Naomi harus menjalani hari-harinya sebagai sekretaris di perusahaan ternama. Tugasnya tak hanya mengurus jadwal dan keperluan sang CEO yang terkenal dingin dan arogan yang disegani sekaligus ditakuti seantero kantor.
Xander Federick. Nama itu bagai mantra yang menggetarkan Naomi. Ketampanan, tatapan matanya yang tajam, dan aura kekuasaan yang menguar darinya mampu membuat Naomi gugup sekaligus penasaran.
Naomi berusaha keras untuk bersikap profesional, menepis debaran aneh yang selalu muncul setiap kali berinteraksi dengan bosnya itu.
Sementara bagi Xander sendiri, kehadiran Naomi di setiap harinya perlahan menjadi candu yang sulit dihindari.
Akan seperti apa kisah mereka selanjutnya? Mari langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29 Kalian Harus Menikah
Suasana di kamar Xander berubah tegang. Ketiga pasang mata itu menatap Xander dan Naomi secara bergantian, seolah menuntut penjelasan. Naomi, dengan wajah memerah dan mata berkaca-kaca, akhirnya memberanikan diri untuk angkat bicara.
"Tuan Nathan, Nyonya Milea, Tuan Noah... saya... saya hanya membantu Tuan Xander," bisik Naomi, suaranya bergetar. "Kemarin Tuan Xander mengalami alergi makanan. Saya terpaksa tidur di sini untuk mengawasinya."
Daddy Nathan, Mom Milea, dan Kakek Noah terkejut, namun pikiran mereka sudah melayang ke arah lain. Mereka malah mengira Xander melakukan sesuatu semalam dengan Naomi. Dada Mom Milea terasa sesak. Ia baru saja kembali dari perjalanan bisnis, dan harus menerima kenyataan bahwa putranya, Xander, sudah tidak lagi sendirian.
"Alergi?" tanya Daddy Nathan, tidak percaya. "Kenapa kamu tidak membawanya ke rumah sakit?"
"Saya... saya sudah mencoba, Tuan," jawab Naomi. "Tapi Tuan Xander tidak mau. Dia bilang dia hanya butuh istirahat."
Kakek Noah menatap Xander. Pria itu tampak tenang, namun senyum tipis terukir di bibirnya. Kakek Noah tahu, Xander tidak akan pernah tersenyum seperti itu jika ia tidak menyukai Naomi.
"Kalian berdua harus menikah," kata Kakek Noah dengan mantap.
Daddy Nathan dan Mom Milea terkejut. "Menikah?!" seru mereka bersamaan. Mereka menatap Kakek Noah dengan tatapan tidak percaya. "Dad, kita tidak bisa memutuskannya begitu saja!" protes Daddy Nathan.
"Kenapa tidak?" tanya Kakek Noah. "Xander dan Naomi sudah tidur bersama. Kita tidak bisa membiarkan ini begitu saja. Kita harus bertanggung jawab. Lagipula, siapa tahu Naomi hamil."
Naomi dan Xander nyaris tersedak mendengar ucapan Kakek Noah. Naomi membelalakkan matanya, ia menatap Kakek Noah dengan panik.
"Tuan, tidak! Itu tidak benar!" seru Naomi, wajahnya memerah. “Kami bahkan belum melakukan apapun!”
"Tidak benar bagaimana?" tanya Kakek Noah. "Tadi kalian berdua terlihat sangat dekat."
"Itu hanya kesalahpahaman," Naomi berusaha menjelaskan. "Sungguh kami tidak melakukan apa-apa."
"Sudahlah, tidak perlu malu," Kakek Noah tersenyum. "Kakek mengerti. Kalian berdua harus menikah, dan kita akan segera mengurus semuanya."
Xander hanya bisa mengulum tersenyum. Ia tidak menyangka akan dinikahkan dengan Naomi. Naomi adalah gadis yang ia sepertinya mulai dia cintai dalam diam. Ia ingin memiliki Naomi, namun ia tidak berani mengatakannya. Kini, Kakek Noah telah mewujudkan mimpinya.
"Aku setuju," ucap Xander, suaranya mantap.
Naomi terkejut. Ia menatap Xander. "Tuan anda tidak bisa begitu!" protesnya. "Kita hanya rekan kerja. Tidak lebih dari itu!"
"Bukan lagi," Xander tersenyum. "Sekarang, kamu adalah calon istriku."
Naomi menghela napas, ia merasa bingung. Di satu sisi, ia marah Xander setuju untuk menikah dengannya. Tapi disisi lain, ia juga takut. Ia tahu, dunia Xander dan dunianya sangat berbeda. Ia takut tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan Xander.
"Bagaimana dengan orang tuamu, Naomi?" tanya Mom Milea dengan suara lembut. "Apa mereka akan setuju?"
Naomi terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ibu panti pasti tidak akan pernah setuju. Dia tidak akan pernah membiarkan putri mereka menikah dengan seorang yang baru saja Naomi kenal.
"Tenang saja, Mom," ucap Xander, "Aku akan mengurus semuanya."
Daddy Nathan menatap Xander, lalu ia menghela napas. Ia tidak tahu harus merasa apa. Ia bahagia karena Xander akhirnya menemukan pasangannya. Tapi ia juga khawatir. Ia tidak ingin Naomi tersakiti dengan sikap putranya.
"Baiklah," ucap Daddy Nathan. "Tapi pernikahan ini tidak akan terjadi sampai aku yakin Naomi adalah wanita yang baik untukmu."
Xander mengangguk. "Aku mengerti, Daddy."
Naomi hanya bisa diam. Ia merasa seperti boneka yang dimainkan oleh takdir. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi ia tahu, hidupnya tidak akan pernah sama. Ia tidak akan pernah bisa kembali ke kehidupan lamanya. Ia akan menjalani kehidupannya yang baru, bersama Xander.
“Nggak, aku nggak mau nikah. Apalagi dengan pria seperti Xander!” gumamnya dalam hati.