RAYYAN hanya memiliki satu tujuan: balas dendam.
Setelah kehilangan ayahnya, misi hidupnya menjadi jelas: menghancurkan musuhnya dengan cara yang paling menyakitkan. Rencana itu dimulai dengan menculik putri musuhnya, menjadikannya tawanan dan alat pembalasan.
Namun, tidak ada yang menyiapkan Rayyan untuk pergolakan emosional yang terjadi selanjutnya. Di balik rencana kejam itu, ia mulai melihat tawanannya bukan lagi sebagai objek, melainkan sebagai seorang wanita yang ia ingin lindungi. Kebencian yang selama ini menjadi kompas hidupnya kini harus bertarung melawan rasa cinta dan sayang yang tiba-tiba muncul.
Terperangkap antara dendam berdarah dan hasrat terlarang, Rayyan menghadapi dilema yang menghancurkan jiwa: Apakah ia akan menuntaskan pembalasan yang telah merenggut segalanya darinya, atau memilih cinta yang bisa membuatnya kehilangan dirinya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annavita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Setelah beberapa hari berjuang untuk memulihkan diri di rumah sakit, Aira akhirnya mendapatkan izin untuk pulang. Namun, kelegaan yang seharusnya ia rasakan justru berubah menjadi ketakutan yang mencekam. Ia dibawa oleh sekelompok orang berpakaian serba hitam, yang tak lain adalah para pengawal yang selama ini menjaganya di rumah sakit.
"Hentikan!" seru Aira, dengan suara bergetar. "Kalian mau bawa aku ke mana? Hentikan atau aku akan berteriak!" ancamnya, saat salah satu pengawal mendorong kursi rodanya menuju pintu keluar.
Namun, saat Aira hendak berteriak, ia merasakan sesuatu yang dingin dan keras menempel di punggungnya. Jantungnya berdegup kencang, dan napasnya tercekat di tenggorokan.
"Diam," bisik Rayyan, dengan suara dingin dan mengancam. "Atau peluru di pistol ini akan bersarang di badanmu!" tekannya, membuat Aira seketika bungkam.
Aira bergetar dalam diam. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia merasa seperti seekor burung yang terperangkap dalam sangkar emas, tidak bisa terbang ke mana pun.
Saat hendak memasuki mobil mewah yang sudah disiapkan oleh Rayyan, Aira semakin cemas dan takut. Ia tidak tahu ke mana ia akan dibawa. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya.
"Aku mau dibawa ke mana?" tanyanya, dengan suara lirih dan penuh ketakutan.
Namun, lagi-lagi pertanyaannya hanya dianggap angin lalu. Ia sama sekali tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Rayyan. Pria itu hanya menatapnya dengan tatapan dingin dan tanpa ekspresi, seolah ia hanyalah sebuah benda mati yang tidak memiliki perasaan.
Ketakutan semakin menyeruak di dalam dirinya, begitu ia merasakan jika perjalanan saat ini sudah jauh dari pusat kota. Ia menatap keluar jendela, menyaksikan pepohonan yang lebat dan hutan yang gelap gulita. Ia merasa seperti sedang dibawa ke tempat yang terpencil dan berbahaya.
Setelah beberapa jam perjalanan yang menegangkan, mobil itu akhirnya berhenti di depan sebuah pagar gerbang besar yang menjulang tinggi. Pagar itu terbuat dari besi tempa yang kokoh, dengan ukiran-ukiran yang rumit dan menakutkan. Di balik pagar itu, Aira dapat melihat sebuah rumah besar yang megah dan mewah, namun juga tampak sunyi dan menakutkan.
Mobil itu memasuki kawasan rumah besar itu, melewati jalanan yang panjang dan berkelok-kelok. Aira semakin takut dan cemas. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya di tempat ini.
Apakah pria ini menyelamatkannya hanya untuk menjual organ-organ tubuhnya? Apakah Aira akan dijual ke luar negeri dan dijadikan budak seks? Apakah ia akan disiksa dan dibunuh di tempat ini?
Pikiran-pikiran mengerikan itu terus berputar di benaknya, membuatnya semakin histeris dan putus asa. Ia merasa seperti sedang berada di ambang kematian, tidak ada harapan untuk diselamatkan.
Saat mobil itu berhenti di depan pintu utama rumah besar itu, Aira melihat Rayyan keluar dari mobil dan menghampirinya. Pria itu membukakan pintu mobil dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Selamat datang di rumah barumu, Aira," ucap Rayyan, dengan suara yang dingin dan tanpa emosi.
Aira menatap Rayyan dengan tatapan penuh ketakutan dan kebencian. Ia tidak tahu apa yang sedang direncanakan pria ini. Ia tidak tahu mengapa ia membawanya ke tempat ini.
Namun, ia tahu satu hal: ia tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan berjuang untuk menyelamatkan dirinya sendiri, meskipun ia harus menghadapi bahaya yang mengancam nyawanya.
Bersambung...
Dont give up💪