hana? " tanya asya sambil menata pantatnya untuk duduk di samping sean.

Sean mendengar tapi dia tidak menanggapinya, karena kekhawatirannya yang berfokus penuh pada keadaan hana.

Asya terlihat menyunggingkan senyum karena sean yang mengabaikan dirinya. dia merasa heran dengan sean. seorang pria yang begitu tampan kok mau saja sama perempuan ninja, pikirnya. karena dia tidak tahu bagaimana rupa hana yang sesungguhnya.

Sampai akhirnya ada dokter keluar dari dalam ruangan operasi, dan sean langsung bergegas mendekatinya dengan wajah panik.

" Bagaimana keadannya? " tanya sean.

" Maaf,,,, terpaksa,,, saya harus mengeluarkan janin dalam. kandungannya..!" kata sang dokter terdengar berat.

Sean langsung terhuyung ke belakang, kata janin itu yang membuat tubuhnya lemas.

"Hamil,,, hana hamil? " monolog sean dengan tatapan kosongnya.

Dokter yang mendengar itupun menjawab "iyya,,, baru berumur 3 minggu. ! " sahut sang dokter.

" Tapi keadaannya tidak apa-apa kan? " tanya sean memastikan keadaan hana.

" Ibunya tidak apa-apa,,, hanya butuh istirahat untuk beberapa waktu saja! " jawabnya yang langsung berpaling untuk kembali masuk ke ruangan lagi.

Sean hampir merosot karena saking shock dan kagetnya. belum juga sempat dirinya tahu tentang kehamilan hana, kini justru mengetahui kalau itu sudah pergi dan luntur dari dalam rahim istri kecilnya.

Asya yang merasa bosan melihat drama di depannya langsung pergi, meninggalkan sean dalam keterpurukan.

Namun, langkah tegas kakinya yang di sertai sedikit hentakan itu mampu menyadarkan seorang sean. dan seketika dia menatap marah seperti setan kepada asya.

Dia ingat kalau dia sempat memaksa hana berlari menuruni anak tangga. yang bisa di pastikan kalau penyebab semua ini adalah karenanya.

Dengan melihat punggung asya yang berjalan menjauh, sean dengan lantang menghentikannya.

" Berhenti! " katanya tegas dengan nada yang sangat berat. asya yang menyadari kalau itu di tujukan untuknya langsung berhenti, dan langsung memutar tubuhnya untuk melihat pada sean.

" Apa! " jawabnya dengan wajah yang sedikit marah. melihat itu sean semakin murka, sehingga tatapannya langsung menghitam dan bengis. setelah itu dia mengambil ponselnya untuk menghubungi nathan.

Sementara sean yang sibuk dengan ponselnya, asya kembali berbalik badan untuk melanjutkan pergi. karena dia merasa kalau sean memanggilnya tapi justru sibuk dengan ponselnya.

" Berhenti!" kata sean lagi dengan melirik tajam pada asya.

" Apa,, sih,, ".

Dean menelan kemarahannya, sembari menunggu kedatangan nathan. di sini rumah sakit, sean tidak ingin ada keributan ketika dia melakukan aksinya pada asya.

" Duduklah dulu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan " kata sean yang mencoba sabar.

Mendengar nada bicara sean yang melembut, asya langsung terenyuh dan sangat bahagia, karena seolah dirinya sudah bisa meluluhkan hati seorang sean. setelah itu dengan semangat asya duduk di samping sean. dan bahkan dengan berani memeluk lengan pria itu.

Sena hanya melirik sedikit padanya , tapi jauh di dalam sorot matanya , sebenarnya penuh ancaman dan emosi.

Dan setelah bertahan selama sepuluh menitan, akhirnya nathan dan rombongan datang , dan bersiaplah untuk membawa asya pergi dari samping bos sean.