NovelToon NovelToon
Laras: The Beginning Of Temptation

Laras: The Beginning Of Temptation

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pihak Ketiga / Keluarga / Konflik etika / Wanita Karir
Popularitas:946
Nilai: 5
Nama Author: Imen Firewood

Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?

Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?

Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~

Update: setiap hari

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Refleksi Malam

Dan ternyata, seorang pria yang sedari tadi telah menunggu Laras di depan pintu kamar mandi adalah Riko. Ia merasa gelisah ketika baru saja Laras pergi meninggalkannya beberapa menit lalu.

"Riko? ... Kenapa kamu menunggu ku disini?" -Laras

"Ah, tidak ... Maafkan aku. Aku hanya merasa cemas" -Riko

Kemudian, mereka berdua pun pindah ke sebuah lorong yang menghubungkan kamar mandi dengan ruang pesta utama. Laras tiba-tiba teringat Mas Andi dan Dina karena merasa bersalah atas dirinya yang hampir saja bercium*n dengan Riko. Namun lagi-lagi godaan Riko terus saja menghantui pikiran Laras hingga saat ini. Laras berasalan tidak enak badan agar bisa lebih dulu pulang.

"Sepertinya, aku tidak enak badan ... Aku ingin segera beristirahat." -Laras

"Hmm ... Bagaimana jika aku antar?" -Riko

"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri." -Laras

Ketika Laras benar-benar ingin pergi meninggalkan Riko sendiri di lorong itu. Tiba-tiba tangan Riko memegang Laras dan sempat menghentikan langkah Laras beberapa saat.

Tap!

Laras yang tertahan dengan tangan Riko. Melihat tangannya yang masih erat di pegang. Karena merasa terlalu menekan Laras, Riko akhirnya melepaskan pegangannya dan meminta maaf atas tindakannya.

"Ah, maaf ... Aku tidak bermaksud." -Riko

Wajah Riko terlihat sedikit bersedih ketika ia tahu akan di tinggal pergi oleh Laras. Namun Laras, memberikan senyum cantiknya agar Riko merasa tenang kembali. Dan benar saja. Ketika melihat senyum manis Laras, Riko pun menyambut hangat membalasnya dengan senyuman juga.

"Tidak apa ... Aku pulang dulu." -Laras

"Hati-hati ..." -Riko

Laras tersenyum. Begitu juga Riko. Kini Riko hanya dapat melihat punggung Laras yang terus menjauh meninggalkannya ketika acara pesta sebenarnya masih terus berlanjut. Selama di dalam perjalanan pulangnya juga Laras terus merasa bersalah. Merasa bersalah karena hampir terbuai oleh suasana yang di bangun Riko. Walaupun sebenarnya Laras juga ingin. Laras merasakan dilema ketika mengingat rumah tangganya dan hubungannya dengan Riko. Ia menjadi sering memikirkan hal yang tidak-tidak.

Malam hari. Ketika Laras baru saja pulang usai dari pesta kantor. Terlihat Laras baru saj memasuki mobilnya di garasi. Ia berjalan perlahan ke depan pintu rumahnya. Sebelum masuk, Laras kini malah menjadi semakin merasa tidak enak ketika mengingat kejadian tadi di pesta setelah kembali pulang. Pikiran Laras tentang keluarga kecilnya membuat dirinya merasa bersalah. Di dalam rumah, Andi dan Dina sepertinya sudah tidur.

"Kenapa aku jadi seperti ini?" -Laras

Laras mulai masuk kedalam rumahnya. Dengan perasaan bersalah Laras membuka pintu kamar Dina dan melihat anak satu-satunya tengah tertidur pulas. Sebelum memeriksa kamar suaminya, Laras pergi mengambil handuk untuk membersihkan badannya yang semakin gerah masuk kedalam kamar mandi. Andi sebenarnya mendengar Laras sudah pulang, namun ia, memutuskan untuk kembali melanjutkan tidurnya. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat itu.

Keesokan harinya. Hari ini adalah hari libur. Keluarga kecil ini sedang menikmati sarapan paginya yang telah Laras buat. Seperti biasa, kehangatan disana hanya di bangun oleh Laras yang sedang asik mengobrol dengan Dina. Di tengah-tengah itu, tiba-tiba saja Dina ingin mengajak kedua orang tuanya itu untuk olahraga. Sekedar jalan santai di tengah alun-alun kota.

"Ibu ... Ibu ..." -Dina

"Apa sayang ..." -Laras

"Hari ini kan libur ... Kenapa kita nggak olahraga aja di alun-alun?" -Dina

Laras menatap Andi. Begitu pun sebaliknya. Namun tidak ada sepatah kata pun yang terucap setelah mendengar permintaan Dina. Hingga akhirnya, Laras tersenyum kepada Dina anaknya. Sebelum Laras ingin menjawab perkataan Dina, Andi lebih dulu bersuara tentang permintaan ini. Ia meletakan sendok dan garpunya ketika ingin berbicara dengan Dina seraya memberikan senyum.

"Dina ... Kalau kamu ingin pergi kesana, mari kita pergi hari ini. Tapi ... Kita selesaikan dulu sarapannya." -Andi

Laras memandang Andi. Tidak seperti biasanya, Laras melihat ada sedikit perbedaan yang timbul pada diri Andi hari ini. Tepatnya, ketika mereka sedang sarapan pagi bersama seperti ini. Dina tersenyum setelah mendengar perkataan Andi. Ia menoleh ke arah Laras yang masih merasa sedikit bingung.

"Asiik ..."

"Dina senang deh! ... Terimakasih, yaa ... Ayah, Ibu ..." -Dina

Laras memberi senyum kepada Dina. Begitu juga Dina yang terasa senang akan pergi jalan-jalan santai ke alun-alun kota bersama keluarganya. Mas Andi, segera melanjutkan untuk menyelesaikan sarapan paginya. Tanpa menoleh dan melihat ke arah Laras sedikit pun. Beberapa waktu kemudian, disaat mereka telah selesai menyantap hidangan yang telah di buat oleh Laras. Kini, Laras sedang berada di kamar Dina untuk bersiap-siap pergi hari ini. Sedangkan Andi, juga tengah bersiap-siap di kamarnya sendiri yang terpisah. Laras menundukan bahunya, membuat pandangannya sejajar denga Dina yang terus merasa senang.

"Cantiknya anak Ibu ..." -Laras

Laras memuji Dina, dan pujian itu disambut pelukan hangat oleh Dina. Ketika mereka berdua telah selesai mengganti pakaian olahraganya. Laras tersenyum kepada Dina, sebelum keluar dari kamarnya ingin bertanya kepada Mas Andi tentang kendaraan.

"Sebentar yaa ... Ibu ingin bicara dulu dengan Ayah" -Laras

"Iyaa Ibu ..." -Dina

Laras pergi meninggalkan Dina, yang masih duduk bersemi riang memandang dirinya sendiri di sebuah cermin. Kini Laras berada di depan pintu kamarnya. Mengetuk pintu sebelum akhirnya membukanya. Laras begitu sangat sopan selama menjadi Istri Andi. Dan sebisa mungkin, Laras ingin menjaga itu. Walau terkadang, perasaan kesalnya selalu membuat ia lupa.

Tok ...

Tok ...

Tok ...

"Ya, masuk!" -Andi

Laras masuk dan melihat suaminya yang tengah membenarkan bajunya di depan cermin. Laras ingin bertanya untuk kepergian mereka hari ini menggunakan mobil siapa. Dan Laras mendekatkan dirinya. Ketika Laras berjalan mendekat, Andi seolah menjauhinya dengan terlihat mengambil sesuatu yang jaraknya jauh dari Laras. Entah di sengaja atau tidak. Tapi benar-benar terlihat seperti pasangan yang sedang bertengkar. Sebelum Laras bertanya, lagi-lagi Andi mendahului perkataan Laras.

"Ada apa?" -Andi

"Kita akan pergi naik mobil siapa?" -Laras

Andi memandang Laras, begitupun sebaliknya. Pandangan mereka bertemu dan bertahan selama beberapa detik sebelum Andi akhirnya menjawab dengan ekspresi yang santai.

"Naik mobil ku saja. Aku tidak ingin perjalanan Dina terhambat seperti kamu lupa untuk mengisi bensin." -Andi

Andi mulai membahas tentang hal kecil dimana itu sering Laras lakukan tanpa sadar. Namun Laras tidak membantah soal itu. Ia hanya mengangguk dan ingin segera pergi dari kamar ini secepatnya. Laras membuang pandangannya dan kembali melihat Andi yang masih membelakanginya.

"Ah, begitu ... Baiklah. Aku hanya ingin memastikan saja." -Laras

Kemudian, Laras perlahan membalik badannya. Dan berjalan perlahan meninggalkan ruangan yang dimana ia merasa sangat kedinginan di dalamnya. Laras membuka dan menutup pintu kamarnya dengan pelan. Tanpa suara sedikit pun. Setelah semuanya telah bersiap, kini mereka bertiga masuk kedalam mobil Mas Andi untuk segera pergi berangkat menuju alun-alun kota.

Setibanya mereka disana. Mereka di suguh dengan pemandangan ramai orang-orang dan para pedagang di dalam wilayah. Arena trek lari itu berbentuk bulat dan cukup besar. Udara pagi yang mereka hirup juga terasa baik untuk membantu menjaga pernapasan mereka. Tidak sedikit pemuda-pemudi dan para keluarga yang membawa buah hati mereka juga untuk ikut berolahraga disana. Karena tempat umum itu, cukup terkenal di wilayah kota ini.

Kini mereka sudah berada di jalur trek. Andi memberitahu Dina bahwa sebelum berolahraga, ada baiknya kita jalan santai dulu sebelum ingin berlari pelan. Dina dan Laras pun mengikuti instruksi dari Andi. Selama mereka bertiga berjalan di area trek, Dina merasa sangat senang ketika berada disini.

"Waah ... Disini benar-benar ramai!" -Dina

Laras dan Andi yang berada berjalan mengikuti Dina di belakang saling pandang. Sebelum akhirnya mereka kembali memperhatikan anak kesayangan mereka. Beberapa menit kemudian, mereka bertiga pun telah berjalan satu putaran di track itu. Merasa cukup untuk pemanasan, mereka bertiga kini berlari pelan mengikuti tempo Dina yang masih berusia dini. Namun, waktu demi waktu Dina berlari sedikit semakin cepat mendahului orang tuanya yang berada di belakang. Membuat Laras sedikit sulit untuk mengejarnya. Di saat Laras ingin lebih mengikuti langkah Dina agar tidak tertinggal, Laras mulai kehilangan keseimbangan. Dan ia pun terjatuh.

"Aw!"

Bruk!

Andi yang berlari pelan di depan Laras menghetikan Langkahnya. Ia membantu Laras untuk berdiri dan menepi ke pinggir jalur. Pandangan mereka masih bisa memperhatikan Dina yang tengah berlari sangat gembira dari kejauhan. Andi menuntun Laras dan berlutut ketika Laras sudah duduk di sebuah bangku yang berada di pinggir.

"Kamu tidak apa-apa?" -Andi

Mendengar pertanyaan Andi. Laras seperti baru pertama lagi merasakan moment seperti ini dengannya. Dan di sisi lain. Laras yang lebih sering menghabiskan waktunya bersama Riko malah terpikirkan dia saat melihat suami yang sedang memegang kaki kanannya yang terkilir. Teriakan dari seorang anak yang sedang bersama Ibunya menyadarkan Laras yang sempat melamun beberapa saat.

"Ah, iyaa Mas ... Sepertinya, pergelangan kaki-ku sedikit terkilir." -Laras

"Biarkan aku memeriksanya terlebih dahulu." -Andi

Disisi lain, Dina yang sudah terpisah dari orang tuanya, melihat tukang jual boneka dan pergi sendiri menghampirinya. Setelah sampai di hadapan pria paruh baya yang sedang berdagang, Dina menunjuk salah satu boneka yang ia inginkan.

"Kamu mau ini? ... Dimana orang tua kamu?" -Penjual Boneka

Setelah melihat Laras yang berada di kondisi tidak bisa meneruskan untuk berolah raga. Andi pun memutuskan untuk kembali segera pulang kerumah. Dan Laras pun mengangguk, menyetujui saran yang di berikan oleh Mas Andi untuknya.

"Sepertinya, kaki kamu sedikit terkilir. Jika dipaksakan, akan ada pembengkakan. Kita periksa ke dokter saja dulu sebelum pulang." -Andi

Entah sedang kerasukan apa Andi. Laras benar-benar merasa di perhatikan oleh Andi hari ini. Dan perasaan ini, selalu semakin membuat Laras dengan Riko. Orang yang sering membantunya dan memberikan perhatian-perhatian kecil untuk Laras beberapa minggu kebelakang ini. Setelah memutuskan untuk kembali pulang, mereka mencari Dina. Ketika mereka berjalan bersama, dimana Laras sedikit memaksakan pergelangan kakinya. Mereka melihat Dina yang kini tengah menangis di tukang Boneka. Mereka pun bergegas menghampirinya.

Aaaa~

Ibu ...!

Laras yang merasa panik, memeluk anaknya untuk menenangkannya. Dan Andi bertanya kepada pria itu apa yang baru saja terjadi. Dan ternyata, Dina menangis karena boneka yang ingin ia beli sudah lebih dulu diambil anak lain. Dina merasa sedih karena boneka itu adalah boneka yang ia suka.

"Jadi gitu, Pak ... Bu ... Saya tidak bermaksud membuat anak ini menangis." -Penjual

"Oalah, maafkan anak saya ya Pak ... Sudah merepotkan Bapak yang sedang berusaha." -Andi

"Iyaa, Pak ... Tidak apa-apa." -Andi

"Ayuk sayang ... Kita pulang dulu. Nanti Ibu bantu carikan boneka yang Dina mau." -Laras

Setelah mendengar bisikan Laras yang memberika janji kepada anaknya. Dina pun menghentikan tangisannya. Dan, keluarga kecil ini pun memutuskan untuk segera kembali pulang kerumahnya. Tentunya mereka pulang setelah Laras di periksa ke dokter dan Dina sudah mendapatkan boneka yang ia inginkan. Kini mereka pun dalam perjalan pulang dengan mobilnya. Setelah semuanya selesai. Laras berbicara kepada Dina di dalam mobil.

"Gimana sayang? ... Kamu senangkan?" -Laras

"Iyaa, Bu ... Ini jauh lebih besar dari yang Dina bayangkan ..."

"Terimakasih, yaa ... Ayah, Ibu!" -Dina

Setelah mendengar Dina yang telah kembali ceria. Andi dan Laras pun kembali tersenyum merasa lega dan senang juga melihat keceriaan Dina hari ini. Andi langsung fokus kembali mengendarai mobilnya. Menuju rumah dimana tempat itu seharusnya menjadi tempat yang hangat untuk mereka bertiga. Sore hari. Ketika keluarga kecil itu telah berada di rumah sejak tadi. Keadaan menjadi normal kembali. Seperti sifat Andi yang mendadak kembali menjadi kepribadiannya yang dingin seperti kulkas. Itu terlihat ketika Andi sedang mencuci mobil di depan halaman rumahnya, berpapasan dengan Laras yang ingin belanja keperluan dapur di sebuah Y-Mart.

Laras mengira, hubungan mereka telah sedikit membaik. Sejak kejadian hari ini. Namun pikiran itu sirna, ketika melihat suaminya yang mendadak berubah menjadi seperti biasanya. Laras benar-benar bingung bagaimana merespon hal ini. Laras keluar dari pintu utaman dengan membawa tas kecilnya. Berharap Andi bertanya tentang Laras mau pergi kemana, tapi tidak. Ia hanya terus fokus membersihkan mobilnya yang baru saja di pakai hari ini pergi bersama mereka. Akhirnya, Laras memutuskan untuk memberi tahu bahwa ia akan belanja bulanan.

"Mas ... Aku ingin belanja bulanan." -Laras

Andi masih saja sibuk mengelap-elap mobilnya dengan banyaknya busa yang memenuhi kedua tangannya. Ia meletakan ember dan sedikit menoleh ke arah Laras. Dan dengan tetao melakukan kesibukannya.

"Lalu? Bukankah, aku sudah memberikan jatah uang bulan ini?" -Andi

Andi malah berkata seperti ini. Di saat Laras sebenarnya hanya ingin mendapat respon yang baik darinya. Laras ingin sedikit memberikan rasa terimakasihnya atas kebaikannya yang sudah menolong Laras hari ini. Tiba-tiba, Laras malah menjadi ikut sedikit menahan emosinya.

"Ah, bukan seperti itu ... Aku hanya ingin bertanya, apakah kamu ingin menitip sesuatu?" -Laras

"Tidak ada." -Andi

"Baiklah ... Aku pergi dahulu." -Laras

Obrolan itu berakhir. Ketika Laras pergi meninggalkan Andi suaminya yang lebih memilih melakukan kebutuhannya sendiri di banding meminta tolong kepada istrinya. Laras benar-benar keluar dari halaman rumahnya dengan perasaannya yang menahan kekesalan di dalam batinnya. Hingga suara dari batin Laras tiba-tiba berkata.

"Astaga ... Padahal aku hanya ingin bersikap baik kepadanya. Apa itu sangat sulit terwujud?" -Laras

Beberapa menit kemudian. Di toko tempat biasa Laras membeli kebutuhan dapurnya itu bernama Y-Mart. Dan jarak dari rumah Laras tidak terlalu jauh, sehingga Laras bisa pergi dengan berjalan kaki sambil melihat pemandangan sore hari di langit yang menampilkan warna jingganya. Entah kenapa, Laras merasa tenang setelah meninggalkan area rumah. Menghirup udara sore yang membuat hatinya bisa merasakan kehangatan.

Beberapa waktu berlalu. Kini akhirnya Laras telah sampai di Y-Mart. Banyak barisan rak-rak yang berjajar berisi sayur-sayuran segar. Dan tempat itu, juga sedang ramai dengan pengunjungnya. Laras terlihat ahli dalam memilih sayuran yang menurutnya enak untuk di olah menjadi makan malam mereka hari ini.

"Apa aku harus masak ikan? ..."

"Atau daging?"

Laras sekarang merasa bingung ketika harus dihadapkan dengan pilihan itu. Kedua bahan utama dari inti masakan Laras, masih ia pegang. Hingga, tiba-tiba suara dari ponsel Laras berbunyi. Laras baru saja me dapatkan notifikasi pesan masuk dari Riko. Pesan itu berisi permintaan maaf atas kejadian yang hampir terjadi di pesta dansa kemarin malam.

"Maaf yaa ... Perihal kemarin, aku benar-benar tidak bermasud seperti itu." -Riko

Jantung Laras kembali berdetak. Berdetak sedikit lebih cepat ketika mengingat peristiwa yang hampir terjadi malam pesta kantor malam itu. Di saat Laras yang ingin mencoba memulihkan rumah tangganya, pasti. Di saat itu juga selalu ada Riko yang mampu membuat hati seorang Istri sekaligus Ibu dari anak satu ini menjadi goyah. Kecantikan Laras sendiri, sudah sangat menjadi wajar ketika banyak pria yang ingin memilikinya. Namun Andi, malah terlihat sebaliknya ketika sedang bersama Laras. Hingga, suara batin dari hati Laras tiba-tiba kembali berkata.

"Riko?"

Bersambung ...

1
Nii
semangat Thor
Imenfirewood: Aaaa~ terims!
total 1 replies
𝙈𝙤𝙟𝙖_𝙠𝙤(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)
wah ide bagus, aku si yes👍
𝙈𝙤𝙟𝙖_𝙠𝙤(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠): Sama-sama semangat kak
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
keren Thor... saling dukung yuuk. baca 1bab tiap hari. dan like perbab yukk
HNP_FansSNSD/Army
Ceritanya bagus Kaka 💐💐💐. Jangan lupa mampir di novel aku, Professor & student Love through, & novel baru berjudul Tahta Dari Dosa.
HNP_FansSNSD/Army
terus ini nantinya gimana???
Imenfirewood: Nggak seru dong .. kalo di ceritain! hihi .. pokoknya bikin penasaran dah. Terimakasih yaa, sudah baca sampai sini ..
total 1 replies
HNP_FansSNSD/Army
aku usahain tekunin ya Thor.
Imenfirewood: Waah! ... Siapapun dan dimana 'pun kamu, terimakasih, yaa ... Senang dengarnya!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!