NovelToon NovelToon
Ibu Sambung Kekasihku

Ibu Sambung Kekasihku

Status: tamat
Genre:Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:399
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makin manja

Javar POV.

Pulang dari restoran, seusai menjelaskan semuanya kepada Geovan, Amira menjadi lebih banyak diam, bahkan saat tadi di mobil tidak ada percakapan antara kami berdua, dia lebih memilih memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil.

Saat sampai di apartemen dia langsung masuk ke dalam kamar tanpa berbicara apapun, saya masih dapat memaklumi hal itu karena memang hormonnya yang masih belum stabil dan juga mungkin dia masih merasa tidak rela jika Geovan harus tau semuanya sekarang.

Saya pun memilih untuk melangkahkan kaki ke arah dapur, untuk mengambil segelas air, setelah mendapatkan air yang saya butuhkan, saya pun kembali ke ruang televisi yang tadi sempat saya lewati dan meraih laptop yang tergeletak begitu saja di atas sofa.

Memeriksa kembali pekerjaan yang saya kerjakan tadi siang dan juga beberapa laporan yang masuk dari para karyawan, suara pintu yang dibuka mengalihkan atensi saya dari laptop ke arah pintu tersebut, Amira keluar dari kamar sudah dengan setelan baju tidurnya, dan dapat saya lihat matanya yang merah seperti habis menangis.

"Mas lagi ngapain?" Dia berjalan ke arah sofa yang saya duduki sambil bertanya dengan suara serak khas orang habis menangis.

"Ini lagi cek ulang kerjaan yang tadi, kamu ngapain kesini lagi? Bukannya langsung tidur aja di kamar."

"Aku belum ngantuk, lagipula aku belum minum susu kehamilan."

"Oh iya, kalo gitu tunggu sebentar biar saya bikinin dulu."

"Eh? Gak usah, nanti aku bikin sendiri. Mas lanjutin aja kerjaannya."

"Tunggu disini sebentar." Ucap saya sambil beranjak dari sofa dan berjalan ke arah dapur.

Tidak harus membutuhkan waktu yang lama untuk membuatkan susu untuk Amira, saya pun kembali ke ruang televisi dengan membawa segelas susu tadi.

"Ini, abisin." Saya pun menyerahkan gelas tersebut padanya dan kembali duduk untuk melanjutkan kegiatan tadi.

"Mas?" Mendengar panggilan itu, saya pun menolehkan kepala ke arahnya sambil mengerutkan kening.

"Kenapa?"

"Aku takut Geovan tetap bakalan gak setuju sama pernikahan kita nanti."

"Kamu tenang aja, mau dia setuju atau tidak, saya akan tetap menikahi kamu."

"Tapi aku takut hubungan kamu sama dia jadi renggang."

"Saya juga sempat khawatir tentang itu. Tapi Geovan bukan anak kecil lagi, cepat atau lambat dia bakalan ngerti."

"Semoga aja. Kapan kita mau urus pernikahan kita?"

"Kamu udah gak sabar nikah sama saya?"

"Ih bukan gitu, aku gak enak aja tinggal di satu atap bahkan tidur di satu kasur sama orang yang gak punya ikatan apapun." Pukulan kecil di lengan saya dapatkan dari tangan kecilnya.

"Saya mengerti apa yang kamu rasakan. Nanti besok kita ke kantor urusan agama yah kalo pekerjaan saya tidak terlalu banyak."

"Oke kalo gitu, nanti pagi aku siapin berkas-berkas punya aku."

"Berkas-berkas punya saya masih ada di rumah, nanti sebelum kesana kita mampir ke rumah saya dulu."

Amira hanya menganggukkan kecil mendengarnya dan mulai menyandarkan kepalanya pada bahu milik saya.

"Amira, kamu kalo ngantuk ke kamar aja."

"Nggak, aku lagi pengen gini aja."

Sifatnya dari kemarin berubah menjadi sangat manja dan juga sudah tidak malu-malu kepada saya, bohong kalau saya merasa tidak senang dengan perubahannya, saya senang dia menjadi lebih terbuka dengan saya.

"Lihat Mas kerja kayak gini, aku jadi pengen ikutan kerja deh." Perkataan acak itu tiba-tiba datang dari nya.

"Gak, kamu gak perlu kerja. Tugas kamu cukup tunggu saya pulang kerja di rumah."

"Tapi aku pengen ngerasain kerja di perkantoran gitu."

"Kalo kayak gitu, nanti kalo ada kesempatan kamu main ke kantor saya supaya bisa ngerasain dunia perkantoran."

"Beneran?"

"Iya, kamu bisa datang ke kantor saya kapan saja yang penting saat itu dikantornya sedang ada saya."

"Ya udah nanti kapan-kapan aku main ke kantor Mas." Saya hanya menanggapi perkataannya dengan sebuah anggukan.

"Amira, kamu serius gak mau lanjutin kuliah kamu?" Pertanyaan ini sudah beberapa kali muncul di otak saya tapi baru kali ini bisa mengungkapkannya.

"Awalnya aku serius mau bener-bener berhenti kuliah, tapi aku pikir-pikir lanjut kuliah setelah melahirkan tidak masalah."

"Baiklah, kamu jangan terlalu khawatir tentang biaya, hidup kamu saya yang biayain."

"Makasih banyak, aku gak tau lagi dengan apa aku bisa mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup aku."

"Mulai sekarang kamu jangan pikirin soal itu lagi, hidup kamu sudah menjadi tanggungjawab saya."

Tanpa mengatakan apapun, Amira langsung membawa tubuhnya dan tubuh saya ke dalam sebuah pelukan, tentu saja saya menerimanya dengan senang hati

Memang sedari awal saat Amira mengatakan akan berhenti kuliah, tersirat kesedihan dari sorot matanya, dia nampak tidak ikhlas jika harus berhenti kuliah di tengah jalan. Maka dari itu saya sudah beberapa bertanya kepadanya ingin lanjut berkuliah atau tidak.

"Ayo ke kamar, kita tidur. Kerjaannya lanjut besok aja, sekarang udah malem." Dia pun mengajak sayq untuk beranjak dari sofa dan masuk ke dalam kamar.

"Sebentar." Saya pun menaruh kembali laptop yang sudah dimatikan itu di atas sofa dan ikut beranjak bersama dengannya.

Sudah tidak ada lagi pembatas milik kita yang ada di tengah kasur yang berfungsi untuk menjaga jarak antara kita berdua walaupun pada akhirnya kita berdua sama-sama melewati batas tersebut.

Kita berdua pun langsung membaringkan diri di atas kasur, kembali ke dalam posisi saling memeluk mencari kehangatan masing-masing.

"Sekarang kamu masih takut sama Geovan?"

"Udah gak takut kayak kemarin, sekarang aku lebih merasa ringan atas semuanya."

"Bagus, gak ada yang perlu kamu takuti dari anak itu."

"Anak itu tuh anak Mas juga."

"Iya anak saya, pacar kamu."

"Udah mantan kali Mas."

"Tapi saya bisa lihat kalian berdua masih sama-sama saling suka."

"Emangnya Mas cenayang? Aku sama dia udah gak ada apa-apanya kali." Saya tau jika yang dikatakan oleh Amira itu tidak benar, mereka masih sama-sama menyimpan rasa

"Kalo kamu lupa, saya juga pernah muda kayak kalian, saya pernah ada di posisi yang kalian rasain sekarang."

"Huft! Aku emang masih suka sama dia, tapi sekarang ini aku lagi berusaha buat lupain semuanya."

"Hm, semoga kamu bisa cepat berpaling dan bisa melihat saya sebagai pasangan hidup.

"Lagi aku usahain ya Mas." Setelah mengatakan itu, dia langsung memperdalam pelukannya dan menyelusupkan kepalanya ke perpotongan leher milik saya, yang langsung aku terima dengan baik.

"Udah-udah lupain dulu soal itu, nanti kita bahas lagi. Sekarang kamu tidur, katanya tadi udah malem.

"Aku belum ngantuk, aku mau peluk aja."

"Kenapa kamu makin lama makin manja kayak gini."

"Gak apa-apa dong? Mas juga aslinya seneng kan kalo aku giniin?"

"Bohong kalo saya bilang gak seneng."

Javar POV end.

____________________________________

Tanggapan kalian tentang bab ini apa??

_____________________

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!