Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Sidang
Reza mendatangi rumah Dimas yang berada di ujung desa. Dia hanya berjalan kaki sambil menggendong tas ransel di pundaknya yang berisi pakaian tak seberapa. Sepanjang jalan dia hanya sibuk mereka-ulang awal dia bertemu Rinjani sampai akhirnya mereka menikah.
Tidak ada yang salah, tetapi semua berubah ketika perusahaan tempatnya bekerja tiba-tiba mengalami krisis, dan dia termasuk dalam sekian ratus karyawan yang terkena PHK.
Tak terasa sampai juga akhirnya Reza di rumah sahabatnya-Dimas. Dia langsung diterima dengan baik oleh sahabatnya itu.
"Weh...kamu pulang ternyata, Za? Kapan?" tanya Dimas seraya mempersilakan Reza masuk ke rumahnya.
"Lhoh, ini...?" Dimas tampak terperangah melihat wajah Reza yang memar dan sedikit bengkak.
"Kamu...berkelahi? Sama siapa?" cercanya dengan wajah bingung.
"Ceritanya panjang, Dim," sahut Reza seraya membuang napas kasar.
"Sebentar, kamu sudah makan belum?" tanya Dimas dan mendapat gelengan kepala dari Reza.
Dimas pergi ke dapur mengambil bungkusan serta air minum, lalu membawanya ke depan di mana Reza berada.
"Nih...lebih baik kamu makan dulu, gih! Kebetulan ini ada nasi berkat dari tetangga yang selamatan," kata Dimas sambil menyerahkan sebungkus plastik kresek berisi nasi kotak di depan Reza.
Dimas merasa kasihan melihat penampilan Reza yang berantakan.
Tanpa pikir panjang apalagi sungkan, Reza segera pergi ke dapur untuk mencuci tangan. Selanjutnya dia makan dengan lahap. Habis berkelahi membuat perutnya terasa lapar. Dalam sekejap nasi pun amblas tak bersisa.
Selesai makan Dimas mengajak Reza duduk di teras rumahnya, sambil membawa dua gelas kopi yang dia buat selagi Reza sedang makan tadi.
"Sekarang ceritakan apa yang terjadi, sampai kamu bisa kayak gini!" pinta Dimas.
Reza menarik napas panjang dan dalam, lalu mengeluarkannya perlahan.
"Rinjani dan Farhan-- ternyata mereka berselingkuh di belakangku," ucap Reza pelan, pandangannya kosong menatap ke depan.
"Sori, Za. Sebenarnya... aku tahu kalau laki-laki itu adikmu, tapi aku nggak enak mau ngomong jujur sama kamu," ungkap Dimas merasa tak enak hati.
"Tidak apa-apa, aku ngerti. Kamu hanya ingin menjaga perasaanku saja," kata Reza.
Pria itu menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi sambil memejamkan mata.
"Apa yang salah sebenarnya? Di rumah bersama istri tapi nggak punya uang mertua nyinyir. Tiap hari diceramahi melulu," keluh Reza
"Giliran pergi merantau supaya kebutuhan tercukupi, tapi resikonya istri diserobot orang," lanjutnya seraya menghela napas.
Reza menggelengkan kepalanya sembari terkekeh miris. "Katanya rumah tangga tak cukup hanya makan cinta, tapi butuh finansial juga. Nyatanya dia selingkuh dengan alasan yang tak masuk akal." Reza berdecih pelan.
"Tapi, semua tergantung pribadi masing-masing, Za. Kalau dia bisa menjaga diri dan hatinya, semua itu tidak akan terjadi," timpal Dimas.
"Ibarat orang datang bertamu, kalau tuan rumah tidak membuka pintu dan kasih dia masuk, ya nggak mungkin lah orang itu bisa masuk ke dalam," lanjutnya menambahkan.
"Sori, Za. Dalam hal ini menurutku keduanya salah. Ahhh...benar-benar di luar dugaan. Kenapa mereka bisa menggatal seperti itu...?" geram Dimas seraya menggelengkan kepala.
"Dan yang lebih miris lagi, ibu justru menekanku agar aku mengalah dan melepaskan Rinjani buat Farhan." Reza tersenyum getir.
"Apa...!" Dimas memekik tertahan. "Gila bener itu orangtua. Sebenarnya dia itu ibu kandungmu bukan, sih? Aneh saja gitu, loh. Masa, kamu itu harus selalu mengalah sama dia," imbuhnya dengan kesal.
"Yang tidak masuk akal itu, Rinjani malah menuduhku memiliki hubungan sama Rani. Gara-gara aku pernah menelepon Rani buat nanya kabar dia. Padahal Rani kan, sepupunya," tutur Reza sambil terkekeh geli.
"Wah...wah...waaah...! Aku benar-benar nggak ngerti sama jalan pikiran mereka," Dimas menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan tuduhan yang tidak masuk akal itu.
"Lalu, apa rencanamu selanjutnya? Tidak mungkin kan, atau... kamu masih mau sama Rinjani yang sudah diobok-obok adikmu itu?" kata Dimas sarkas.
"Sori, Za. Bukan maksud apa-apa. Tapi, mereka kan, sudah dewasa. Tidak mungkin lah, gaya pacaran macam ABG. Sedangkan ABG saja gaya pacarannya segala manggil ayah-bunda--mengerikan." Dimas bergidik sambil terkekeh geli.
"Dia sudah menggugat cerai, tapi aku tidak akan melepaskannya begitu dengan mudah." Reza lalu membisikkan rencananya pada Dimas. Dan Dimas tampak mengangguk-angguk tanda mengerti
"Untuk itu, aku butuh bantuanmu," kata Reza.
"Tentu, aku pasti akan membantumu," jawab Dimas seraya mengangguk mantap.
*
*
*
Sebulan kemudian, sidang pertama perceraian Reza-Rinjani digelar. Pagi itu cuaca sangat cerah, matahari bersinar dengan hangat, tetapi tidak mampu menghangatkan hati Reza yang masih terasa pilu dan sakit.
Reza bersama Dimas berangkat ke pengadilan agama lebih awal, karena tidak ingin melewatkan moment tersebut.
Tak lama kemudian rombongan Rinjani bersama orangtuanya tiba. Dia tampak terkejut melihat Reza sudah datang lebih dulu. Dia pun berinisiatif menghampiri Reza. Wajahnya tampak marah seperti tidak menginginkan kehadiran pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya itu berada di sana.
"Kenapa kamu datang sih, Mas? Apa lagi yang kamu inginkan?" tanya Rinjani dengan kesal.
"Tidak ada," jawab Reza singkat tanpa menoleh ke arah Rinjani.
"Bukankah seharusnya kamu tidak perlu datang? Dengan begitu, sidang ini bisa selesai lebih cepat dan tidak perlu berlama-lama," lanjutnya dengan ketus.
"Memangnya kamu siapa, ngatur-atur aku? Aku akan datang atau tidak, itu bukan urusanmu. Ingat, kamu sudah membuangku!" tegas Reza dengan wajah muak.
Dia lalu menepuk pundak Dimas mengajaknya untuk masuk ke ruangan sidang.
Rinjani tampak menghentakkan kakinya, merasa gagal---tidak bisa mempengaruhi Reza seperti dulu lagi.
"Ada apa, Jani? Kenapa wajahmu kesal begitu?" tanya Pak Bondan.
Rinjani tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepala, lalu mengajak kedua orangtuanya masuk ke dalam ruang sidang.
"Awas kamu, Reza. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan untukmu!" dengus Rinjani dengan kesal.
Ruangan sidang terasa sunyi dan mencekam. Hanya sedikit yang hadir di persidangan tersebut. Reza dan Rinjani duduk di bangku yang berhadapan, dengan wajah yang tegang dan tidak berbicara satu sama lain.
Tak menunggu waktu lama, hakim memasuki ruangan, kemudian membuka persidangan. Dia mengajukan pertanyaan kepada Rinjani serta Reza.
"Saudara Rinjani, Anda mengajukan gugatan cerai kepada saudara Reza. Apa alasan Anda?"
"Ya, Yang Mulia. Saya merasa pernikahan kami sudah tidak harmonis lagi. Kami sering bertengkar dan tidak ada lagi kepercayaan antara kami dan dia sering meninggalkan saya," jawab Rinjani dengan tenang.
"Apa itu benar, saudara Reza?" tanya hakim.
"Tidak benar, Yang Mulia! Rumah tangga kami baik-baik saja. Saya memang meninggalkannya karena mencari nafkah di seberang pulau. Tapi itu semua saya lakukan demi kehidupan yang lebih baik untuk keluarga saya," sahut Reza dengan santai.
"Saudara Reza, apa Anda masih mencintai istri Anda?" tanya hakim selanjutnya.
"Benar, Yang Mulia. Tapi istri bilang dia sudah bosan dan muak sama saya, sehingga diam-diam dia menjalin hubungan terlarang dengan pria lain," jawab Reza, dia menatap Rinjani seraya mengangkat sedikit sudut bibirnya.
"Itu tidak benar, Yang Mulia. Justru dialah yang memiliki hubungan dengan wanita lain di belakang saya," sangkal Rinjani dengan menunjukkan wajahnya yang memelas.
"Baik. Kedua belah pihak, saya sarankan untuk berdamai dan mencari penyelesaian yang terbaik. Apakah Anda berdua bersedia untuk berdamai?" tanya hakim.
"Saya tidak bisa, Yang Mulia. Saya sudah tidak bisa lagi hidup dengan Reza, dia selalu menyakiti saya," tolak Rinjani dengan tegas.
"Iya...saya mau, Yang Mulia," kata Reza dengan ekspresi tak terbaca.
"Baik. Sidang ini ditunda sampai minggu depan. Persiapkan diri kalian untuk persidangan selanjutnya," tegas hakim.
Sidang ditutup, Reza dan Rinjani keluar dari ruangan. Wajah keduanya sama sekali tidak ramah dan menampakkan aura permusuhan.
"Mas Reza...! Apa maksud kamu berkata begitu?" Rinjani tampak geram.
Namun, Reza hanya menatap Rinjani dengan senyuman tipis yang tersungging di bibirnya.
masih mending Sean berduit, lha Farhan?? modal kolorijo 🤢
Siapa yg telpon, ibunya Farhan, Rinjani atau wanita lain lagi ?
Awas aja kalau salah lagi nih/Facepalm/
maap ya ibuu🙈🙈
Rinjani....kamu itu hanya dimanfaatkan Farhan. membuang Reza demi Farhan dan ternyata Farhan sudah mencari mangsa yang lain😂