Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Diuntit.
Kriyuuuut....
Samantha makin salah tingkah, spontan memegang perutnya yang keroncongan tidak mau kompromi.
"M-maaf, maaf Bapak-Bapak semuanya...." Samantha tersenyum canggung, dirinya tak kuat menerima tatapan yang semakin intens dari semua pasang mata yang ada di dalam ruangan meeting.
"Kiano, pergilah. Sepertinya bu Samantha kemari untuk memintamu menemaninya sarapan pagi. Ayah bisa handle untuk sementara waktu selama kamu pergi," instruksi Andreas, beralih menatap putranya.
Samantha terperangah, ia gelagapan, bercampur rasa malu yang sulit di sembunyikan.
"Aaa--, bu-bukan begitu, Pak. Tadi saya--"
"Sudahlah.... Tidak perlu malu-malu, semua yang ada disini sudah pada tahu kalau kamu itu adalah pacar saya. Pa-car sa-ya!" tegas Kiano.
"Oh my God! Mampus lah diri ini," Samantha memekik dalam hati, wajahnya sudah memerah, tak sanggup menahan malu, rasanya ingin segera menghilang dari sana, terlebih saat tahu hubungannya dengan Kiano sudah bukan rahasia lagi di perusahaan itu.
Seperti kerbau yang dicucuk lubang hidungnya, Samantha pasrah saat Kiano menarik pergelangan tangannya meninggalkan pintu ruangan meeting.
"Jalan kaki saja, dekat di sebelah kok," protes Samantha.
"Itu resto cepat saji, nanti nutrisimu kurang. Junk food kurang baik bagi kamu maupun janin yang ada dalam kandunganmu itu." Kiano membuka pintu mobilnya.
Samantha menggeleng kuat. "Tidak mau, saya sudah tidak bisa menahan lapar," perut Samantha kembali mengeluarkan bunyi keroncongannya.
"Oke, kali ini saja ya," Kiano mengalah. Pria itu kembali menutup pintu mobilnya, dengan langkah lebar cepat mengejar Samantha yang meninggalkannya.
"Mencurigakan sekali...." Elias menatap penuh selidik. Ia buru-buru keluar dari persembunyiannya yang menempel pada dinding tembok pagar kantor, di sela-sela rumpun bonsai, saat Samantha melintas diapit oleh seorang pria macho yang membuat panas hatinya.
Pagi itu Elias sengaja menyambangi kantor Samantha berkerja. Beberapa kali dirinya berusaha menemui Samantha di rumahnya tapi siskamling komplek Samantha selalu mengusirnya pergi, pasca kejadian dirinya di keroyok oleh ibu-ibu komplek, selalu saja dirinya ditolak bila datang kesana.
"Siapa laki-laki itu?" Elias yang penasaran langsung menguntit diam-diam.
Tidak jauh dari meja Samantha dan Kiano, Elias memilih duduk di sudut dekat pintu masuk, agar dirinya bisa leluasa mengawasi gerak-gerik keduanya di tengah keramaian pengunjung.
"Selamat datang, mau pesan menu apa saja, Bu?" tanya salah satu karyawan yang melayani dengan senyum ramah.
"Satu ember KFC yang isi sembilan pcs, french fries large-nya dua ya."
"Minumnya?"
"Banana milk float. Pak Kiano mau minum apa?" Samantha menoleh pada Kiano yang berdiri di sampingnya.
"Mango float," sahut Kiano singkat.
"Ada lagi, Bu?" tanya pelayan itu lagi.
"Cukup itu saja. Berapa semuanya?"
Dengan cekatan si pelayan menghitung, lalu menyebutkan nilainya.
Kiano menahan tangan Samantha yang akan membayar dengan kartunya.
"Pakai ini saja," ucapnya seraya menyerahkan kartu miliknya yang ia keluarkan dari dompetnya pada si pelayan resto.
"Tapi, Pak--" Samantha menatap Kiano, merasa tidak enak. Ini pertama kalinya makanannya dibayar oleh seorang laki-laki selain Elias saat mereka masih pacaran dulu.
"Tidak perlu berdebat yang tidak perlu," Kiano berucap tanpa menatap Samantha, ia fokus pada si pelayan yang menyodorkan nampan berisi pesanan Samantha.
"Ayo, tunggu apa lagi? Bukannya kamu bilang sudah sangat lapar?"
Samantha tidak berkata apapun lagi, ia gegas mengikuti langkah Kiano kembali ke meja mereka, perutnya terus keroncongan menuntut diisi, belum lagi rasa perih di lambungnya yang kian intens terasa.
Begitu duduk, Samantha langsung menyambar isi embernya, memakannya dengan lahap.
Kiano hanya menatapnya sebentar, membiarkan Samantha bebas menikmati makanannya dengan caranya, seolah tidak makan berhari-hari. Pria itu lalu mengambil seporsi french fries large-nya, mengunyahnya pelan satu demi satu dengan elegan, sangat berbeda dengan Samantha yang sedang kalap.
Setelah beberapa menit berlalu, Samantha tersadar, ia menghentikan gigitannya dengan mulut penuh dan pipi yang menggembung di kedua sisinya.
"Kenapa berhenti?" tanya Kiano pelan.
Samantha tidak langsung menjawab, ia buru-buru menelan semua kunyahan yang ada dalam mulutnya dengan susah payah saking penuhnya.
"Minum dulu," Kiano mendorong pelan segelas banana milk float ke hadapan Samantha.
Tanpa menunggu instruksi dua kali, Samantha langsung menyedot isi gelasnya itu, membuat tenggorokannya kembali terasa lega setelah dijajal banyak makanan.
"Saya lupa kalau pak Kiano seorang vegetarian," ucapnya menjawab pertanyaan Kiano sebelumnya.
"Saya pesankan salad sayur ya, Pak? Disini ada kok," imbuhnya seraya bangkit dan langsung ditahan oleh Kiano.
"Tidak perlu, saya cukup makan ini saja," Kiano menunjuk kentang gorengnya yang masih banyak dihadapannya.
"Kamu mau tambah lagi porsi chicken-nya?" Kiano melirik isi ember yang bersisa dua pcs.
"Iya, satu ember lagi, boleh ya? Untuk camilanku di kantor nanti."
Rahang Kiano spontan terangkat hingga mulutnya setengah terbuka, lalu buru-buru menurunkan kembali rahangnya, khawatir menyinggung perasaan Samantha yang kembali asik mengunyah sisa yang ada di dalam embernya tanpa memperhatikan gelagat Kiano.
"Tunggu di sini, saya pesankan lagi. Minumnya mau tambah juga?" ucap Kiano menawarkan, sembari berdiri dari duduknya.
'Porsi chicken-nya aja, minumnya udah cukup!" Samantha sedikit menyaringkan suaranya di tengah kebisingan obrolan pengunjung.
Merasa sangat kenyang dengan menghabiskan seember chicken, seporsi french fries ukuran large, juga segelas banana milk float, membuat Samantha hampir tidak bisa bangkit dari duduknya.
Dengan langkah perlahan, Samantha berjalan menuju wastafel stainless panjang yang berada dekat pintu masuk, membalur tangannya dengan cairan pembersih lalu mulai membilasnya.
"Apa itu batang leher besar yang kamu maksud waktu itu, Sayang?"
Samantha cepat berbalik, merasakan panas hembusan nafas pada tengkuknya dan suara yang begitu familiar di telinganya. "M-mas Elias?"
Bersambung✍️