" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.
Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.
Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.
" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#25
Dengan penuh drama yang membuat spot jantung akhirnya acara makan pagi selesai, setelah itu aku dan Adi Putra pergi kebutik langganan mamanya.
Aku sempat menolak karena ibu nggak ikut, tapi karena nasehat ibu yang sangat berharap Adi putra jadi menantu nya terpaksa aku pergi juga.
Nggak sampe sepuluh menit kami sudah sampai di parkiran butik, aku dan Adi Putra tidak banyak bicara dan itu aku rasa lebih bagus dari pada bicara ujung ujungnya aku yang sport jantung.
" Hay... Dokter Adi" sapa seseorang entah itu pekerja atau pemilik aku nggak tahu, kalau di lihat dari penampilan kayaknya usianya udah hampir sama dengan ibuku.
" Hay Tante apa kabar" jawab Adi Putra menyalami Tante tersebut.
Aku juga ikut bersalaman setelah Adi, " Oh...ini menantu kan" katanya saat masih berjabat tangan.
Aku diam nggak tahu harus menjawab apa, " iya Tan ini istri Adi" jawab si Adi.
" pinter kamu nyari istri" kata si tante.
" Pasti dong Tan, Adi...." jawab nya bergaya sombong, cuiihhh...ku tatap mukanya dengan tatapan tajam mau aja kutendang kakinya.
" Yaudah yuk kita keruangan Tante" ajak si Tante langsung duluan melenggang pergi.
Aku ingin mengikuti langkah si Tante, grab... Adi Putra meraih pergelangan tangan ku.
" Tunggu sama-sama katanya" aku melihat mukanya tatapan kami bertemu, " apa masih mau sumpah serapah saya!?" tanya nya membuat aku tersedak liurku sendiri.
" Uhuk...Uhuk...." aku terbatuk-batuk, " hahaha...rasain belom belom udah durhaka ya gitu akibatnya" ucapnya nyukuri aku.
Aku terus batuk-batuk karena tenggorokan ku gatal, heran aja Adi kok bisa tau apa dia bisa baca fikiran Aku bingung.
Dia kan Dokter bukan psikolog atau jangan-jangan dia punya indra keenam jadi bisa baca isi otak orang, Aku masih batuk-batuk kemana si Adi pergi aku udah nggak perduli karena tenggorokan ku gatal jadi batuk ku nggak berenti.
" Nih minum.." ucap Adi Putra menyerahkan air Aqua kemasan botol, Ku raih botol dari tangannya lalu memutar tutup nya yang ternyata sudah duluan di buka Adi.
Aku langsung minum, glek..glek.. terasa lebih nyaman tenggorokan ku walau masih terasa sedikit perih.
" udah..." tanya Adi, aku hanya mengangguk sambil menatap wajah nya.
" Duh...kasian nya, batuk sampe keluar airmata nya" ucapnya sambil tersenyum manis dan dengan cepat pula tangan nya terulur mengusap air mata di sudut mataku.
Hati ku sedikit meleleh, " makasih" ucap ku.
" Ya sayang sama-sama" jawab nya bikin aku gedeg lagi karena di panggil sayang.
" Adi, Tiara sini.." panggil si Tante.
" Yuk kita tempat Tante" Adi mengajak ku, aku nurut mengikuti langkah Nya.
Kami sampai di dekat pintu" Cepetan waktu nya udah mepet" kata si Tante yang ternyata memang nunggu kami.
" apa tadi mama telpon!?" tanya Adi.
" Iya ayo Tiara mantuku yang cantik" si Tante langsung narik tangan ku, ucapannya sedikit menggelitik hati aku sampe senyum senyum sendiri.
Sampai di dalam ternyata si Tante sudah mempersiapkan semuanya, kebaya panjang warna gading di padu rok songket.
Aku di dandani langsung oleh si Tante dan itu makan waktu kurasa hampir dua jam, tangannya begitu cekatan makanya cepat selesai dan mungkin si Tante sudah biasa jadi nggak butuh waktu lama.
" Cantik sekali kamu sayang " ucap si Tante saat menatap aku yang sudah selesai di dandani, aku yang punya diri aja sampe nggak percaya melihat diriku yang ada di pantulan cermin.
" Tante yakin Adi akan semakin meleleh begitu liat kamu" ucap si Tante, aku hanya senyum sedikit saat mendengar ucapan Tante.
Meleleh katanya aku nggak dandan aja si Adi nyosor apa lagi aku dandan bakalan nggak udah udah nyosor nya batin ku.
" udah ayuk kita keluar Tante mau lihat gimana reaksi si Adi begitu dia liat kamu" ucap si Tante menggandeng tangan ku.
Kami keluar, Adi yang duduk sedang menerima telepon aku lihat dia udah pakai kemeja batik yang warna nya senada dengan kebaya ku, " mah menantu mamah cantik banget " pekik nya spontan sambil menatap aku dan telepon genggam masih di telinga nya.
Tentu suara Adi nggak kecil, si Tante aja sampai terbahak-bahak liat kekonyolan si Adi, apalagi aku yang udah gatal tangan pengen getok kepalanya pakai sendal.
Aku cuma bisa menunduk malu, saat ada beberapa karyawan Tante tiba-tiba nongol di depan pintu.
" wah cantik kali kak" salah satu karyawan Tante nyeletuk, " sejak masih jadi embrio istri saya emang udah cantik mbak " jawab Adi sontoloyo macam dia tau saat masih jadi embrio bentuk ku tuh kayak apa.
Adi kembali menyimpan ponsel nya kedalam saku, aku terus di tarik si Tante sampai di depan Adi.
" Ya Tuhan rasanya kayak mimpi" ucapnya menyatukan tangan Adi dan aku, dapat ku lihat airmata si Tante tergenang entah apa yang sedang dia rasakan sampai aku juga merasa sesak ikutan sedih.
" Tante doa kan kalian langgeng, Adi sayangi istri mu jangan pernah sakiti Tante nggak rela kalau kamu nyakitin biar udah di kuburan Tante bakal bangkit buat perhitungan" ucap nya bikin aku sedih plus mau terbahak.
" Iya Tante, Adi akan jaga istri Adi dengan segenap jiwa raga" jawab Adi, dengar itu aku pengen nyeletuk cie...cie...suami ku seorang kapiten hahaha.
" Ya sudah kalian bisa langsung ke KUA orang tua udah pada di sana" Tante menyuruh ku dan Adi langsung ke KUA.
" Tante nggak ikut" tanyaku.
" Nggak sayang, Tante cukup doa kan kalian dari sini" ucapnya sambil mengusap air mata di ujung matanya, entah apa yang dia rasakan aku sih nggak tahu tapi aku bisa merasakan kesedihan itu terlalu dalam.
" udah yuk sayang" ajak Adi sok romantis, dia genggaman tangan ku.
Aku bukan suka di genggamnya sebenernya sih ogah cuma saat ini dadaku berdebar. nggak nyangka aja akhirnya aku benar-benar mau nikah, kalau bisa kabur tentunya aku kabur cuma gimana dengan ibu ku apa aku tega.
Kami sampai di pinggir mobil, Adi layaknya suami sayang istri langsung membuka pintu mobil, " naik sayang hati-hati duduknya" ucapnya entah apa pula maksudnya.
Setelah aku naik Adi menutup pintu dan kemudian mengitari mobil, saat ini Adi duduk di balik kemudi. Sesekali aku melirik Wajahnya terlihat full senyum, kuakui dia perfeksionis baik itu muka body juga pekerjaan semua dia punya pokonya sempurna tapi yang aku nggak suka gaya bebek nyosor nya suka sembarangan nggak tahu tempat.